SECURITY TAMPAN PENCURI HATI
Mendung Kota Air
sudah menyapa di pagi yang indah ini menutupi sinaran mentari yang sedikit
terlihat kuning ke emasan di ufuk timur. Kulirik sarapan pagi ku yang masih
tersisa seolah enggan untuk ku kunyah
sembari terus mencemaskan suasana pagi yang terlihat mendung, bagaimana jika
turun hujan sedangkan Aku belum berangkat, Ku persiapkan beberapa
perlengkapanku sembari memanasi kendaraan Vario Tecno milikku. Senyap sekali
pagi ini Tak lagi ada suara penjaja Nasi kuning ciri khas di kota ini atau mungkin memang sudah tidak pagi lagi !
Langsung Ku raih
jilbab buru-buru untuk segera ku kenakan, Aku mendatangi Mamah yang masih setia
di dapur untuk membereskan sisa sarapan tadi.
“Sudah Nad Mamah
saja... Sudah siang nanti Kamu telat loh” Senyum Mamah memberi kekuatan
tersendiri, Ini lah alasanya kenapa kemanapun Aku pergi Mamah selalu Aku bawa
ke kalimantan sekalipun. Mamah pun setia untuk mengikutiku pindah ke sini ke Kota
Air kuala Kapuas di kalimantan tengah
Tempatku bekerja.
“Nadia Berangkat
dulu ya Mah” Aku berpamitan sama Mamah dari kecil sudah begini jadi tidak ada
yang berubah sampai sekarang. Sekalipun usiaku sudah 24 Tahun tetap tuh yang
namanya di cium keningnya sama Mamah sudah tradisi.
Aku menyusuri Kota Air yang terlihat masih ramah
dan bersahabat lumayan juga jaraknya dari jalan Pemuda tempat tinggalku sampai
ke sini memakan waktu kurang lebih 11 menit.
“Selamat Pagi
semua...” Ku tundukan kepalaku sembari menyapa semua teman-temanku yang sudah
siap di tempatnya masing-masing.
“Pagi Nadia “
Jawab Ivan yang berada di sampingku sembari tersenyum manis banget.
“Pak Jefri mana
Van? sebentar lagi kan buka” Sembari ku rapikan kertas-kertas di meja sedikit
ku selipkan pertanyaan pada Ivan teman sebelahku yang sama-sama posisi Kami
sebagai Customer service.
“Oh..Pak Jefri di
gantiin sama Ardan” Jawab Ivan tanpa melihat ke arahku.
“Siapa Ardan?”
masih saja Ku berondongi pertanyaan serupa.
“Security baru lah
Nad... Tuh Dia” Ivan menunjuk Ardan satpam Baru di sini yang baru saja masuk
serta merta dengan senyuman manisnya yang mencuri perhatian.
“Serius Van Itu
orangnya?” Tanyaku pada Ivan yang masih sibuk merapikan beberapa kertas di
mejanya.
“Iya..Tuh
buktinya, Kenapa? Cakep ya?” Tiba-tiba Ivan tersenyum menggodaku.
“Yee Siapa yang
bilang gitu? jealous ya” Aku sedikit malu apa lagi Ardan tersenyum melihatku Wah
kenapa jantung ini berdetak lebih kencang dari biasa.. Tidak ini tidak boleh
terjadi.
“Malah bengong
Siapa yang jealous... Enggak” Wajah Ivan terlihat kesal, Iya memang ini salahku
tak seharusnya Aku bersikap begini Aku sudah dekat sekali dengan Ivan bahkan
suka pergi bareng Tak ubahnya seperti Pasangan kekasih hanya bedanya Kita tidak
jadian.
Kembali suasana
bekerja seperti biasa. Aku selalu berusaha ramah untuk melayani para Nasabah.
ku persembahkan senyumku dengan segenap Jiwa dan ragaku. Tak merasa Lelah
Karena ini adalah pekerjaan impian ku dari kecil.
Mataku tak lepas
dari Ardan, aku selalu ingin tahu gerak-gerik Ardan seperti ada magnet yang
mendorongku, senyumnya Ardan manis banget rupanya Aku terhipnotis oleh satpam
itu.
“Ehmm....” Ivan
membuyarkan lamunanku.
“Ivan ah...sukanya
deh bikin kaget aja” Aku cemberut melihatnya.
“Kamu, bengong
melulu Aku perhatikan, waktunya istirahat ayo kita makan
siang” Ivan mengajak ku makan siang bareng
seperti biasa.
“Iya.... duluan
aja, entar Aku nyusul” Aku tersenyum, menyenangkan hati Ivan
dan Aku mencoba tersenyum pada Ardan, terlihat
takut-takut Ardan membalas senyumanku, Aku berjalan keluar masuk sembari
melihat Handponeku tidak jelas, Ardan hanya tersenyum sedikit bingung melihatku
yang bolak-balik kaya setrikaan baju jangankan Ardan Aku sendiri bingung.
Sore ini waktunya bersiap untuk pulang,
lagi-lagi Ivan menghampiri Aku
“Bawa motor nggak tadi?
Atau.. bareng Tiya?” Tanya Ivan begitu perhatian.
“Bawa motor
sendiri kok” Jawabku seraya tersenyum.
“Mau bareng?” Ivan
menawariku untuk pulang sama-sama dengannya.
“Emmm Ivan duluan
aja, Nadia mau mampir dulu ke apotik beliin obat Mamah”
“Ya udah Aku
duluan ya, hati-hati see you” Ivan berlalu setelah menepuk pundaku. Aku jadi
bingung sendiri dengan persaanku saat ini setelah kehadiran Ardan membuat Aku
menjauhi Ivan yang dulu Aku sayangi.
“Maaf Mbak, yang lain
sudah pulang, kok masih di dalam?” Ardan mendekatiku
“Astagfirllah...
Iya ya” Aku menggaruk kepalaku meski tidak gatal saking geroginya Karena Ardan
mendekati Aku entahlah Aku jadi bingung. Ardan tersenyum melihat Aku berjalan
menuju tempat parkir karena tempat yang Ia tuju pun sama, Aku pikir Dia
mengikutiku tapi ternyata Dia parkir di tempat yang sama denganku.
“Tinggal di jalan
apa Mbak?” Ardan memanggilku Mbak, ya ampun berasa jadi Kakaknya aja.
“Jalan Pemuda,
emmm berasa Tua banget di panggil Mbak” Aku senyam-senyum di hadapan Ardan.
“Oh maaf Aku hanya
menghargai saja” Jawabnya begitu santun dan lembut.
“Ah tidak perlu
begitu.... ” Aku tersenyum menatapnya.
“Orang Jawa
biasanya begitu hehe” Dia tertawa renyah matanya terlihat hanya segaris, ini
orang... benar-benar mengingatkanku dengan Kim sang Bum artis Korea Itu
meskipun rada jauh sih hanya tampan yang serupa tapi tak sama.
“Aku bukan Orang
Jawa hehe, ya sudah panggil Aku Nadia aja, Kamu
Ardan Kan penggantinya pak Jefry?”
“Iya Nad Aku dari
Banjar masin di pindah ke sini, di sana sudah kepenuhan jadi
Aku deh yang di pindah” Ardan menjelaskan
kepadaku kenapa Dia bisa sampai di tempat ini.
“Oh gitu
ceritanya” Aku manggut-manggut mendengar penuturan Ardan Satpam yang kece badai.
“Aku duluan ya Ar,
Daaa” Aku melambaikan tangan meninggalkanya yang masih menarik kendaraan dari
tempat parkir, Dia tersenyum menyambut seruanku serta melambaikan tanganya.
Pagi ini hari
minggu tentu saja Kami semua libur dan ada kesempatan untuk ku istirahat, Aku
menuju stadion panunjung Tarung Kuala kapuas dengan Tiya temanku untuk jogging,
Hemm kebiasaan Buruk Tiya kalau lagi jogging selalu ketemuan sama Arman
kekasihnya, Aku menggerutu sedikit kesal namun Aku terus berlari-lari kecil
mengelilingi stadion Kota ini sendiri. Aku berhenti untuk istirahat sejenak,
terlihat ada sesuatu yang beda dari hari-hari sebelumnya suasana Stadion ini,
ya apa lagi kalau tidak kehadiran Ardan yang selalu memberi warna tersendiri
untuk ku.
“Ardan ...Ya ampun
sangat-sangat keren pake bangetttt” Ucapku lirih Aku senyum-senyum sendiri
melihat Ardan dari kejauhan. Tapi ternyata Dia tahu kalau dari tadi Aku
memperhatikan Dia.
“Nadia....” Dia
menyapaku seraya berlari semakin mendekati Aku.
“Hobby juga ya?”Aku
bangkit dari tempat dudukku semula, berusaha menjaga Jantungku yang semakin
kencang berdetak, jangan sampai Ardan mendengarkan detakan jantungku yang sudah
tidak stabil ini Tuhan....
“Emmmmm” Ardan
mengangguk, Aku jadi bingung gini, makin nggak jelas aja.
“Ayo sama-sama” Sembari
terus mengelap keringat nya yang mengalir di kening dengan handuk kecil di
lehernya.
“Boleh” Aku
mengikutinya dari belakang, terus memperhatikan nya, Ardan memang luar biasa.
Tampannya memang sungguhan.
Sore ini Ardan
berkunjung ke rumahku untuk yang pertama kalinya, dengan membawa Gitar, memakai
Kaos lengan pendek dan mengenakan celana pendek casual banget dan sangat
terlihat imute beda banget sama waktu Dia memakai seragam security, Aku semakin
terpikat dengan Ardan. Aku bernyanyi bersamanya Dunia ini terasa sangat Indah
sekali, Aku sangat bahagia. Ardan terus tersenyum memandangku sembari terus
memetik gitarnya, Ardan betul-betul mencuri hatiku yang awalnya terpikat oleh
Ivan.
Kembali Kami
bekerja seperti biasa, hanya bedanya Aku semakin tambah bersemangat Karena Ardan semakin hari
semakin dekat saja denganku.
“Kemaren hari
libur kemana aja” Ivan mendekatiku.
“Eemmm di rumah
aja, biasa paginya jogging sama Tiya” Ku jawab lirih sekali sembari tersenyum.
“Oh kirain....?”
Ivan kembali ke mejanya sembari melirik Ardan. Sedangkan Aku hanya mampu
terdiam dan bingung melihat sikap Ivan. Kenapa Ivan berbeda apa salahku dengan
nya? Sikap Dia dingin banget tidak seperti biasa, mungkinkah Ardan penyebab
dari semua ini Arrgggg tidak mungkin.
“Mau pulang bareng
Ardan lagi?” Tiba-tiba Ivan sudah Ada di sampingku.
“Ivan?” Mataku
tidak bisa berbohong, tapi Aku bingung harus jawab apa, Ivan meninggalkan Aku
yang masih bengong di tempat parkir. Kudapati Ardan yang baru berjalan menuju
tempat ini.
“Ardan... “
Panggilku seraya melambaikan tangan, sedangkan Ardan hanya mengangguk tak
komentar hanya sedikit senyuman yang tersisa untuk ku. Kenapa Dia mengikuti
Ivan yang begitu saja nyuekin Aku? Kenapa semua menjauhi Aku? Kenapa Ardan
bersikap demikian?
Hari ini sudah
empat bulan Ardan di sini, semakin hari Aku semakin mencintai Ardan, ku
persiapkan Diriku untuk bertemu Ardan di tempat kerja dengan penuh semangat
yang luar biasa, ku langkah kan kakiku dengan gontai dan menebar senyum pada
semua yang berada di dalam ruangan ini.
Tapi, tak kutemui Ardan di sini terasa sangat berbeda dari biasa, ada apa
dengan semua ini.
“Ty....” Panggilku
seraya berjalan mendekati Tya.
“Iya kenapa Nad”
Jawab Tya menatapku
“Ardan...?” Aku
tak mampu lagi meneruskan pertanyaanku
“Oh..... Ardan?
Dia sudah balik lagi ke Banjarmasin Dia Kan Cuma sementara di
sini, emang Dia enggak cerita apa sama Kamu?”
Tya bangkit dari tempat duduknya mendekatiku.
“Enggak..... Kok
Dia enggak pernah cerita sama Aku ?”
“Mungkin Dia punya
alasan sendiri kali Nad... “ Tya memeluk ku memberi kekuatan padaku, mungkin
saat ini cinta memang bukan milikku. Tapi Jika takdir yang akan mempertemukanku
denganya pasti aku bisa hidup bersamanya, Aku hanya menunggu sebuah keajaiban
untuk bisa bersamanya. Untukmu seseorang yang masih dalam penantian panjangku
semoga kelak kita bisa bersama selamanya.
No comments:
Post a Comment