STORY OF A VILLAGE (MANTANGAI HULU)
Perjalananku dari bogor sampai
Banjarmasin cukup melelahkan. Hingga Aku mengistirahatkan tubuhku di sebuah
penginapan yang berada di kota air Kuala kapuas. Kemudian keesokan harinya akan
ku lanjutkan perjalananku
menuju sebuah Desa yang terletak
tidak jauh dari kecamatan Mantangai yang
berjarak kurang lebih 85 Km dari kabupaten kapuas, kalimantan
tengah.
Kupejamkan mataku perlahan, inilah
perjalanku pertama keluar pulau. Apa lagi
pulau kalimantan yang lumayan jauh
sekali jaraknya dari Bogor tanah kelahiranku. Sudah ku usahakan untuk
terpejam masih saja mata ini enggan
untuk terpejam, gusar sekali perasaanku, bagaimana tidak Aku harus berhadapan
dengan orang-orang baru yang berbeda suku
dan bahasa tentu sangat menyulitkan sekali bagiku. Kulirik jam
tangan yang melingkar di pergelangan lengan kananku masih menunjukan pukul 07:21Pm pantesan Aku
nggak bisa tidur biasanya juga tidurku sampai tengah malam yaa... karena game
online.
Aku beranjak dari tempat tidur dan
sedikit merapikan rambutku di depan cermin, lalu langkah demi langkah Aku
meninggalkan kamar hotelku sejenak. Guna menghirup udara malam di kota Air
Kuala kapuas masih terasa embun yang
menyegarkan, meskipun tak sedingin di bogor soalnya di daerah kalimantan tengah apa lagi kuala kapuas tidak ada pegununganya.
Sekitar pukul 9:12 Pm Aku kembali ke kamar hotelku, Aku
istirahat dan mempersiapkan mentalku berhadapan dengan orang-orang baru besok,
entah apa kabar teman-temanku yang dikirim di kabupaten lain besok saja Aku
menayakan kabar mereka.
Pagi ini Aku pergi ke sebuah terminal
yang ada di kota Air. Awalnya sih Aku bimbang antara melalui jalur sungai atau
darat namun pada akhirnya Aku
memutusakan melalui jalur darat menggunakan
mobil L300 Aku berusaha menikmati
perjalanan ini meskipun terasa penat sekali Aku Cuma senyam-senyum melihat para penumpang di dalam mobil ini di
tambah akses jalan yang kurang memadai. Jalanya penuh terjal, berlobang, dan ada genangan air karena sebagian besar jalan menuju kecamatan Mantangai masih
belum di aspal.
Setelah perjalanan yang memakan waktu
kurang lebih dua jam akhirnya Aku sampai juga di daerah kecaman mantangai. Aku langsung ke kantor
Kecamatan untuk mencari informasi di
mana letak Desa Mantangai hulu, Aku diantar oleh salah satu petugas kecamatan kerumah Kepala Desa Mantangai hulu.
“Assalamualaikum” Ku ucapkan salam Ketika memasuki rumah Kepala Desa sembari Aku
tersenyum semoga saja beliau muslim jadi Aku tidak salah mengucap salam
barusan.
“Waalaikum salam” Sahut Bapak kepala
Desa dengan penuh keramahan dan mempersilahkan Aku untuk segera memasuki
rumahnya.
“Saya Farhan Pak, dari bogor dapat tugas dari Salah
satu instansi untuk mendampingi kegiatan
di Desa ini sekitar enam bulan” Kujelaskan maksud dan tujuanku datanng kesini.
“Iya sangat bagus itu, pendampingan
dalam bidang apa kira-kira?” Tanya Bapak Kades antusias.
“Hortikultura Pak” Jawabku sembari tersenyum.
“Oh...bagus-bagus” Sahut Bapak sembari
manggut-manggut.
“Maaf Pak boleh tanya...kira-kira
disini ada penginapan yang disewakan atau tidak?” Sembari mataku melirik
keluar, Aku melihat jalan karena suara
yang sangat gaduh dan ramai di penuhi oleh anak-anak yang sedang bermain,
terasa sekali perkampunganya.
“ Penginapan sepertinya tidak ada, Nak Farhan bisa tinggal di rumah saya saja”
Pak Kades tersenyum, ternyata tidak sesulit yang ku bayangkan alhamdulilah
ucapku dalam hati.
“Wah saya jadi merepotkan Bapak ini
ceritanya” Ucapku basa-basi.
“Ah tidak... biasa saja, sebelum Nak
Farhan juga banyak tamu yang menginap disini ada
juga yang dari jepang melakukan penelitian
untuk menyelesaikan tesis S2nya” Pak Kades berusahan menjelaskan padaku.
“Wah luar biasa” Aku tersenyum.
“Silahkan Nak Farhan
kalau mau istirahat,
atau jalan-jalan. Masukan Kopernya kedalam
Kamar.” Bapak Kepala Desa mempersilahkan Aku
untuk memasuki kamar tamu yang memang sudah di sediakan, tak berfikir lama Aku
pun menurutinya untuk menyimpuni barang bawaan yang ku bawa lalu Aku di ajak mengelilingi kampung ini dengan berjalan
kaki.
“Bagaiman Far
masih terasa nuansa hutannya ya?” Tanya Pak Kades mengagetkan lamunanku,
sedangkan Aku hanya tersenyum.
“Disini bagaimana sumber mata
pencaharianya Pak?” Tanyaku memulai perbincangan sore ini.
“Sebagian Mereka ada yang mencari
emas, berladang, berkebun tidak tentu” Jelas Pak Kades semberi terus berjalan.
“Tidak menebang pohon hutan?” Tanyaku
lagi, soalnya Aku sering mendengar pekerjaan yang menebang pohon hutan oleh
masyarakat setempat.
“Dulu seperti itu Far tapi setelah ada
larangan mereka tidak berani lagi, sebenarnya
sebagian besar usaha mereka yang menghasilkan memang menebang pohon”
“Oh... Kira-kira mereka berminat tidak
ya Pak untuk mengikuti progam ini “
“Kemungkinan mau saja, nanti saya
bantu mengumpulkan warga disini. Kebetulan disini
sudah terbentuk kelompok-kelompok tani, karena
disini juga ada penyuluhnya”
“Alhamdulilah semoga berjalan lancar,
bisa minta no handpone Penyuluhnya Pak”
“Oh bisa-bisa, mari kita pulang
kerumah” Aku dan Pak Dahlan kepala Desa Mantangai hulu bergegas untuk pulang
disamping sudah sore sepertinya akan
turun hujan terlihat sekali awan yang menghitam diatas sana.
Terasa berbeda nuansanya namun sebisa
mungkin Aku harus bisa menempatkan diriku disini. Aku hanya bengong ketika ada yang mengajakku berbicara bahasa dayak. Sama sekali Aku tidak mengerti kemudian Bapak yang mengajakku
berbincang langsung tertawa. Mungkin beliau faham kalau Aku tidak maksud dengan apa yang dikatakan oleh beliau. Aku
pun jadi tertawa untuk mengimbangi beliau. Banyak orang-orang baru yang ku
kenal di tempat ini. Kami mengahabiskan waktu malam kami berbincang di Kediaman
Bapak Kepala Desa ini.
Suasana malamnya pun sangat berbeda, setiap daerah memiliki cirikhas tersendiri penduduk disini
padat sekali karena jarak antara rumah kerumah sangat dekat sekali, sehingga sekalipun malam
masih terdengar suara-suara teriakan, obrolan dan lain sebagainya. Perkampungan
ini terletak di bibir sungai Kapuas yang
berada di mantangai. Jadi setiap hari ada saja kelotok yang lewat, bahkan tengah malam
seperti ini pun banyak sekali yang lewat. Sulit sekali mata ini untuk di
pejamkan mungkin Aku belum terbiasa
saja dengan tempat baru, namun Aku harus
memaksa mata ini untuk terpejam meskipun hanya tersisa beberapa jam saja.
Hingga fajar sudah terlihat di ufuk
timur cahayanya menembus dinding kamar terlihat kilauanya yang begitu bersinar
keemasan, bias seperti lampu malam di jakarta. Tempat ini memang masih alami belum ada tangan-tangan manusia
yang merusak keindahanya hutanya luar biasa mengerikan ku pandang dari balik
jendela kamar ini. Mataku terpaku
melihat arus sungai kapuas yang tenang serta hutan di seberang sana yang
begitu sejuk, Aku nggak bisa bayangin makhluk seperti apa saja kah yang ada
didalam hutan itu.
“Farhan....” Ku dengar suara dari
balik pintu memanggilku. Ku langkahkan kakiku perlahan mendekati pintu lalu
membukanya.
“Oh Bapak...” Aku tersenyum sangat malu sekali sampai Aku yang di datangi
oleh Orang Tua.
“Mari kita sarapan, setelah itu kita
ke ladang” Ucap Pak Dahlan sembari berlalu. Aku bengong sembari menggaruk
kepalaku yang sedikit gatal. Aku masih terpaku di tempat yang sama kemudian Pak
dahlan menghampiriku lagi.
“Kalau mau mandi dulu di kamar mandi bisa,
tuh di sungai juga bisa terserah Farhan”
“Iya pak...”Aku mengangguk lalu
mengambil handuk yang masih tersimpan didalam
koper, soalnya kemaren Sore Aku tidak mandi he.. Aku jadi merasa tidak
enak sendiri seperti tinggal di hotel saja apa-apa ada pilihanya bahkan disini
nggak kalah keren ada juga swimming poolnya luas banget ya itu dia sungai
kapuas, kita bebas nyebur kapanpun,
berenang kapanpun semaunya kita deh... Aku mau nyoba pagi ini untuk mandi
disungai bersama Artha anak kedua Pak Dahlan yang berusia kurang lebih tujuh
tahun.
Aku dan Artha berlari-lari kecil
menuju dermaga yang berada di depan Rumah Pak Dahlan tanpa berfikir panjang
Artha langsung nyebur bersama teman-temanya yang sudah lebih dulu berada
didalam sungai.
“Ayo Kak cepetan turun” Ujar Artha memanggilku
dengan wajah polosnya. Tidak tahu Dia kalau sebenanrnya Aku ini takut.
“Iya nanti Kakak susul deh, Artha
duluan saja” Jawabku sembari duduk di
papan pemandian untuk persiapan mandi.
“Kak Farhan takut ya hehehe” Artha cekikikan meledku diikuti oleh teman-temanya. Malu sih sebenarnya sampai diledekin gitu tapi
melihat dalam dan luasnya sungai ini, nyaliku justru semakin menciut.
“Hehe dikit...eh kalau mandi langsung
gini ya airnya langsung diambil ?“ Tanyaku pada Artha sembari ku ambil air
sungai ini dengan gayung.
“Iya lah Kak gimana lagi, makanya ayo
nyebur aja” Rupanya Artha memaksaku.
“Sekarang Kakak lagi malas nanti sore
aja ya kita berenang bareng” Jawabku sembari tersenyum menghilangkan rasa takut
dan malu pada anak-anak itu.
“Janji ....” Artha berusaha memastikan.
“Insya Allah...” Jawabku lagi.
“Kok insya Allah ...pasti bohong”
“Lah...kan kita nggak boleh
janji-janji hehe” Jelasku padanya, kemudian kami kembali kerumah, Artha pergi
kesekolah sedangkan Aku dan Pak Dahlan sarapan sembari menunggu penyuluh yang
katanya menuju kesini. Kita-kita mau
keladang sama-sama melihat calon tempat program hortikultura yang akan
di kembangkan di Desa ini.
Tak berapa lama setelah kami
menyelesaikan sarapan pagi, ada seseorang yang datang mengucap salam.
“Assalamualaikum” Ucapnya dari balik
pintu sembari tersenyum.
“Waalaikum salam” Serentak kami
menjawab, seraya berdiri menghampirinya
“Masuk sha.... sudah sarapan belum?”
Pak Dahlan berucap seraya meliriku kemudian Aku menghampirinya dan kami saling
berjabat tangan.
“Sudah Pak ..terimaksih “ Jawabnya
sembari tersenyum.
“Kalau begitu ayo kita berangkat saja
nanti airnya surut” Pak Dahlan bergegas menuju dermaga dan kami mengikutinya
dari belakang.
“Sudah lama bertugas disini?” Tanyaku membuka sebuah percakapan sembari tersenyum
melihatnya.
“Alhamdulilah lumayan kurang lebih dua
tahun saya di tugaskan disini”
“Ehmmm lama juga ya...” Kembali Aku
tersenyum, lumayan ngumpulin ibadah banyakin senyum, tersenyumkan ibadah.
“Ayo far.... Ayo sha ...naik” Pak
Dahlan menyuruh Kami untuk segera
menaiki klotok yang berukuran sangat kecil itu, seketika nyaliku menciut.
“Kenapa ...takut” Dia mendekatiku
sembari meledek.
“Oh ...nggak-nggak, siapa yang takut” Aku
berusaha bersikap biasa meskipun Aku tahu sebenarnya mereka tahu kalau Aku
takut.
“Tenang saja nggak apa-apa kok,
awalnya Aku dulu juga takut tapi lama-lama
terbiasa” Sha berusaha menenangkanku, Aku berusaha memberanikan Diri
cewek saja berani Aku harus lebih beranilah.
Klotok kecil ini berpacu sangat cepat
memotong sungai kapuas yang luas dan bergelombang jantungku berdetak sangat kencang sekali. Ku
lihat sha dari balik kerudungnya terlihat tenang menikmati perjalanan ini,
mungkin karena Dia sudah terbiasa.
Setelah menyusuri sungai dan
berhadapan dengan ombak yang lumayan deras akhinya Kita sampai di sebuah hutan
yang masih terasa kental nuansa hutanya. Suara binatang bersahutan seperti
sedang mengadakan konser bahkan mengalahkan meriahnya konser Taylor swift waktu
itu.
Lumayan sulit untuk turun dari klotok
kecil ini ya karena goyang terus, disaat Pak Dahlan mengikat klotok dan
istrinya merapikan bekal kami tiba-tiba Sha memanggilku.
“Ayo...cepetan” Ujarnya sembari
menjulurkan tanganya untuk membantuku
turun dari sini. Pak Dahlan hanya melirik sembari tersenyum. Sedikit ragu Aku
untuk meraih tanganya, tapi Aku tidak mau menolak kebaikannya karena Aku memang tidak
bisa turun karena klotoknya goyang terus Aku takut kecebur.
“Dari tadi kita ngobrol tapi Aku belum
tahu nama Kamu siapa?” Kudekati Sha
sembari ku lirik wajahnya.
“Lah bukanya dari tadi manggilin Aku
gitu” Jawabnya tertawa lebar.
“Yeeee kan ikutan Pak Dahlan” Kemudian
Kami saling berjabat tangan lagi, sudah kaya Presiden saja dari tadi jabat
tangan melulu entah doyan atau apa Aku tidak tahu juga heee.
“Farhan..” Ku perkenalkan namaku
padanya
“Shahnaz” Dia pun mengenalkan namanya,
perjalanan yang penuh terjal. Kami harus berjalan 1km dari tempat parkir klotok
tadi lumayan melelahkan tapi seru sejuk
banget suasanya apalagi di sambut nyanyian binatang tadi. Tak mungkin Aku melewatkan
moment ini begitu saja. Di samping untuk dokumentasi pastinya untuk koleksi
pribadi. Tanpa sungkan Aku meminta Sha untuk mengambil moment-moment ini dengan
Handpone andalanku, tak lupa juga Aku mengajaknya selfi untung saja Ia tidak
menolak, yah sama-sama jiwa muda usia Kami hanya terpaut satu tahun lebih muda
Sha dari Aku.
Tempat ini masih belum terbentuk sama sekali banyak bekas kayu besar yang berserakan banyak sekali
pohon yang tumbang..pokonya Hutan banget deh.
“Kamu pernah kesini Sha ...” Tanyaku
pada Shahnas sedikit menahan lelah
“Tidak sering. Hanya beberapa tapi
lokasinya bukan disini “Jawabnya santai.
Perjalanan hari ini memang cukup melelahkan sekali. Kami semua
sudah kembali begitu juga dengan shahnas Ia pulang kerumahnya. Kegiatan yang
Aku bawa lumayan mendapat respon sih
meskipun awalnya susah.. lah kurang apa..segalanya di biayain sekedar
melaksanakan saja tapi yang namanya manuasia memang nggak ada matinya kalau di
suruh minta ini, minta itu sudah tuh paling jago..tapi medanya memang berat sih
ya, musti nyebrang dulu karena lokasi ladang mereka memang disana. Semakin hari Aku
semakin menikmati tinggal disini. Memang sih awalnya berat tapi kalau berusaha
kita sukai jadi tidak ada beban. Seperti kata unclepiloto saat itu harus suka
dulu sama pekerjaan jadi seberat apapun itu tidak ada beban... Kami sudah
beberapa kali melakukan pertemuan di Balai Desa untuk memusyawarahkan masalah
program hortilkultura semoga Aku bisa menyelesaikan sesuai dengan waktu yang
sudah di tentukan dan bisa pulang sama-sama dengan teman-teman yang bertugas di
Kabupaten lain.
Hari ini ada pasar mingguan di
kecamatan. Aku iseng untuk pergi kesitu
bareng Artha memakai kendaraan milik Pak
Dahlan. Seru suasanaya sangat ramai sekali dan yang bikin Aku ketawa sendiri
itu bahasanya Aku masih belum ngerti sampai sekarang tapi tetap bisalah
menggunakan Bahasa Indonesia.
Setelah Aku tiba dirumah Kami
menikmati jajanan yang Kami beli tadi, kalau orang sini bilang namanya kue cincin. Enak
sih manis banget, kemudian Aku pergi ke dermaga untuk menghabiskan waktu
kosongku dan untuk menikmati indahnya
suasana di tepi sungai siang ini. Anginya lumayan kencang sampai-sampai mataku
menyipit menahan derasnya angin yang berhembus dari arah selatan. Aku cukup
terbius dengan kesegaran angin yang berhembus ini hingga kantuk menghampiriku.
“Kak Farhan....” Aku terperanjat dan
langsung berdiri mendengar seruan yang memanggilku.
“Artha...bikin kaget Kakak saja deh”
Aku cemberut pada Artha yang sudah membuyarkan kantukku yang hampir membawaku
kealam mimpi.
“Nanti kita berenang ya...” Pintanya
sembari menarik lenganku. Mencoba
merayuku, Anak kecil tidak akan melupakan janji, ternyata Dia akan ingat terus
sampai kita bisa mewujudkan apa keinginan mereka.
“Iya deh iyaa...” Jawabku sedikit
menyenangkannya.
“Asyiikkk...” Girang sekali Dia, tanpa
basa-basi langsung berlari pulang mengambil peralatan mandi, kebayangkan sekarang
masih jam berapa.
“Ayo Kak....” Dia membawakan
perlengkapanku juga, niat banget nih anak bikin
Aku takut.
“Kan masih siang Artha...bentar lagi
ya” Aku memberi penawaran siapa tahu Dia mau mendengarkan.
“Kan Artha mau mengaji Kak” Jawabnya
sembari memanyunkan bibirnya yang lucu itu.
“Oh iya Kakak lupa...oke
deh...yuk mari” Aku dan Artha menuruni
tangga pemandian yang berada di samping dermaga ini.
“Di pinggir saja ya berenangnya kan
masih panas”
“Iya...Artha juga nggak boleh kok sama
Ayah kalau ketengah” Jawabnya polos.
“Nah gitu dong” Lega....ucapku dalam
hati kan kalau di pinggir ya masih berani.
Aku dan Artha bermain air kami saling
tembak. Soalnya lengkap sekali peralatan mandi Artha Dia membawa maianan pistol
air yang sengaja Ia bawa untuk bermain denganku. Ada-ada saja tapi Aku cukup
menikmati ini Aku merasa bahagia sekali dan kali ini terbalas sudah janjiku
padanya.
Banyak sekali pengalaman yang kudapat
disini. Pengenalanku terhadap alam dan
lingkungan sangat bermanfaat tidak sekedar bekerja menjalankan tugas namun ini
adalah perjalanan menyengkan bagiku. Aku semangat sekali karena besok jadwalnya
kegiatan untuk keladang bertemu shahnas
lagi. Kurebahkan tubuhku untuk beristirahat hingga suara-suara malam tidak kudengar lagi sampai pada akhirnya suara adzan shubuh menggema membangunkan tidur malamku yang cukup lelap. Suara-suara
manusia sudah mulai ku dengar hiruk-pikuk mulai akrab di telinga ini. Aku
tersenyum pada indahnya pagi ini, angin yang berhembus cukup menusuk
tulang dan membuatku sedikit mengginggil
karena merasakan dingin.
Tempat ini memang
masih tertinggal jauh namun kedamaian masih bisa sedikit dirasakan. Keindahan
panorama hutan yang masih kental membuat kita tenang karena hutan sangat
berperan penting pada Dunia. Meskipun
ada sebagian hutan yang sudah dikuasai
oleh perusahaan kelapa sawit namun setidaknya masih bisa kurasakan nuansa hutan
yang masih asli. Yang di dalamnya pohon-pohon besar, rotan binatang buas dan
masih banyak lagi. Mari kita sama-sama melindungi Hutan kita bersama dengan
cara jangan menebang pohon dan jangan
membakar hutan agar tidak terjadi pemunahan hutan lindung disini. Aku berseru
ketika kami semua berkumpul di ladang untuk melanjutkan kegiatan kami yang
sudah di tengah jalan.
Kegiatan
perum perhutani :
Kegiatan
ini tidak sekedar penanaman pohon, namun untuk mengakrabkan jalinan
persaudaraan anggota Perhutani” Ucap ADM Agus Santoso.Banyuwangi,
Giripost. Januari 2015 peran ibu-ibu Perum Perhutani KPH Banyuwangi Selatan kompak mengadakan penanaman pohon/reboisasi di kawasan Hutan
Jati Petak 73 C, RPH Pulau Merah BKPH Sukamade
KPH Banyuwangi Selatan.. Seperti apa yang dituturkan oleh
pimpinan perum Perhutani KPH Banyuwangi Selatan Bapak ADM Agus Santoso beserta ibu Istri Bapak ADM Yuli Rusmawati sebagai pemimpin peran ibu-ibu dalam penanaman pohon kesadaran penanaman pohon sama
dengan menyelamatkan warga masyarakat sekitar hutan, untuk mencegak erosi, akan terjadinya tanah longsor, dan bahaya banjir. Juga ada keuntungan saat musim kemarau bisa menyerap Sumber Daya Air dan kebutuhan Oksigen, sehingga masyarakat tidak akan mengalami kegersangan dan kehabisan Mata Air. Kegiatan penanaman pohon dihadiri Muspika Pesanggaran oleh Bapak Camat Drs.
Didik Joko Suhono. M.si besertaPolsek dan
Koramil Pesanggaran. (www.perumperhutani.com)
BIODATA
PENULIS
Nama
: Siti Alam Syatul.M
TTL : Wono Agung, 19 juli 1989
Alamat : Lamunti Permai NO. 332
RT/RW : 016/003
KEL/Desa :
Lamunti permai
Kecamatan : Mantangai
Kabupaten : Kapuas, Kalteng
No HP : 081251839823
Email :
mynamechity@gmail.com
No comments:
Post a Comment