pagi ini kami semua bersiap untuk menghadiri acara pernikahan anak atasan kami di kantor BPK bersama dg para petinggi KJF Aku sih gaa tau seberapa lm perjalanan yg di tempuh...seberapa sulit medannya yg harus di hadapi..kita2 brngkt dr pkul 07:00 WIB hingga pukul 11:00 WIB namun perjalanan masih jauh jg tp lumayan seru kpn lg bisa begini...sm2 mrka dlm kondisi non formal...jalan yg kita tempuh. .lumayan jg kita sering turun n dorong mobil...udah gt perjalannan beralih. .melalui jalur air yg cukup memakan bnyk waktu jg sih. Jd perjalanan ada setengah hari hanya brangktya saja..hingga malam kita2 baru sampai rmh masing2 😊 #lg. Gaa mood n lelah
Sunday, February 15, 2015
Saturday, February 14, 2015
perubahan
menjaga hubungan baik memang tak semudah mengawali permusuhan..hati itu mudah sekali terluka dan akan sulit mengembalikan keadaan awal saat baik2 saja. Entah..terkadang penyebabnyapun sulit untuk di ketahui dg pasti namun tiba-tiba keadaan itu mulai berubah dg sendirinya hingga keadaan itu mmemburuk dg pasti...kejenuhan dan rasabisann bisa jadi menjadi salah satu penyebabnya..sedikit kata yg mampu melukaipun terkadang bisa menjadi alasan utk itu.....kita tdk tahu kt hanya menjalani apa yg semestinya utk di jlni...kt tdk tau apa yg akan terjadi, boleh saja saati ini baik2 sj tp utk kemudian tdk ada yg tau...kt syukuri aja itu anggap saja itu suatu penguat diri...krn org yg slm ini kita anggap baik dn kt berusaha menjaga hubungan baik itu sulit utk kembali kedalam keadaan semula.. Laa tahzan inallaha mmaana
Sunday, February 8, 2015
Say No To Valentin
sebentar lagi tanggal 14 katanya sih hari valentine tapi aku nggak tau kenapa hari itu di buat sebuah perayaan khusus? Aku ngertinya Valentino Rossi itu loh pembalap yang dari italia hehe ngomong-ngomong valentine wah bahaya tuh.... emmm nggak usah pada sedih para jomblo sendiri itu adalah pilihan meskipun jarang yang memilih untuk sendiri, sebenarnya sendiri itu lebih bebas free nggak ada tuh yang ribet nanya, mau kemana? darimana? lagi sama siapa? sekarang diamana dan masih banyak lagi kebayang kan kalau setiap harinya di tanya begitu Aku liatnya aja capek...wewww ketahuan deh kalau Aku jg lagi sendiri hehe nggak masalah, yang jadi masalah kalau berduaan muluk yang ketiga siapa? hayo siapa? gini loh intinya para remaja zaman sekarang jangan jadikan pacaran itu tren lalu kalau sendiri itu cupu..no salah itu...sendiri itu lebih free.... bagi yang masih pelajar jangan sampai kegiatan yang namanya pacaran itu mengganggu belajarmu, sekolah itu seru kalau banyak teman dan nggak musti pacaran, dijamin rugi deh kalau nggak serius soalnya yang menentukan masa depan itu kalian sendiri yang enak juga kalian ....jangan sampai deh terjerumus kedalam hal yang tidak diinginkan kasian tuh orang tua kalian banting tulang cari duit buat nyekolahin kalian eh kalianya malah sibuk pacaran..takutnya kebablasan gitu disamping dosa rugi lahh...ingat 14 februari itu bukan hari kasih sayang loh...kalian nggak tau kan asal-usul ceritnya kalian kan sekedar pada ikut-ikutan, biar saja mereka yang merayakan Kamu nggak usah ikutan mau jadi follower terus...emmm mendingan jadi contoh tuh anak yang keren nggak musti ngerayain valentine... ahhh rugi luu pake ngeluarin duit untuk beli cokelat...bunga bla..bla mending kalau udah bisa cari duit sendiri, kalau masih minta orang tua? tepok jidat berati yang pacaran bokap-nyokap..bagi yang cowok gini aja sekolah yang bener aja dulu jangan kebawa arus, temen nggak bener mah jangan diikutin bakalan rugi sendiri nah kalau sekolahnya bener bisa kerja ntar kalau udah saatnya kamu bisa dan mampu mending langsung menikah saja itu lebih baik lohh... kalau yang cewek jangan gampang di gombalin aja trus jaga dirimu baik-baik ya sayang kasian kalau sampai tangan-tangan jahat itu menyentuhmu jangan biarkan itu terjadi padamu tanpa Kamu pacaran juga pasti menikah insya Allah itu, Allah menciptakan manusia itu berpasang-pasangan kok tenang saja tinggal tunggu waktunya di kasih ..berteman boleh saja kudu itu mah cuman dilihat-lihat juga mencari teman di zaman yang seperti ini musti hati-hati...dan ingatttt say no to valentine itu nggak wajib kok..kita liat saja mereka yang mau merayakan ya terserah mereka asal Kamu nggak ikutan. okok #keepsmile
BATU SULI
BATU
SULI
Air
mata Rini terus mengalir tanpa henti, hatinya sangat terluka saat melihat orang
yang selama ini Ia cintai sedang mengurus proses resepsi pernikahan dengan
sahabat Rini sendiri, sebetulnya Ketiganya memang teman dekat di samping teman kerja Vean dan Mela
adalah teman semasa sekolahnya dulu bahkan selama itulah perasaan Rini berlabuh
pada Vean teman yang sekaligus calon suami sahabatnya, namun tak ada respon dan
timbal balik dari Vean, Vean seolah tak mengerti jika Rini sangat menyayanginya
bahkan terkesan acuh di mata Rini, Rini berusaha kuat saat berada di antara
keduanya meskipun sebetulnya Ia tidak sanggup menyaksikan kedekatan mereka
seketika tubuhnya lunglai dan tak berdaya tetapi kenyataan pahit itulah yang harus Ia hadapi, Dan inilah yang
terjadi harapanya selama ini sia-sia.
Masih
di temani Air matanya yang terus mengalir Rini duduk di tepian sungai kahayan
di sekitar Batu suli tempat yang indah
dan mempesona yang cukup legendaris itu perlahan Ia menyeka Air matanya
“Maaf
Dek boleh tanya?” Tiba-tiba ada seseorang yang mengejutkan lamunanya perlahan
Rini menoleh kebelakang perasaan Rini tiba-tiba di penuhi rasa takut yang luar
biasa.
“Apakah
benar ini Desa Tumbang manange?” Tanya pemuda tersebut pada Rini
“Ia
batul” Jawab Rini sembari mengangguk
“Oh
terimakasih ya” Pemuda tersebut tersenyum manis banget
“Kalau
ini tempat apa ya?” Kembali Ia bertanya, sedikit kesal sih Rini karena
menurutnya pemuda tersebut cukup mengganggu Dirinya yang sedang galau tingkat
Dunia
“Maksudnya
apa ya mas?”Rini sedikit bingung sembari matanya bermain memandangi indahnya
pemandangan sekitar Batu suli yang cukup mencuri perhatian orang yang
berkunjung
“Ya
tempat ini? Seperti di jadikan obyek wisata ya?”
“Iya
betul, tapi kurang maksimal pengelolaanya jadi terlihat sangat tidak terawat”
jawab Rini sambil melihat beberapa orang yang juga sedang berkunjung
“Oh
begitu” Jawabnya sembari sedikit mendekati Rini yang sedang Duduk, tak lama
kemudian Ia pun Duduk di sebelah Rini
“Alie
Akbar” Ucapnya sembari mengulurkan tangan
“Emmm
Rini” Rini pun membalas perkenalan Alie sedikit tersenyum
“Kenapa
nangis, hemmmm” Tanya Alie sok perhatian
“Ikh
sok tahu banget sih, siapa yang nangis” Bantah Rini kesal, Alie hanya tersenyum
melihat wajah Rini yang kesal terhadapnya sembari memberikan sebuah tissu untuk
menyeka sisa air mata Rini yang sedikit sudah mengering, tanpa sungkan Rini pun
langsung meraih tissu tersebut dan segera menyeka sisa air mata yang sudah
sedikit mengering itu.
“Jangan
kebanyakan Galau, Hidup itu indah loh, seindah pemandangan di sini ” Lagi-lagi
Alie tersenyum sangat manis membuat Rini sedikit terpana, Rini hanya tersenyum
kecut.
“Iya
memang Indah bagi sebagian orang yang beruntung” Jawab Rini cuek
“Kata
siapa”? Spontan Alie menyahuti sambil terus memainkan Kameranya untuk mencuri
pemandangan yang menurutnya indah sekali
“Photografer?”
Celetuk Rini tiba-tiba
“Bukan,
Kata siapa istilah bijak tadi” Tanya Alie tanpa melihat Rini karena sibuk
memilih pemandangan yang akan Ia ambil fotonya.
“Kata
Rini dong siapa lagi” Jawab Rini bangga
“Itu
semua tergantung Diri kita lagi, menyikapi dan memaknai hidup itu seperti apa
Mau kita buat Indah mau Kita buat galau
tergantung diri kita masing-masing” Jelas Alie yang masih membuat Rini bingung
untuk memahami
“Maksudnya,
ini semua takdir kan” Rini sedikit bete
“Nah
Itu tahu, Kita tidak bisa menolak takdir, kita hanya bisa berharap Hikmah
Di baliknya, yah salah satu cara yang membuat
kita tetap merasakan Hidup kita
Indah kita harus bisa bersyukur walau apapun
yang Tuhan kasih untuk kita, Kita
belajar bersyukur Insya Allah Hidup kita akan
Indah, kesedihan jangan semakin
di
bikin sedih, Fighting” Alie memberi semangat pada Rini, Rinipun sedikit
terhibur dan terus tersenyum
“Sudah
sore Ayo kita pulang” Alie menuju kendaraannya dan mengambil helm
“Apa?
pulang? mas pulang kemana?” Rini bingung bukankah Alie bukan orang sini
“Hehe
tempat kepala Desa dong Rin, Rumah Aku di Palangka Raya” Jawab Alie sembari
menunggu Rini yang memutar kendaraan Beat milik Rini mereka pulang sama-sama
Mata
Rini sulit terpejam hingga larut malam, Ia masih terbayang Alie Akbar pria yang
Ia temui tadi sore, seperti mimpi pertemuan singkat itu mengesankan dan
tiba-tiba Rini menjadi bersemangat atau bahasa keren nya sih Move on dari
masalah cinta yang membelitnya, yah meskipun tidurnya larut malam soal bangun
Rini tetap konsisten Untuk bangun pagi Karena kewajiban yang satu ini meskipun
keadaan apapun tidak boleh di tinggalkan Gumam Rini sendiri ketika hendak
sholat shubuh, Dan setelah sholat Ia menuju cermin gedenya di kamar langsung
ngaca dan tersenyum lebar
“Aku
harus bisa, lelaki bukan Cuma Vean doang.... Fighting” Kata-kata ini cukup
tegas Ia ucapkan
“Tok
tok tok” Rini terkejut ada yang mengetuk pintu Rumahnya sepagi ini namun Rini
belum Yakin semakin Ia dengarkan semakin terdengar nyata di iringi suara
penjaja Kue dan nasi kuning yang berhamburan di kampung ini
“Assalamualakum
Rini” Ucap Alie
“Waalaikum salam, Oh mas Alie kirain siapa,
masuk” Rini mempersilahkan masuk kedalam Rumahnya
“Makasih,
Tapi Aku mau minta tolong sama Kamu” Sedikit Ragu Alie berkata
“Minta
tolong Apa?” Rini sedikit bingung masak iya sepagi ini sudah main minta tolong aja
“Emmm
bisa minta tolong temani aku ke Batu Suli?”
“Sepagi
ini ngapain, ritual?” Rini asal nyeplos sembari tertawa renyah
“Ye
amit-amit enggaklah, Entar kamu tahu sendiri” Senyum manis ini selalu di
suguhkan untuk Rini sehingga Rini tak Kuasa untuk menolak dan segera meminta
izin pada mama Rini
“Ayo
naik....” Alie mempersilahkan Rini yang masih bengong untuk naik di motornya
“Boncengan?”
Kali ini Rini banyak pertanyaan dan sedikit lemot
“Ya
iyalah Kan Aku yang perlu masak Aku biarin Kamu naik motor sendiri”
Setelah
sampai Rini bingung sendiri melihat kelakuan Alie tanpa pikir panjang Alie
berteriak kencang sekali
“Aaaaaaaaakk”
Suara Alie sedikit bergema karena pantulan batu besar ini
“Stop,
Apaan sih main teriak-teriak aja deh, masih pagi tahu suara kenceng gitu
Di kira kenapa-kenapa lagi” Rini manyun kesal
sama Alie
“Hahaha
Kalau Kamu yang teriak itu baru kenapa-kenapa Rini” Alie tertawa lepas melihat
Rini yang bingung bengong enggak jelas, terlihat sekali Rona bahagia yang Alie
pancarkan dari wajahnya
“Seger
ya pagi-pagi disini” Alie mengajak Rini Untuk duduk di batu kecil ini
bersamannya
“Kamu
Masih sekolah” Tanya Alie tiba-tiba
“Sudah
Kuliah, memangnya face nya masih anak-anak ya” Ucap Rini sedikit bercanda
“Hehehe
seperti Ibu-ibu” Alie sengaja membuat Rini kesal, spontan Rini manyun
“Di
mana Kuliahnya” Lagi-Lagi Alie asyik dengan Kameranya
“Palangka
Raya di Universitas Muhammadiyah, aku di cuekin deh” Lirik Rini sembari
mencibir
“Siapa
sih yang nyuekin dari tadi nyerocos gini” Bantah Alie namun tetap asyik dengan
Kameranya, masih dengan tingkah kekanak-kanakanya Tiba-tiba Rini berdiri di
hadapan Alie berpose ala-ala modelling muslimah dengan sematan jilbab di
kepalanya dan dengan senyuman manisnya, Alie terperangah pas banget anglenya.
EDELWEISH UNTUK NIRNA
Fandy
menatap pepohonan sekitar kampus yang sedari tadi menyapa Fandy dengan
hembusan-hembusan Angin yang menyegarkan begitu ramah dan bersahabat seakan
tahu dengan apa yang Fandy rasakan.
“Ehmmmm....”
Sapa Nirna sembari menepuk pundak Fandy.
“Astaqfirllah..
Nirna suka banget bikin Fandy kaget” Perlahan Fandy memutar arah duduknya
menghadap ke arah Di mana Nirna duduk.
“Ada
apa kok bengong sendirian?” Tanya Nirna
sembari mencibirkan bibirnya sengaja meledek Fandy.
“Oh..Jadi,
Kamu mau Kita bengong berjamaah?” Tatap Fandy merayu.
“Hemmm
kambuh lagi rupanya, udah.. kalau lagi galau tu galau aja.
angin apakah yang membawamu bengong seperti
ini wahai pemuda tidak
tampan?”
“Angin-angin
kegundahanlah yang membawaku bengong seperti ini wahai jelita
namun tidak cantik” Keduanya terbahak-bahak
mentertawakan syair konyol masing-masing. Memang seperti inilah kebiasaan buruk
keduanya selalu bersyair tidak jelas dalam kondisi apapun.
“Aku
bingung Na..? Ucap Fandy lesu.
“pasti
gara-gara Arinda...” Jawab Nirna tegas dan lantang.
“Tepat
sekali” Fandy cemberut memandang Nirna berharap sahabatnya bisa membantu
seperti biasanya.
“Kenapa
lagi dengan Arinda?” Nirna mengerutkan kening menatap Fandy.
“Edelweis
lagi..” Fandy tertunduk.
“Ampun..Fandy,
sampai kapan Edelweis itu berakhir? Lama-lama punah gara-gara
Arindamu itu” Nirna ikutan sewot merasa kesal
saja dengan tingkah cewek manja seperti Arinda.
“Ya
tidak segitunya juga dong Nirna, setahun sekali ini dan Akupun membelinya
yang harus bertanggung jawabkan orang-orang
yang menjualnya” Masih saja Fandy membela sang kekasih hatinya.
“Tetap
saja orang yang menjual karena ada yang membeli” Nirna tersenyum sinis
“Tolongin
dong..” Fandy merengek pada Nirna sahabatnya.
“Maksud
Kamu Aku harus nyari ke Bromo gitu?” Nirna mulai kesal mau saja Fandy itu
menuruti maunya Arinda yang bisanya cuman minta dan minta tanpa Ia mau tahu
betapa susah payahnya mencari bunga tersebut.
“Bukan,
tapi kita berdua” Jawab Fandy hati-hati supaya sahabatnya mau.
“Bukanya
sama Arinda saja Fan” Nirna berusaha menolak dengan cara yang halus.
“Arinda
tidak mau Na” Sedikit takut Fandy menjelaskan.
“Ya
ampun Fandy Kamu mau banget sih di manfaatin, apa sih alasan Kamu
mempertahankan Arinda, apa coba jadi kasian
Aku sama Kamu” Nirna makin ngedumel.
“Banyak
Na, Aku sayang sama Dia, Dia itu kalem, pendiam kalau bicara lembut” Jelas
Fandy sembari tersenyum.
“Memangnya
semua itu menjamin? haduh cinta memang buta, oke deh demi
persahabatan” Mimik wajah Nirna terlihat
sangat sebal.
“Makasih
ya Na, Kamu emang selalu bisa mengerti Aku”
Sore ini Fandy pergi ke bromo bersama Nirna untuk
membeli bunga Edelweis yang sudah terancam punah ini. entah kenapa mau saja
Fandy menuruti Arinda yang sangat terlihat tidak mencintai alam Kenapa Arinda
mendukung para penjual bunga itu untuk terus menyuruh Fandy membeli sebagai
Kado Ultah setiap Tahun, sebagai lambang keabadian cinta mereka masih saja percaya
hal yang justru sangat merugikan itu bagaimana kalau nantinya Edelweis itu
sudah tidak ada lagi di kawasan TNBTS, Kita seharusnya menjaganya bukan
merusaknya. Sepanjang perjalanan Nirna kepikiran dengan bunga cantik itu Dia
sedih dengan sikap orang-orang yang tidak sedikitpun melindungi bunga keabadian
itu, bahkan mungkin membiarkanya hilang
abadi dari sini.
Kendaraan
Fandy terus berpacu menuju Tumpang, Pintu gerbang menuju tempat tujuan Hampir
Empat Jam perjalanan mereka dari kediri menuju Tumpang.
Mereka
harus menginap di Desa cemoro lawang pemukiman terakhir di kaki Bromo. Demi
mendapatkan bunga Abadi. Tak sabar Fandy ingin memberikanya pada Arinda Ketika
mereka sudah sampai di Kediri.
“Arinda...
Abang datang” Fandy mengetuk pintu Rumah Arinda yang sedikit sepi dari
biasanya, cukup lama Ia menunggu di Luar, namun ketika Hampir saja Fandy
beranjak dari tempat ini, Arinda membuka pintu.
“Taraaa,
Abang bawa Edelweis buat Arinda” Sangat Riang sekali wajah Fandy karena
berhasil membawakan bunga Edelweis untuk Arinda.
“Duduk
dulu bang” Arinda mempersilahkan Fandy duduk di kursi yang sudah di duduki
Fandy ketika menunggu Arinda.
“Suka
kan? Lucu kan?” Fandy mengedipkan matanya.
“Dari
Bromo Ya Bang?” Tanya Arinda lembut inilah kenapa Fandy selalu mempertahankan
Arinda Gadis Ini lembut, Mata Fandy tak beralih terus memandang kekasih
hatinya.
“Iya
dari Bromo, Hafal banget Arinda” Goda Fandy
“Ya
hafal lah..ketahuan ini kalau beli” Ucap Arinda sedikit kecewa.
“Kalau
Enggak Beli, masa Abang minta “ Masih saja Fandy tidak mengerti masksud Arinda.
“Kurang
ada perjuangan Bang kalau beli” Meskipun kecewa masih terlihat manis dan lembut
di hadapan Fandy.
“Siapa
bilang tidak ada perjuanganya, Bromo itu jauh loh, tidak main-main kalau
kesana, musti nginap dan kedinginan masa sih
tidak ada perjuanganya” Fandy mulai Tak bersemangat sembari menunggu apa lagi
yang Arinda minta.
“Teman
Arinda dapat kado dari cowoknya bunga Edelweis yang langsung di petik
Dari Semeru” Arinda tersenyum penuh harapan.
“Ampun...
Arinda yang bener aja, medanya berat banget, kalau ke semeru itu benar
benar melakukan pendakian dan lagi Bang Fandy
bisa di hukum kalau ketahuan
metik bunga itu, Edelweis itu cagar alam yang
di lindungi loh” Banyak cara Fandy menolak tetap saja Arinda memohon.
“Arinda
tega.. Kalau Abang kenapa-kenapa gimana?” Masih saja Fandy berusaha mencari alasan untuk menolak.
“Arinda
yakin Abang baik-baik saja, Abang Kan kuat” Arinda tetap ngotot.
“Ya
Allah Arinda....” Fandy tidak bisa berbuat apa-apa.
“Arinda
mohon, kali ini saja” Arinda terus memohon.
“Iya
deh kali ini saja, tapi kan Ultahnya sudah lewat”
“Tidak
masalah kok bang” Dengan sigap Arinda menjawab.
“Atur
jadwal dulu ya sama teman-teman, soalnya musti rombongan kalau kesana
Atau Arinda mau ikutan?” Fandy mencoba
mengajak kekasih pujaan hatinya.
“Arinda
takut Bang, Arinda kan tidak punya pengalaman mendaki seperti Abang
dan teman-teman Abang” Terang saja Arinda
takut, Ia kan cewek yang manjanya enggak ketulungan, gitu masih bisa Dia
menyuruh Fandy untuk mendaki semeru demi mendapatkan si cantik Edelweis.
Setelah
beberapa minggu Fandy berunding dengan teman-temanya untuk melakukan pendakian
ke semeru dengan para Mapala di kampusnya. Ia tak melupakan sahabatnya Nirna,
meskipun awalnya Nirna menolak ajakan Fandy namun Nirna pun mengambil keputusan
untuk ikut bersama rombongan melakukan pendakian ke semeru itu sangat
menyenangkan meskipun tidak bertujuan untuk menakhlukan sang Maha meru. Mereka berangkat menuju Ranu Pani, perjalanan
penuh terjal hingga mereka sampai di Ranu pani sekitar pukul 18:45 Waktu
setempat mereka membawa Tenda dan bermalam di Ranu pani. Fandy beringsut
mendekati Nirna yang senyum-senyum sendiri memandangi indahnya tempat ini.
“Kenapa
Fan?” Tanya Nirna tanpa memandang wajah Fandy.
“Indah
banget ya?” Fandy pun tak mau kalah matanya memandang ke langit hamparan bintang
yang tersenyum melihat mereka dari atas sana.
“Jempol
buat Kamu, demi Arinda Kamu membawa kita ke tempat yang seindah ini”
“Tidak
sepenuhnya demi Dia Kok, ya meskipun Aku seharusnya berterima kasih
sama Dia, berkat Dia mataku bisa terbuka dari
kebutaan cinta yang selama ini Aku
rasakan” Fandy tersenyum menatap Nirna.
“Maksud
Kamu?” Nirna sedikit tidak mengerti kata-kata Fandy. Namun Fandy tak menjawab
Ia mendatangi teman-teman yang dari tadi sudah berada di dalam begitu pun Nirna
menuju tenda wanita. Di dalam sudah ada Mela dan juga lala, mereka tertidur
lelap sekali di bawah tenda Ranu pani. Hingga pagi membawa mereka untuk bangun
dan menyiapkan Diri menuju Ranu kumbolo. Perjalanan ini membawa kisah
tersendiri bagi mereka. Mereka mulai mendaki melintasi bukit di bawah
cengkraman hutan Rimba belum jauh perjalanan mereka Nirna sudah mulai teler.
“Break”
Ucap Zidan ketua Rombongan mendaki memberi aba-aba karena Ia melihat Nirna yang
sudah lemas.
“Nirna
masih sanggup?” Zidan bertanya pada Nirna yang sudah mulai melemah seperti ke
Dua teman wanita mereka mela dan Lala.
“Gimana?
lanjut?” Zidan selalu bertanya kondisi teman-temanya.
“Lanjut...”
Jawab teman-temanya lantang tidak dengan ke tiga wanita yang sudah mulai
kelelahan mereka hanya tersenyum. Dan Kali ini Break lagi sekitar 25 Menit
untuk mengobati Kaki Nirna yang terluka.
“Indah
ya..” Nirna senyum-senyum memandangi hutan sekitar lereng semeru.
“Hemm
saking Indahnya Kakinya di kasih betadin juga enggak ada perih-perihnya” Gumam
Fandy sembari membalut Kaki sahabatnya yang terluka Zidan hanya tersenyum yang
di ikuti cekikikan Mela dan juga Lala.
Perjalanan
ini cukup melelahkan, sepertinya gara-gara Kaki Nirna yang terluka membuat
Zidan sedikit khawatir sesekali Ia memandang Nirna, Nirna menyambut hangat
senyuman Zidan, tiba-tiba Fandy mengulurkan tanganya.
“Kenapa?”
Nirna kebingungan.
“Tuh
jurangnya curam begitu, hati-hati pegang yang kuat” Senyumnya Fandy menyejukan
Jiwa Nirna begitu pun sebaliknya mereka saling Pandang Hingga tertinggal dari
rombongan.
“Masih
Kuat?” Fandy menghawatirkan sahabatnya.
“Masih
dong, Eh Fan Edelweisnya Indah banget” Nirna melihat hamparan Edelweis di
sekitar Ranu kumbolo surganya Gunung semeru. Fandy seolah bercengkrama dengan
hamparan bunga abadi ini.
“Tega
Kamu kalau sampai di petik, kita harus menyayangi dan melindungi mereka
Fan” Nirna membelai lembut bunga Abadi
tersebut penuh kasih sayang. Nirna Duduk di antara bunga dan rerumputan sembari
mencium wewangian Edelweis.
“Siapa
yang mau metik, sok tahu Kamu” Fandy melirik Nirna yang juga ikut serta duduk
di sampingnya.
“Bukanya
itu tujuan utama kamu kesini Fan?” Nirna semakin bingung dengan jalan fikiran
Fandy.
“Awalnya
sih begitu tapi setelah Aku melewati semua ini, dan melihat betapa
Indahnya tempat ini, membuat Aku tidak ingin
menyakiti dan mengusik keindahan
di sini apa lagi sampai memetik si cantik ini
dan Aku tidak Akan memetikanya untuk
Arinda” Mata Fandy terus memandang Nirna yang
masih saja bingung, Tangan Fandy tepat berada di pangkal tangkai bunga Abadi
seolah ingin memetiknya.
“Fandy
jangan, katanya sayang sama si cantik Edelweis”
“Tapi
Aku mau kasih buat Kamu Nirna” Fandy menggoda Nirna.
“Tidak..
Aku tidak mau” Nirna meraihnya dengan lembut.
“Meskipun
Aku tidak memetiknya Tapi Bunga ini ku persembahkan Cuma buat
Kamu, Kamu yang lebih pantas menyandang
keabadian Cinta ku”
“Lebay...
Ngaco Kamu Fan” Wajah Nirna memerah di terpa angin yang sedikit kencang menyapa
mereka berdua.
“Serius,
perjalanan ini cukup membuka hati dan mata Aku, untuk melihat siapa yang
lebih pantas di perjuangkan” Nirna tersenyum
memandang Fandy melangkah menuju Ranu kumbolo.
“Kalau
memang serius, gendong Aku melewati tanjakan cinta” Pinta Nirna menggoda
sahabatnya. Dan Fandy pun langsung menggendong Nirna. Baru melangkah beberapa
langkah mereka terjatuh. Nirna terpingkal-pingkal melihat wajah Fandy yang
kelelahan. Fandy dan Nirna juga teman-teman yang lain bermalam di Ranu Kumbolo.
Fandy sudah punya keputusan untuk mengakhiri Arinda yang terlalu Dramatis. Dan
lebih suka menghabiskan waktu dengan sahabatnya Nirna.
SINOPSIS
EDELWEIS UNTUK NIRNA
Nirna
adalah seorang Mahasisiwi tak lain adalah sahabat Fandy, Fandy dan Nirna
bersahabat cukup dekat bahkan urusan pacar pun Fandy tak segan untuk
menceritakan pada Nirna sahabatnya. Keduanya saling melengkapi di mana ketika
salah satu di antaranya sangat membutuhkan pertolongan.
Seperti
pada saat Fandy di tuntut sang kekasih Hatinya (Arinda) mencari Edelweis
sebagai Kado Ultah setiap tahunya. Fandy yang di temani Nirna pergi ke Bromo
demi mencari Edelweis Cagar Alam yang di lindungi ini, seharusnya sikap Arinda
tidak seperti ini Dia tidak mencontohkan sebagai warga negara yang baik bahkan
mendukung Edelweis untuk punah abadi dari kawasan TNBTS ini.
Namun
usaha mereka tak di terima baik oleh Arinda tanpa pikir panjang Arinda menyuruh
Fandy mencari Edelweis ke Semeru langsung yang tentu saja membuat Fandy sangat
terkejut. Seperti yang kita tahu untuk pergi ke semeru harus melakukan
persiapan matang dari kekuatan Mental dan juga Fisik. Bagaimana tidak
cengkraman hutan rimba serta jurang yang sangat ekstrim tentu membuat kita berfikir
panjang untuk kesana.
Dan
Akhirnya Fandy dan teman-teman Mapala dari kampusnya pergi ke semeru melalui
jalur Tumpang-Ranu Pani-Ranu Kumbolo Tujuan utama. Yang sangat menguras tenaga
dan pengorbanan yang luar biasa Namun terbalas karena suguhan Keindahan alam di
sini, Ranu Kumbolo adalah surganya Gunung semeru. Begitulah perjalananya Fandy
menyadari Bahwa Wanita manja seperti Arinda tidak pantas di perjuangkan seperti
ini. Arinda bukan keabadian cintanya sembari tersenyum dan mempersembahkan
Edelweis pada sahabatnya tanpa melepas dari tangkainya. Mereka membiarkan
Edelweis hidup bahagia tanpa merusak dan mengganggunya.
Subscribe to:
Posts (Atom)