LANGIT-BUMI
Malam ini sosial media twitter di hebohkan oleh berita tentang Pilot tampan
yang ada di Televisi baru-baru ini. Para
wanita-wanita yang sedang menyaksikan acara tersebut langsung menyerbu
twitter Pilot tampan itu untuk segera memfollow account
miliknya, termasuk juga Aku. Bahkan dari
kemunculan awal Aku langsung klik. Karena kecerdasan dan ketampanan itu mampu membius ribuan orang di tanah air
ini dar i anak kecil sampai Ibu-ibu, dari wanita sampai laki-laki Pilot tersebut
membawa aura positif sehingga banyak sekali yang langsung jatuh cinta padanya.
Aku selalu mention setiap Pilot
tersebut ada di Televisi namun tidak mendapat respon. Dan Aku mencari cara lain.
Aku cari account Facebook miliknya lalu Aku kirim message awalnya iseng tapi
ternyata di balas. Pasti tahu kan gimana rasanya bahagia banget Dia over
friendly pokonya awesome banget deh. Semakin sering Aku kirim message dan
selalu di respon padahal banyak banget yang kirim pesan padanya tetap saja Dia
bisa seramah itu pada semuanya luar biasa.
Capt. Pilot yang berusia 28Tahun itu
memang sangat charming, smart, dan tampan. Prestasinya luar biasa.
“Ta..... ampun deh, senyum-senyum sendiri di depan TV Kenapa sih?” Tiba-tiba Dino
main muncul saja di sampingku. Ini orang selalu datang disaat yang tidak tepat.
“Emmmm mulai deh pengganggu datang”
Ucapku sembari mencibir.
“Kamu ngapain senyum sendirian, untung
aja Aku yang datang. Coba kalau pus-pus yang
datang bisa pingsan Dia Lihat juraganya
rada-rada gimana gitu...” Dino semakin menjadi kalau ngledekin Aku.
“Diam ahh itu Capt. charming sedang memberikan
penjelasan.” Kembali kufokuskan mata ini untuk melihat betapa mengagumkanya
Dia.
“Halah...Gita gagal fokus. Kamu bukan
menyimak penjelasan, tapi lihatin wajahnya.” Dino mencubitku, rupanya faham
juga Dia maksud Aku hehe...
“Sadar Ta, jangan sampai Kamu
tergila-gila sama Dia, nanti Aku yang repot.” Dino menunjukan wajah lesunya
dihadapanku.
“Ampun deh... tapi Aku suka banget No gimana dong hehe.” Aku sengaja berkata
demikian pada Dino. Aku ingin tahu bagaimana reaksinya.
“Serius Kamu, ah Kamu Dilihat juga enggak Ta..”
“Kita sudah sering chat loh di BBM”
Aku tersenyum menatap Dino.
“Apa? Ngarang Kamu. Pasti bohong
iyakan?” Dino masih saja tidak percaya sama Aku.
“Apa gunanya Aku ngarang. Serius lah.”
Aku masuk kedalam kamar untuk mengambil Phonselku yang tertidur pulas diatas
kasur. Segera kutunjukan pada Dino semua
isi chatku. Saking dekatnya Aku sama Dino sampai-sampai tidak ada rahasia
diantara kita. Dino memang sahabat yang paling baik..Dino adalah the best enemy. Dino terperangah membaca semua isi chatku sama Rendra Pilot
charming yang membuat wanita terkagum padanya.
“Wah keren juga Kamu, tapi ini asli
kan? Maksud Aku beneran Pilot itu. Takutnya Kamu di
tipu.” Dino cemas memandangku.
“Insya Allah ini asli kok !” Kuraih
phonselku yang ada di genggaman Dino. Selang beberapa menit kemudian terdengar
dentuman BBM. Serentak Kami saling pandang. Aku dan Dino tak sabar ingin
membukanya dan saling berebutan.
“Selamat makan malam dear” Ku baca dengan seksama
tulisan itu. Lalu Aku joget-joget muter-muter ala india gitu.
“Ya Allah..Aku bahagia banget No,
serius kaya dibawa terbang di ketinggian 38000 kaki”
“Hemmm yang lagi bahagia gara-gara
dapat ucapan dari kang Mas Pilot hahaha”
Lagi-lagi Dino meledek.
“Eh tunggu bukanya masih di studio
Dia, baru sejam acaranya kelar. Masa sudah BBM aja” Dino masih saja protes.
“Dino tadi Aku ada BM Dia pas masih
sore, bukanya Kamu baca sendiri tadi kalau Dia
Bakal langsung pulang”
“Memang rumah Dia dekat ya sama
Studio?”
“Ya di jalan lah No, lagian kan pakai
mobil. Memangnya kita hahaha” Aku dan Dino langsung ngakak kalau sudah bahas tentang harta kekayaan.
Secara kita dari kecil bareng jadi saling tahu tentang keadaan
masing-masing. Sama-sama hidup sederhana
jelaslah jauh berbeda sama Bang Rendra yang hidupnya glamor. Fasilitas hidup
yang memadai haduh impossible saja kalau sampai Aku bisa sama-sama Dia. Ahh
tidak mungkin.
“Selamat malam
non” Kembali Rendra mengirimkan sebuah message. Saat mata ini sudah nyaris
terpejam. Dia terlalu membuat Aku semakin berharap.
“Malam abang, Belum tidur ya?”
“Belom-belom” Jawabnya lagi.
“Masih sibuk nih?”
“Lumayan, temani abang dong masih ada
kerjaan. Biar enggak ngantuk he..” Pinta Rendra padaku. Setengah bingung juga
senang mengahadapi sikap Rendra. Aku takut sakit hati, kalau saja nanti Aku
terlanjur berharap sama Dia.
“Bukanya ganggu nanti?”
“Enggak lah....”
“Oh yasudah...semangatttt Abang” Aku
berusaha memberinya semangat. Jujur Aku bahagia sekali, namun di benak ini
masih terus bertanya apakah ini mimpi?
“Ok ok “ Balasnya lagi sembari
menyelipkan emoticon tertawa. Namun semakin lama berat sekali mata ini untuk
dibuka karena kantuk melanda. Hampir tak bisa Aku mengusirnya. Tangan ini sudah
tidak sanggup lagi menggenggam phonsel. Aku tertidur lelap sekali hingga subuh menyapaku dengan
suara adzan yang menggema dari masjid. Kuraih phonselku ada beberapa pesan dari
Rendra.
“Maaf Abang Aku ketiduran semalam, forgive me...please”
Aku memohon supaya Rendra tidak marah karena Aku tidur tanpa kirim pesan dulu.
“Iya deh iya di maafin jangan lagi ya....sudah
sholat belum?”
“Ini baru mau, Abang sudah?”
“Alhamdulilah...” Jawabnya lagi.
Jantung ini rasanya tak sanggup Aku kendalikan tiba-tiba saja berdetak sangat
kencang. Apakah ini yang namanya cinta? Soalnya Aku belum pernah merasakan
bahagia yang sehebat ini. “Tuhan jangan biarkan saya mengaharap sesuatu yang
bukan milik saya” Itulah kalimat Di penghujung Do’aku shubuh ini. Aku menjalani
hidup semakin berwarna karena kehadiran Rendra. Aku semakin bersemangat untuk
menjalani berbagai aktifitasku.
“Dino.....”Panggilku sembari mengunyah
jajanan yang baru saja kita beli dari kantin kampus. Aku sama Dino sudah kerja
namun masih semangat untuk kuliah. Karena Kami juga ingin merasakan sukses
seperti yang lain.
“Hemmmm...” Dino asyik sendiri dengan
gadgetnya.
“Makin kesini Aku makin cinta banget
sama Rendra gimana dong?” Tanyaku pada Dino untuk membantuku menyelesaikan
masalah cinta yang membelitku.
“Tuh kan apa Aku bilang. Pasti Aku
yang repot” Dino manyun seakan Ia tak ingin ikut campur tentang hal ini.
“Semakin hari Dia semakin memberi
harapan padaku”
“Jangan terlalu percaya begitu saja
sama orang yang belum pernah Kamu temui
apalagi Kamu sama Dia itu bagaikan langit dan bumi. Bukanya mematahkan
harapan
Kamu. Just saran sih kalau mau di dengar” Dino ngomel panjang lebar.
“Iya Aku tahu. Enggak akan nyampai juga Aku mengejar Dia, sekalipun jatuh
berkali-kali”
“Jangan sedih gitu....Dia kan emang
kerjanya Diatas secara Diakan Pilot hehe” Dino mencoba menghiburku.
“Enggak kok No Kamu memang betul. Memang itu kenyataanya,
kenyataan memang pahit
ya No”
Jawabku lesu, rasanya tidak ada kekuatan
untuk memaksakan kehendaku sendiri.
Disela-sela perbincanganku sama Dino tiba-tiba
Rendra mengirimkan sebuah message.
“Selamat pagi non” Pesan itu langsung
kutunjukan pada Dino.
“Tanggapin saja enggak apa-apa. Cuma
saran Aku jangan pakai hati ya..nanti Kamu yang
sakit. Tuh seperti cita-citata sakitnya tuh
disini didalam hatiku” Dino berdendang sembari menghiburku.
“Pagi...Abang lagi Free?”
“Lagi enggak dapat jadwal. Iya free”
“Lagi dihotel ya?”
“Kok di hotel? Enggaklah...”
“Oh kirain...?”
“Enggak lahh...Kamu apa kabar? Lagi
ngapain?”
“Kuliah Bang..lagi ujian Do’anya ya”
“Insya Allah lulus baik..Good luck”
“Amiin Makasih Abang”
“Sama-sama”
Perhatian Dia yang lebih itu membuatku
sulit untuk melupakannya begitu saja. Entah sikap itu Ia tunjukan hanya padaku
atau semua wanita-wanita yang mengaguminya. Semakin sakit rasanya jika
membayangkan begitu banyak wanita yang mendekatinya sedangkan Aku jelas-jelas
jauh berbeda. Aku tak sanggup meraihnya
sekalipun Aku terjatuh kemudian bangkit beribu-ribu kali tidak akan terkejar.
Dia berada jauh diatasku. Aku dan Dia akan sulit untuk disandingkan Aku tidak bisa memaksa keadaan yang tidak
semestinya kurasakan. Luka ini memang tidak seberapa namun rasa sakitnya begitu
luar biasa.
“Selamat pagi non” Lagi-lagi Rendra mengirim pesan padaku. Dia semakin menambah luka ini. Aku
sudah berusaha menahan diri untuk tidak mengirimkan pesan padanya
dalam waktu dua hari ini.
“Pagi juga Bang... maaf sebelumnya mau
tanya?”
“Silahkan kalau mau nanya”
“Abang tuh ramah pada siapa saja ya?”
“Insya Allah..kan ibadah” Balasnya
semakin sakit rasa ini.
“Tega.... Kamu sudah membuat Aku enggak tahu diri. Kamu sudah buat aku berharap lebih
Kamu jahat sakit Bang dihati. Jujur sakit
banget.”
“Wah bukan gitu maksud Aku Ta.... Pake
voice” Tiba-tiba berkata demikian. maksudnya apa juga Aku enggak tahu.
“Telpon... mana nomor Kamu. Abang mau telpon” Tak berapa lama
setelah nomor itu kukirim. Rendra langsung menelponku.
“Assalamualaikum” Kuucapkan salam
pembuka seraya Aku mencari tempat duduk yang nyaman...panas dingin sekali
rasanya tubuhku. Jantungku berdetak semakin menjadi.
“Waalaikum salam, Apa maksud Kamu?
Abang enggak ada niatan buat membuat
Kamu itu
sakit hati. Abang mau lihat dari semua yang
chat sama Abang siapa yang bisa membuat
Abang nyaman. Kamu tahu enggak Abang berharap
itu Kamu.” Air mata ini tiba-tiba memaksa keluar seolah iya berontak dengan
keadaan ini. Aku tak bisa menjawab Rendra.
“Hallo.... Hey...Kok malah nangis
jangan nangis dong. Abang enggak suka dengar Kamu
nangis. Sudah dong diam...Jangan buat Abang
cemas...”
“Aku tidak sanggup saja Bang dengan
semua ini. Impossible banget Aku bisa sama Kamu
A ku hanya bisa bermimpi untuk
bersanding sama Kamu. Aku hanayalah serpihan
ranting yang tidak ada kekuatan untuk bertahan menghadapi nama besarmu. Kita seperti
langit dan bumi. Kamu jauh diatasku.
Tidak mungkin Aku bisa meraihmu. Aku menyerah
tidak mungkin sanggup Aku terus
tertatih dan terjatuh untuk mengejarmu”
“Jangan gitu...Abang ini orang biasa
kaya kebanyakan orang. Jangan gitu lah.. Kalau Tuhan
berkata lain gimana?”
“Aku tidak tahu yang jelas sakit
sekali Aku merasakan perbedaan ini. Maaf Aku sudah
lancang berani mengarapkanmu tanpa berfikir
akan perbedaan itu. Sampai orang-orang
disekitarku mengatakan Aku tidak
normal karena telah mencintai orang yang
tidak mungkin
bisa kugapai. Mencintai orang yang wira-wiri
di Televisi, Mencintai orang yang berkualitas
tinggi, mencintai orang yang belum tahu
seperti apa Aku, mencintai orang yang belum
pernah kutemui.” Jelasku diiringi isak tangis
yang terus menjadi.
“Enough...” Ucapnya dari seberang sana
dengan nada sedikit tinggi. Tangisku semakin menjadi. Sepertinya Rendra marah
dengan semua ucapanku itu sehingga Dia mematikan telpon begitu saja. Entah apa
jawaban dari semua ini. Akan ku coba menikmati rasa sakit ini sendiri. Rendra
...Aku sayang Kamu Aku cukup bahagia bisa mengenal orang sehebat dan sefamous
Kamu Meskipun itu hanya sedetik.