Sunday, September 28, 2014

tempat ini

bukan tanpa alasan aku berada di tempat ini
bukan juga hanya sebuah keramaian.. Yang ku cari
Untuk sampai di tempat ini tidak semudah khayalan di tempat saja,, kesabaran niat dan tujuan yg membawa ku di tempet ini.... Tempat yang hampir tidak asing lagi bagiku ,, tempat yang dari dulu aku impikan
aku mengerti tanpa harus di jelaskan lagi jika memang sudah bukan saatnya lg untuk ku ...tapi itu tidak menutup harapanku,aku tidak perduli berkawan dg mereka yang jauh di bawahku aku tidak perduli orang lain berkata apa tentang ku aku tidak perduli dengan semua yang menjatuhkan semangatku.. Aku hanya butuh Allah yang Meridhoi keputusanku.. Aku sampai di tempat ini karena izin dari-Nya
semoga kelak harapanku bisa terwujud melalui tempat ini ..tempat yang baru namun tidak dalam benakku.

Friday, September 26, 2014

tanyakan pada-Nya

Aku selalu bertanya pada diriku sendiri... Meskipun aku tidak pernah menemukan jawaban atas semua pertanyaan ku ini..mungkin tidak sepenuhnya pertanyaan ini untuk ku karena sesungguhnya ada yang lebih berhak atas diriku.. Ia sang pencipta yang menjadikan aku ini ada, yang selalu mengujiku untuk selalu bersabar seperti pd saat orang lain yang bertanya kepadaku tentang siapa yyang akan hidup bersamaku ... Aku tidak bisa menjawab tanyalah langsung kepada Tuhanku ... Bantu Aku untuk menyelesaikan masalahku.. Tanyakan padanya tentang apa yang ingin kau ketahui .. Pertanyaan itu pasti akan terjawab jika Tuhan ku sudah menentukan waktu yang terbaik untuk ku , mungkin aku dan kalian memang hanya bisa menyalahkan tetapi Tuhan tidak patut untuk di salahkan, jika bibirku terus kau sunggingkan untuk menghinaku karena masalah ini tak lebih Kau lakukan itu untuk menyalahkan sang pencipta... Tak ada yang ingin ku lakukan selain menghambakan diri kepada_Nya
tak ada yang lebih berhak atas diriku daripada Tuhanku... Kesesakan yang terdapat di dalam relung hatiku tidaklah ada bandinganya dari pada kasih sayang-Nya... Jika kau ingin tahu rahasia-Nya tanyakan langsung pada-Nya tanpa harus menyisakan bekas luka di hatiku.. Aku sudah cukup sakit dengan keadaan ini

SECURITY TAMPAN PENCURI HATI



                                                SECURITY TAMPAN PENCURI HATI
                                               

                Mendung Kota Air sudah menyapa di pagi yang indah ini menutupi sinaran mentari yang sedikit terlihat kuning ke emasan di ufuk timur. Kulirik sarapan pagi ku yang masih tersisa seolah enggan untuk  ku kunyah sembari terus mencemaskan suasana pagi yang terlihat mendung, bagaimana jika turun hujan sedangkan Aku belum berangkat, Ku persiapkan beberapa perlengkapanku sembari memanasi kendaraan Vario Tecno milikku. Senyap sekali pagi ini Tak lagi ada suara penjaja Nasi kuning ciri khas di kota ini  atau mungkin memang sudah tidak pagi lagi !
                Langsung Ku raih jilbab buru-buru untuk segera ku kenakan, Aku mendatangi Mamah yang masih setia di dapur untuk membereskan sisa sarapan tadi.
                “Sudah Nad Mamah saja... Sudah siang nanti Kamu telat loh” Senyum Mamah memberi kekuatan tersendiri, Ini lah alasanya kenapa kemanapun Aku pergi Mamah selalu Aku bawa ke kalimantan sekalipun. Mamah pun setia untuk mengikutiku pindah ke sini ke Kota Air kuala Kapuas di  kalimantan tengah Tempatku bekerja.
                “Nadia Berangkat dulu ya Mah” Aku berpamitan sama Mamah dari kecil sudah begini jadi tidak ada yang berubah sampai sekarang. Sekalipun usiaku sudah 24 Tahun tetap tuh yang namanya di cium keningnya sama Mamah sudah tradisi.
                Aku  menyusuri Kota Air yang terlihat masih ramah dan bersahabat lumayan juga jaraknya dari jalan Pemuda tempat tinggalku sampai ke sini memakan waktu kurang lebih 11 menit.
                “Selamat Pagi semua...” Ku tundukan kepalaku sembari menyapa semua teman-temanku yang sudah siap di tempatnya masing-masing.
                “Pagi Nadia “ Jawab Ivan yang berada di sampingku sembari tersenyum manis banget.
                “Pak Jefri mana Van? sebentar lagi kan buka” Sembari ku rapikan kertas-kertas di meja sedikit ku selipkan pertanyaan pada Ivan teman sebelahku yang sama-sama posisi Kami sebagai Customer service.
                “Oh..Pak Jefri di gantiin sama Ardan” Jawab Ivan tanpa melihat ke arahku.
                “Siapa Ardan?” masih saja Ku berondongi pertanyaan serupa.
                “Security baru lah Nad... Tuh Dia” Ivan menunjuk Ardan satpam Baru di sini yang baru saja masuk serta merta dengan senyuman manisnya yang mencuri perhatian.
                “Serius Van Itu orangnya?” Tanyaku pada Ivan yang masih sibuk merapikan beberapa kertas di mejanya.
                “Iya..Tuh buktinya, Kenapa? Cakep ya?” Tiba-tiba Ivan tersenyum menggodaku.
                “Yee Siapa yang bilang gitu? jealous ya” Aku sedikit malu apa lagi Ardan tersenyum melihatku Wah kenapa jantung ini berdetak lebih kencang dari biasa.. Tidak ini tidak boleh terjadi.
                “Malah bengong Siapa yang jealous... Enggak” Wajah Ivan terlihat kesal, Iya memang ini salahku tak seharusnya Aku bersikap begini Aku sudah dekat sekali dengan Ivan bahkan suka pergi bareng Tak ubahnya seperti Pasangan kekasih hanya bedanya Kita tidak jadian.
                Kembali suasana bekerja seperti biasa. Aku selalu berusaha ramah untuk melayani para Nasabah. ku persembahkan senyumku dengan segenap Jiwa dan ragaku. Tak merasa Lelah Karena ini adalah pekerjaan impian ku dari kecil.
                Mataku tak lepas dari Ardan, aku selalu ingin tahu gerak-gerik Ardan seperti ada magnet yang mendorongku, senyumnya Ardan manis banget rupanya Aku terhipnotis oleh satpam itu.
                “Ehmm....” Ivan membuyarkan lamunanku.
                “Ivan ah...sukanya deh bikin kaget aja” Aku cemberut melihatnya.
                “Kamu, bengong melulu Aku perhatikan, waktunya istirahat ayo kita makan
                 siang” Ivan mengajak ku makan siang bareng seperti biasa.
                “Iya.... duluan aja, entar Aku nyusul” Aku tersenyum, menyenangkan hati Ivan
                 dan Aku mencoba tersenyum pada Ardan, terlihat takut-takut Ardan membalas senyumanku, Aku berjalan keluar masuk sembari melihat Handponeku tidak jelas, Ardan hanya tersenyum sedikit bingung melihatku yang bolak-balik kaya setrikaan baju jangankan Ardan Aku sendiri bingung.
                 Sore ini waktunya bersiap untuk pulang, lagi-lagi Ivan menghampiri Aku
                “Bawa motor nggak tadi? Atau.. bareng Tiya?” Tanya Ivan begitu perhatian.
                “Bawa motor sendiri kok” Jawabku seraya tersenyum.
                “Mau bareng?” Ivan menawariku untuk pulang sama-sama dengannya.
                “Emmm Ivan duluan aja, Nadia mau mampir dulu ke apotik beliin obat Mamah”
                “Ya udah Aku duluan ya, hati-hati see you” Ivan berlalu setelah menepuk pundaku. Aku jadi bingung sendiri dengan persaanku saat ini setelah kehadiran Ardan membuat Aku menjauhi Ivan yang dulu Aku sayangi.
                “Maaf Mbak, yang lain sudah pulang, kok masih di dalam?” Ardan mendekatiku
                “Astagfirllah... Iya ya” Aku menggaruk kepalaku meski tidak gatal saking geroginya Karena Ardan mendekati Aku entahlah Aku jadi bingung. Ardan tersenyum melihat Aku berjalan menuju tempat parkir karena tempat yang Ia tuju pun sama, Aku pikir Dia mengikutiku tapi ternyata Dia parkir di tempat yang sama denganku.
                “Tinggal di jalan apa Mbak?” Ardan memanggilku Mbak, ya ampun berasa jadi Kakaknya aja.
                “Jalan Pemuda, emmm berasa Tua banget di panggil Mbak” Aku senyam-senyum di hadapan Ardan.
                “Oh maaf Aku hanya menghargai saja” Jawabnya begitu santun dan lembut.
                “Ah tidak perlu begitu.... ” Aku tersenyum menatapnya.
                “Orang Jawa biasanya begitu hehe” Dia tertawa renyah matanya terlihat hanya segaris, ini orang... benar-benar mengingatkanku dengan Kim sang Bum artis Korea Itu meskipun rada jauh sih hanya tampan yang serupa tapi tak sama.
                “Aku bukan Orang Jawa hehe, ya sudah panggil Aku Nadia aja, Kamu
                 Ardan Kan penggantinya pak Jefry?”
                “Iya Nad Aku dari Banjar masin di pindah ke sini, di sana sudah kepenuhan jadi
                 Aku deh yang di pindah” Ardan menjelaskan kepadaku kenapa Dia bisa sampai di tempat ini.
                “Oh gitu ceritanya” Aku manggut-manggut mendengar penuturan Ardan  Satpam yang kece badai.
                “Aku duluan ya Ar, Daaa” Aku melambaikan tangan meninggalkanya yang masih menarik kendaraan dari tempat parkir, Dia tersenyum menyambut seruanku serta melambaikan tanganya.
                Pagi ini hari minggu tentu saja Kami semua libur dan ada kesempatan untuk ku istirahat, Aku menuju stadion panunjung Tarung Kuala kapuas dengan Tiya temanku untuk jogging, Hemm kebiasaan Buruk Tiya kalau lagi jogging selalu ketemuan sama Arman kekasihnya, Aku menggerutu sedikit kesal namun Aku terus berlari-lari kecil mengelilingi stadion Kota ini sendiri. Aku berhenti untuk istirahat sejenak, terlihat ada sesuatu yang beda dari hari-hari sebelumnya suasana Stadion ini, ya apa lagi kalau tidak kehadiran Ardan yang selalu memberi warna tersendiri untuk ku.
                “Ardan ...Ya ampun sangat-sangat keren pake bangetttt” Ucapku lirih Aku senyum-senyum sendiri melihat Ardan dari kejauhan. Tapi ternyata Dia tahu kalau dari tadi Aku memperhatikan Dia.
                “Nadia....” Dia menyapaku seraya berlari semakin mendekati Aku.
                “Hobby juga ya?”Aku bangkit dari tempat dudukku semula, berusaha menjaga Jantungku yang semakin kencang berdetak, jangan sampai Ardan mendengarkan detakan jantungku yang sudah tidak stabil ini Tuhan....
                “Emmmmm” Ardan mengangguk, Aku jadi bingung gini, makin nggak jelas aja.
                “Ayo sama-sama” Sembari terus mengelap keringat nya yang mengalir di kening dengan handuk kecil di lehernya.
                “Boleh” Aku mengikutinya dari belakang, terus memperhatikan nya, Ardan memang luar biasa. Tampannya memang sungguhan.
                Sore ini Ardan berkunjung ke rumahku untuk yang pertama kalinya, dengan membawa Gitar, memakai Kaos lengan pendek dan mengenakan celana pendek casual banget dan sangat terlihat imute beda banget sama waktu Dia memakai seragam security, Aku semakin terpikat dengan Ardan. Aku bernyanyi bersamanya Dunia ini terasa sangat Indah sekali, Aku sangat bahagia. Ardan terus tersenyum memandangku sembari terus memetik gitarnya, Ardan betul-betul mencuri hatiku yang awalnya terpikat oleh Ivan.
                Kembali Kami bekerja seperti biasa, hanya bedanya Aku semakin  tambah bersemangat Karena Ardan semakin hari semakin dekat saja denganku.
                “Kemaren hari libur kemana aja” Ivan mendekatiku.
                “Eemmm di rumah aja, biasa paginya jogging sama Tiya” Ku jawab lirih sekali sembari tersenyum.
                “Oh kirain....?” Ivan kembali ke mejanya sembari melirik Ardan. Sedangkan Aku hanya mampu terdiam dan bingung melihat sikap Ivan. Kenapa Ivan berbeda apa salahku dengan nya? Sikap Dia dingin banget tidak seperti biasa, mungkinkah Ardan penyebab dari semua ini  Arrgggg tidak mungkin.
                “Mau pulang bareng Ardan lagi?” Tiba-tiba Ivan sudah Ada di sampingku.
                “Ivan?” Mataku tidak bisa berbohong, tapi Aku bingung harus jawab apa, Ivan meninggalkan Aku yang masih bengong di tempat parkir. Kudapati Ardan yang baru berjalan menuju tempat ini.
                “Ardan... “ Panggilku seraya melambaikan tangan, sedangkan Ardan hanya mengangguk tak komentar hanya sedikit senyuman yang tersisa untuk ku. Kenapa Dia mengikuti Ivan yang begitu saja nyuekin Aku? Kenapa semua menjauhi Aku? Kenapa Ardan bersikap demikian?
                Hari ini sudah empat bulan Ardan di sini, semakin hari Aku semakin mencintai Ardan, ku persiapkan Diriku untuk bertemu Ardan di tempat kerja dengan penuh semangat yang luar biasa, ku langkah kan kakiku dengan gontai dan menebar senyum pada semua  yang berada di dalam ruangan ini. Tapi, tak kutemui Ardan di sini terasa sangat berbeda dari biasa, ada apa dengan semua ini.
                “Ty....” Panggilku seraya berjalan mendekati Tya.
                “Iya kenapa Nad” Jawab Tya menatapku
                “Ardan...?” Aku tak mampu lagi meneruskan pertanyaanku
                “Oh..... Ardan? Dia sudah balik lagi ke Banjarmasin Dia Kan Cuma sementara di
                 sini, emang Dia enggak cerita apa sama Kamu?” Tya bangkit dari tempat duduknya mendekatiku.
                “Enggak..... Kok Dia enggak pernah cerita sama Aku ?”
                “Mungkin Dia punya alasan sendiri kali Nad... “ Tya memeluk ku memberi kekuatan padaku, mungkin saat ini cinta memang bukan milikku. Tapi Jika takdir yang akan mempertemukanku denganya pasti aku bisa hidup bersamanya, Aku hanya menunggu sebuah keajaiban untuk bisa bersamanya. Untukmu seseorang yang masih dalam penantian panjangku semoga kelak kita bisa bersama selamanya.