Friday, September 20, 2013

SEBAIT RINDU



                                                SEBAIT RINDU
          Aku Marina tapi mereka Lebih suka memanggilku Dengan sebutan Nana Berasa Lebih imut barangkali, Aku memiliki Dua orang Kakak yang satu namanya  Citra dan yang satu Ahsan Kami bertiga memang suka ribut dari hal yang sepele sampai hal yang serius tapi sebenarnya kami saling mencintai kami di besarkan oleh Ayah Karena Ibu telah dulu pergi meninggalkan Kami semua saat Ibu melahirkan Ku, aku sangat Rindu Ibu Aku tidak pernah berjumpa dan berbicara dengan Ibu bagaimana Suara Ibu Aku tidak Tahu, inilah sebabnya kenapa Mbak Citra kalau lagi marah sama aku suka menyindirku pembunuh Ibu, aku sendiri tidak Tahu apa yang terjadi saat Itu Yang aku Tahu ketika aku mulai mengerti dan mulai tumbuh menjadi Anak-anak seperti kebanyakan Anak Aku hanya Tahu Ayah, Mas Ahsan juga Mbak Citra, Aku sangat merindukan Kasih sayang Ibu, Tapi aku harus terima semua ini Allah punya rencana sendiri untuk ku semua yang terjadi sudahlah menjadi ketetapan-Nya
Kami di rumah memiliki kesibukan Masing-masing, Ayah mengajar di MTS, Kak Ahsan bekerja di Dinas Kehutanan, Kak Citra Kuliah ,Dan aku Murid Baru di MAN Betapa Karunia Allah yang sangat luar biasa yang telah di berikan kepada keluarga Kami
Aku memang tidak seheboh Mbak Citra kalau sedang berdandan Dan Aku juga tak secantik dan seputih Mbak Citra Mbak Citra memang sangat Memperhatikan penampilan itu lah yang aku tidak suka darinya Ribet dan nyusahin mana Dia sangat Bawel kalau melihat aku berdandan polos dan enggak neko-neko
          “Brukk” Aku terjatuh karena Rok Panjangku yang nyangkut di Kaki dan aku menabrak Meja Mbak Citra Alhasil semua barang Mbak Citra terjatuh siap-siap nutup telinga deh
          “Aduh Nana bisa enggak sih sekali saja kamu tuh enggak bikin masalah”
Mbak Citra ngomel tingkat badai kemarahanya meluap-luap seperti sungai ciliwung sampai banjir
          “Maaf  Nana buru-buru tadi, Mau ada ospek di sekolah entar telat lagi” Wajah melas ku tak juga mengurangi rasa kesal Mbak Citra
          “Ada apa sih, Kalian tuh ya berantem terus lebih parah dari Tom and Jerry” Tiba-tiba Mas Ahsan sudah berdiri di depan kami, heran juga setiap moment aku sama Mbak Citra selalu ada
          “Nana tuh Mas ceroboh anaknya” Bantah  Mbak Citra jutek banget aku sih ngakuin emang salahku jadi aku Cuma bisa nyengir kuda deh ngebantah juga salah ambil aman aku langsung kabur ninggalin Mbak Citra yang masih setia dengan ngomelnya Mas Ahsan pun tak lama mengikutiku pergi dari kamar ku juga Mbak Citra Kami bertiga menunggu Mbak Citra di ruang Makan, Eh sudah di tunggu sampe jamuran Mbak Citra nya malah izin enggak sarapan
          “Assalamualaikum semua” Mbak Citra ngeloyor pergi Ke Kampus Duluan Ya Jelas saja aku kaget berat, biasanya kan aku sama Mbak Citra, Main duluan lagi
          “Yah yah ..Mbak “ Mbak Citra enggak menoleh sedikitpun
          “Sudah biarin aja, entar sama Mas” Mas Ahsan membuatku sedikit lega bagaimana tidak hari pertama masuk ke sekolah masak harus telat, Ayah hanya tersenyum tak menawari ku untuk ikut bersamanya mungkin karena kondisi Motor Ayah sudah benar-benar menua atau entahlah aku sendiri tidak tahu, Aku dan Mas Ahsan sampai di gerbang sekolahku yang baru ada rasa takut dan gerogi, Kakiku melangkah pelan sekali ku lihat motor Mas Ahsan sudah tak terlihat lagi, aku bingung suasana sekolah ini sepi banget apa aku yang kepagian atau?
          “Hah..” Spontan aku berteriak seorang diri
          “Kenapa, anak baru?” Suara itu tepat di sampingku, perlahan aku menoleh subhanallah Dia tampan sekali hidungnya matanya seperti Zayn malik aku tertegun memandangnya tapi Dia berusaha mengalihkan pandanganya
          “Malah bengong, cepetan sudah hampir mulai ospeknya” Aku langsung berlari meninggalkan Dia tanpa mengucapkan terima kasih kepadanya, aku berlari menyusuri tiap sudut di sekolah itu aku bingung sebenarnya mereka di mana, lagi-lagi Dia Di sampingku macam polisi lantas saja ada di mana-mana, Dia menunjukan di mana ruangan untuk Ospek kali ini, sepertinya Dia Senior di sini Dia sangat mengagumkan tapi sayang aku tidak berani bertanya siapa namanya, Aku mulai kegiatanku hari ini aku menemukan beberapa teman di sini sepertinya mereka baik, aku dan teman-temanku tidak menguncir rambut seperti kebanyakan Anak-anak yang sedang Ospek, karena sekolahan kami Madrasah Aliyah Negeri MAN tentu semua tahu kita yang masuk di sini memakai Jilbab kecuali yang Lelaki hehe
          “Kamu Marina yang serius dong” Aku di bentak oleh salah satu Kakak Senior, aku hampir menangis Dia semakin mendekati aku
          “Perhatikan dong, kenapa kamu istirahat yang lain siap dan tegap” Wajahnya serius banget setelah Aku perhatikan Dia Senior yang tadi, gawat aku sudah terlihat jelek di matanya
          Sangat terasa sudah 3 Hari Kami Ospek dan Hari ini penutupan, bebas ucap ku dan beberapa temanku berbincang menunggu jemputan Mbak Citra sampai satu persatu temanku meninggalkan aku sendirian
          “Ya Allah tolonglah hamba-Mu, kenapa Mbak Citra enggak datang-datang” Aku mengangkat kedua tanganku untuk berdo’a, aku sangat ketakutan
          “Nunggu siapa” Sapa Titan, Lelaki tampan yang ku lihat pertama kali di sekolah ini akhirnya aku tahu siapa Namanya setelah Ospek, Titan cukup terkenal di sekolah ini Dia senior yang cerdas baik dan penulis Mading
          “Nunggu Mbak Citra tapi enggak datang juga dari tadi di telpon enggak di angkat
            di Sms juga enggak di balas” Aku manyun itulah kebiasaan buruk ku kenapa aku tidak bisa terlihat manis di depan orang
          “Oh.. Kalau mau, bareng sama aku aja “ Wah Luar biasa Titan baik banget aku kan belum lama mengenalnya aku hanya tersenyum aku bingung mau jawab apa
          “Ehmmm” Kelu sekali lidah ini untuk berbicara aku benar-benar gugup
          “Gimana? Dari pada Kamu sendirian di sini” Sembari tersenyum kembali Ia menawariku untuk ikut bersamanya
          “Boleh, makasih ya” Aku langsung menaiki Beat  merah miliknya tak terasa tanganku memegang pinggangnya kebiasaanku saat di bonceng sama Mas Ahsan
          “Maaf..” Dia melirik tanganku spontan aku lepaskan
          “Astaqfirllah Maaf Kak, Kebiasaan di boncengin Mas Ahsan” Ku kerutkan dahi dan ku majukan bibirku semakin manyun untuk menghilangkan rasa gerogi
          “Sudah, Enggak apa-apa Cuma di lihat orang kurang Enak, lagian kita bukan
            Muhrim” Ucapnya lembut, jlep seperti ada yang menancap di jantungku saat ini Titan memang baik dan alim, aku semakin mengenalnya Dia selalu memberiku semangat untuk melakukan banyak hal, sebentar lagi bulan Ramadhan Dia berencana akan mengajak ku ke Masjid untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di bulan Ramadahan seperti tadarus, buka bersama, juga hadroh memang di sekolah selain penulis mading Dia Juga di kenal sebagai pemimpin Hadroh sebetulnya sebelum aku mengenal Titan Setiap bulan Ramadhan aku dan Mbak Citra selalu Tadarus bersama tapi di Rumah begitu juga Ayah dan Mas Ahsan
          “Plak..” Aku terbangun dari lamunanku saat Mas Ahsan melempari ku dengan kertas memang sudah menjadi kebiasaan Mas Ahsan yang suka usil dan menggangguku Aku cemberut menatapnya Dia mendekatiku dan duduk bersamaku di halaman Rumah, Kami saling curhat, Mas Ahsan selalu menceritakan kejadianya di kantor dengan begitu Dia memberiku peluang untuk menceritakan apa yang terjadi saat Aku tidak bersamanya Mas Ahsan terlihat sekali sangat menyayangi aku
          “Mas.. aku cantik enggak “ Tanyaku pada Mas Ahsan dengan Wajah melan kolis
Mas Ahsan tidak menjawab Dia terbahak-bahak mengacak Kerudungku
          “Ngapain Kamu nanya begituan?” Rupanya Mas Ahsan menyepelekan pertanyaanku
          “Aku ngerasa aja, aku iteman bahkan jauh lebih hitam dari kalian berdua” Aku Masih ingin tahu jawaban dari Mas Ahsan
          “Iya emang..ops keceplosan” Mas Ahsan berlari meninggalkanku terbahak-bahak
          “Tuh kan Mas jahat” Aku mengejar Mas Ahsan Ku dapati Mbak Citra yang masih sangat lelah baru saja pulang dari kuliah
          Pagi ini Mbak Citra terlihat beda dari biasa, pagi-pagi sekali sudah di dapur aku mengintipnya dari balik pintu rupanya Dia merasakan kehadiranku
          “Na, bantuin Mbak masak dong, kamu itu harus belajar masak dari sekarang
            entar gimana kalau di rumah mertua” Mbak Citra terus nyerocos
          “Stop..stop iya deh Nana bantuain tapi udahan ngomelnya, entar ilang manisnya” Aku merayu Mbak Citra kami berdua memasak untuk persiapan nanti malam, malam pertama sahur nuansa Ramadhan sangat terasa, Aku tertidur sangat pulas ponselku berbunyi sangat berat aku membuka mata
Titan, Ya Allah Dia bangunin aku sahur Aku sangat bahagia membaca Sms Titan Dia Menyuruhku untuk melaksanakan shalat Tahajut terlebih dulu sebelum sahur dan Mbak Citra terbangun oleh suaraku yang sedikit keras saat membaca Sms Titan
Titan selalu membangunkan aku saat sahur semakin bersemangat aku untuk bangun sahur Dia pun tak melupakan ajakanya saat itu Dia mengajak ku untuk pergi ke masjid tadarus juga buka bersama dengan anak-anak remaja masjid lainya meskipun Rumahku dan Rumahnya terhitung sangat jauh tapi Dia bersedia menjemputku Itu lah Titan kenapa aku sangat bahagia saat bersama Dia sepertinya aku akan sedih jika aku jauh dari Dia
          “Mbak Citra belum datang juga?” Titan mengejutkan ku memang dari tadi aku diam memikirkan Dia sembari aku menunggu jemputan
          “Iya katanya sih tadi Mbak Citra lebih awal pulangnya” Jawabku lirih aku berharap Dia akan mengantarkan aku seperti biasa
          “Maaf ya Na, aku duluan” Dia tersenyum sambil berlalu, aku tersentak kenapa Dia membiarkanku sendiri tidak seperti biasanya ku pikir Dia ada kesibukan, ku biarkan Dia pergi
          Kenapa kalau bulan Ramadhan waktu begitu cepat berlalu  kurang 10 hari lagi Lebaran tapi kenapa Titan jarang mengabariku mana besok kan sudah mulai libur ku beranikan Diri untuk menanyakan keadaanya namun dari beberapa sms ku yang masuk Dia hanya membalas sekali ada apa sebenarnya, aku sangat mengkhawairkan keadaanya aku merasakan ada sesuatu yang terjadi padanya sore ini ku langkahkan kakiku menuju halaman Rumahnya sebetulnya aku sangat takut tapi aku ingin tahu apa yang terjadi sama Dia
          “Assalamualaikum” Ucapku sembari mengetuk Pintu Rumah Titan
          “Waalaikum salam” Jawab seseorang sembari membuka pintu, aku terperangah kaget terkejut bingung jadi satu siapa Dia sebenarnya Dia menyuruhku untuk masuk ke dalam Rumah Titan mataku langsung tertuju pada Titan, aku tahu Dia seperti masih tidak percaya aku ada di Rumahnya sekarang Justru Dia yang sangat terlihat gugup dan bingung
          “Kenalkan aku Zara teman kecil Titan” Wanita itu tersenyum sangat manis ada kehancuran dalam benak ku saat aku melihat kedekatan Zara dengan Titan
          “Emmm Iya Na, kenalin Dia Zara teman kecilku baru saja datang dari Surabaya “
          “Oh dari Surabaya?”
          “Iya aku dari Surabaya “ Kembali Zara meyakinkan, Aku tak berlama-lama di sini Aku harus segera pulang Air mata ini hampir jatuh andai saja tidak puasa pasti aku sudah menangis dari tadi inilah bedanya Bulan Ramadhan di banding Bulan-bulan lainya kita akan semakin sabar menghadapi sesuatu.
          Aku berdiri di depan cermin ku rubah cara ku menyematkankan Jilbab Kali ini aku mencoba menggunakan Jilbab ala Apriel jasmin tetapi hampir satu jam tidak membuahkan hasil
          “Tumben, biasanya enggak mau ribet” Mbak Citra meledek 
          “Kan pengen terlihat Cantik juga” Aku terus berusaha
tanpa pikir panjang Mbak Citra langsung membantuku tidak memakan banyak waktu Jilbab itu sudah terlihat apik di atas kepalaku aku terenyum begitu pun  Mbak Citra
Aku dan Mbak Citra pergi ke pasar mencari keperluan lebaran ku temukan sosok Titan bersama Ibunya dan Zara Dia hanya tersenyum melihatku, Kenapa rasa sakit ini justru sangat terasa saat Dia tersenyum aku coba untuk menutupi Rasa yang mulai mengganggu ini ku tengok ke samping
          “Hah “ Mbak Citra sudah tidak ada di sampingku ternyata Mbak Citra tidak melihat aku berhenti tadi aku mengejar Mbak Citra yang sudah lumayan jauh sesekali ku tengok di mana Titan berada Rupanya Dia mentertawakanku.
          “Sudah nagisnya kita takbir sama-sama” Mbak Citra memelukku meskipun Dia suka marah sebenarnya Dia Baik Banget Tangisanku justru semakin tidak bisa di hentikan
          “Kangen Ibu Mbak Citra, Aku sayang Ibu” Semakin erat pelukan Mbak Citra Dia pun menangis Air mata kami berjatuhan sangat teratur Kumandang Takbir ini semakin membuatku ingin terus menangis Ayah dan Mas Ahsan menghampiri Kami, mereka memeluk kami berdua
          “Sudah kita Doakan saja Ibu, Kita semua sayang sama Ibu” Ucap Ayah terbata-bata Ayah mencium kening kami satu-satu
          “Aku sayang Ayah, Mas sayang sama kalian berdua” Kata-kata mas Ahsan semakin membuat aku menangis, Mas Ahsan dan Ayah pergi ke Masjid untuk Takbir sedangkan Aku dan Mbak Citra hanya di rumah mempersiapkan keperluan Besok Ada rasa haru sedih bahagia tiap-tiap moment yang Fitri ini, kudapati Sms di ponselku Ku buka pelan sembari mengucek kedua mataku yang sembam karena menangis, Aku terkejut Sms itu dari Titan Dia lebih dulu mengucapkan Ucapan Lebaran ada sedikit rasa bahagia yang ku rasakan saat ini
          Pagi ini kami pergi ke Masjid bersama-sama untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri lagi-lagi aku melihat Titan bersama keluarganya setiap aku melihatnya kenapa justru sakit batin ini
Seusai melaksanakan Shalat Idul Fitri kami meninggalkan masjid seperti biasa yang lebih utama adalah saling memaafkan, sudah menjadi tradisi di sekolahan kami setiap Lebaran kami selalu berkunjung ke rumah masing-masing guru kami sabagian dari kelas 10 B berangkat setelah kami tiba di Rumah Kepala sekolah Ternyata kelas 12 A sudah berada di situ, Kudapati Titan yang asyik bercengkrama dengan teman-temanya juga Bapak Gozali Kepala Sekolah Kami, Sangat ramai sekali sudah seperti sekolah saja Rumah Pak Gozali
          “Naik apa tadi” Tiba-tiba Titan berada di sampingku rupanya Dia mencari tempat yang ramai dulu jika ingin berbincang dengan ku untuk menghindari fitnah barang kali begitu, tapi ini anggapanku saja
          “Naik motor aja” Ku jawab lirih di iringi suara teman-teman lain yang sedang bercanda
          “Sebanyak ini ?”
          “Iya, aku ikut Eva” Aku tersenyum melihatnya
          “Kami juga naik motor saja, hanya sebagian yang lain menyusul”
          “Oh sama dong, kami juga begitu” Aku masih enggak percaya Titan yang semula ku lihat banyak diamnya kali ini aku di berondong pertanyaan
          “Yeee ikutan, dasar follower” Ledeknya sembari tertawa, aku bingung kenapa Dia seriang ini, meskipun kami tidak datang bersamaan antara kelas 10B dan 12A namun kami pulang bersamaan, aku sangat berharap Dia akan memboncengku seperti biasa lagian kami tidak pernah macam-macam hanya sebatas seperti tukang ojek dan penumpang Dia sangat menjaga hal itu, biarpun begini aku pun demikian
          “Na duluan ya...” Ucapnya kepadaku
          “Apa?” spontan aku berteriak
          “Kenapa Na?” Titan terlihat sangat bingung
          “Hee enggak apa-apa, iya duluan aja, aku sama Eva” Aku nyengir malu banget Dia tersenyum meninggalkan ku yang masih berdiri di halaman Rumah Pak Gozali aku sangat cemburu ketika melihat Dia berboncengan dengan teman sekelasnya tapi aku bisa apa
          Pagi ini kembali memulai aktifitas bersekolah setelah libur yang cukup panjang
aku membaca tulisan Titan di mading sekolah, tumben juga aku kemari aku kan tidak suka membaca ku baca bait demi bait ternyata sampai di relung hati hampir menetes Air mataku dibuatnya
          “Kenapa nangis?” Rupanya Titan memperhatikan aku
          “Jahat” Jawabku singkat
          “Apa? jahat, di tulisan itu tidak ada unsur kejahatan yang ada motivasi Nana” Terang dia lembut
          “Iya kamu jahat bikin aku nangis” Ucapku sedikit malu
          “Nanti pas istirahat kita ke taman depan sekolah ya” Ajaknya padaku
          “Kamu serius? ini pasti bukan Titan?” Tanyaku tidak percaya
          “Kalau bukan Titan siapa lagi, Iya aku serius” Dia meyakinkan ku, aku bingung ada apa sebenarnya dengan Titan
          “Enggak takut fitnah?”
          “Emang mau ngapain ya enggaklah, banyak orang di situ lagian aku enggak ada niat
            jelek Allah tahu itu” Titan tersenyum
Sampai pada jam istirahat aku berlari kecil menuju taman sekolah ku lihat Titan sudah berada di situ menungguku
          “Sudah lama nunggunya?” Tanyaku pelan namun masih saja terkejut
          “Oh enggak kok, kurang lebih 5 menit “  Kemudian aku duduk di bangku yang sama  berjarak 50cm darinya, tak lama Ia memberikanku buku-bukunya kepadaku
          “Apa ini ?” Aku bingung kenapa Dia memberiku beberapa buku ini
          “Ya Buku lah apa lagi” Banyak sekali buku-buku yang di berikan untuk aku bermacam-macam ada Buku Fisika ,Kimia, dan masih banyak buku bacaan yang lain aku sudah pusing duluan bagaimana tidak aku sangat tidak suka membaca
          “Makasih ya” Ucapku Menyenangkan Titan
          “Kamu harus terbiasa membaca, Kalau aku sudah Lulus nanti ku harap kamu
            yang memenuhi Mading dengan tulisanmu”
          “Apa, kamu bercanda aku kan tidak suka menulis Tan” Seketika aku cemberut
          “Berusahalah semua bisa menulis asalkan Dia Gigih dan terus belajar belajar
           dan berusaha, menulis tidak di lihat dari pendidikan dan usia tapi bagaimana
            Dia membuat si pembaca suka membaca tulisanya lewat pesan yang di sampaikan
            lewat tulisanya itu”
          “Wah kamu luar biasa”
          “Aku tidak suka kata-kata seperti itu, yang pantas kita puji luar biasa itu Cuma Allah” Jawab Titan Rupanya aku salah bicara
          “Ini aku nulis tentang kamu” Titan memberikan kertas beberapa halaman untuk aku
          “Aku?” Mata ku melotot
          “Iya kamu, enggak suka? ku harap kamu menyimpan tulisan itu baik-baik”
          “Aku suka banget Titan, Oh iya bagaimana dengan Zara?”
          “Kenapa kamu tanya tentang Dia Na, Sok kenal kamu?” Jawabnya sedikit tertawa
          “Bukan sok kenal, aku mengenalnya waktu aku ke rumahmu”
          “Oh iya aku lupa” Lagi-lagi Dia tersenyum bikin aku enggak bisa merem
          “Kamu pacaran sama Dia” Tanyaku memberanikan diri
          “Apa?Pacaran?Ngaco kamu, Islam tidak mengajarkan kita untuk pacaran Nana “ Jawabnya sedikit kesal
          “Lalu apa?Dia terlihat sangat menyayangi kamu”
          “Dari mana kamu Tahu?jadi orang jangan suka mengambil kesimpulan sendiri” Jawabnya makin jutek
          “Maaf, aku salah lagi” Aku merengek minta maaf
          “Emang kamu salah hehe, sebenarnya kami memang di jodohkan oleh orang Tua
            Kami” Titan tersenyum, seperti ada petir yang menyambar  saat aku dengar Titan dan Zara di jodohkan hatiku hancur seperti daging sapi yang di hancurkan menjadi abon lalu di panaskan di atas api yang menyala-nyala
          “Apa ?” Aku tidak bisa berbicara lagi
          “Iya tapi saat ini aku hanya fokus di sekolah lagian aku masih kecil belum saatnya
            berumah tangga dan di hati ku saat ini tidak ada wanita satupun kecuali
            Mama”
          “Hanya Mama?Zara?emmm?” Tanyaku gugup
          “Kamu?” Titan tertawa mencubit pipiku, aku kaget tingkat negara
          “Nana Nana Kamu kan aku anggap Adik Aku sendiri mana mungkin aku mencintai
            kamu, lagian ya kita musti banyak belajar bukanya mikir cinta ”
          “Tapi...” Aku takut untuk melanjutkan bicara ku lagi
          “Kenapa?Jujur Kamu itu sangat mirip dengan Feby Adik aku “ Titan hampir menangis aku bingung apa yang harusnya ku lakukan
          “Tapi Dia ....”
          “Kenapa?” Tanyaku panik
          “Dia sudah enggak ada Di Dunia ini Na, makanya aku sangat merindukan sosok
           Adik seperti Feby maaf Na kalau aku enggak ada perasaan sedikitpun sama kamu”
          “Emmmm” Aku jadi ikut menangis karena aku juga sangat merindukan sosok Ibu
          “Tapi aku sangat merasakan kehadiranmu, aku seperti memiliki Adik saat bersamamu
           “Iya, Aku bahagia kok menjadi Adik baru untuk kamu” Aku tersenyum
          “Makasih ya” Jawabnya lembut, aku harus mengubur Rasa ini dalam-dalam hingga rasa ini benar-benar musnah dari hatiku
          Titan menjadi Kakak Baruku, Dia lebih nyaman jika aku mencintai Dia karena rasa cinta sebagai Kakak Tidak lebih dari itu, tapi bagiku itu segalanya memang belum saatnya aku mikirin Cinta aku harus fokus belajar Aku mulai sedikit membiasakan untuk banyak membaca, Aku bergegas mengambil buku dari sekian tumpuk Buku yang tidak pernah ku sentuh sebelumnya, tanganku menyentuh kertas yang tak lain adalah isi tulisan Titan yang di berikan untuk aku, Air mata ku menetes sangat teratur ketika aku membaca baris demi baris tulisan Titan, tentang bagaimana perasaan Kakak yang sangat menyayangi Adik nya, Ia ingin menjadi seorang Kakak yang melindungi Adiknya sampai kapanpun namun Belum lama Ia merasakan bahagia memiliki Adik, Adiknya pergi dan tak mungkin kembali Lalu Dia menuliskan bagaimana Ia telah menemukan sosok Adik yang Baru yang akan Ia sayangi dan Lindungi Yaitu Aku, ada rasa sedih dan bahagia yang ku rasa saat ini tak pikir panjang aku sangat ingin bertemu dengan Titan Kakak Baruku, aku sampai di depan Rumah Titan aku heran ada acara apa banyak sekali orang di sini, Titan Tega pikirku sendiri masa Dia enggak bilang-bilang kalau ada acara langkahku semakin ku percepat ku dapati sebagian orang sesenggukan menahan tangis ada apa sebenarnya ku beranikan Diri masuk ke Rumah mereka membiarkanku aku semakin bingung ku dekati Ibu yang menagis sangat histeris sepertinya Itu Mama Titan, Iya aku ingat itu sewaktu aku ke sini dulu Dia Sempat menemuiku sebentar
          “Ibu “ Sapaku lirih, Tiba-tiba Ia memeluk ku
          “Ada apa?” Aku benar-benar bingung dengan semua ini
          “Titan ..” Jawab ibu terbata-bata
          “Titan?” Batinku mulai goncang entah kenapa aku merasakan sesuatu yang tidak enak
          “Titan pergi untuk selamanya” Jantungku seperti berhenti berdetak seluruh tulangku melemah aku benar-benar tidak berdaya mendengar semua ini
          “Innalillahi wainna illaihi Rojiun” Ucapku dengan batin yang masih tidak percaya
          “Sepulang Ia mengantar keluarga Zara ke bandara, Ia terjatuh dan...dan...” Ibu tidak sanggup lagi meneruskan bicaranya Aku langsung memeluknya Erat Aku dan Ibu nagis saling bersahutan ku coba menghiburnya meskipun aku sangat hancur Kami semua mempersiapkan untuk menyambut kedatangan Jenazah Titan, Aku ingin melihatnya meskipun Ia dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi, meskipun berat aku harus merelakan Titan karena segala sesuatu yang ada di muka bumi ini semua Milik-Nya jika sudah saatnya semua akan kembali Pada Allah Swt semua yang hidup pasti akan mati.
          “Hidup ini sekejap tetapi beresiko, jangan karena mencari kenikmatan sesaat
            kita menderita berkepanjangan.
            Hidup bukan untuk hidup tetapi untuk yang Maha Hidup
            Hidup bukan untuk mati tetapi justru Mati itulah untuk hidup
            Oleh karena itu: Jangan takut mati, jangan lupa mati, jangan cari mati tetapi
            Rindukanlah mati karena mati adalah pintu berjumpa dengan-Nya
             (Allah SWT, Dzat yang maha agung)” Itulah nasehat Ustad Muhammad Arifin Ilham yang selalu aku ingat, Satu bulan sudah Titan pergi aku harus semangat meneruskan cita-cita Titan Kakak Baru aku sebagai bukti kalau aku sangat menyayanginya sebait rinduku untuk Ibu dan Titan yang akan menemani setiap goresan pena yang ku tuliskan dalam setiap cerita hidupku.

No comments:

Post a Comment