Friday, May 15, 2015

STORY OF A VILLAGE



                        STORY OF A VILLAGE (MANTANGAI HULU)
          Perjalananku dari bogor sampai Banjarmasin cukup melelahkan. Hingga Aku mengistirahatkan tubuhku di sebuah penginapan yang berada di kota air Kuala kapuas. Kemudian keesokan harinya akan  ku lanjutkan  perjalananku  menuju  sebuah Desa yang terletak tidak jauh dari kecamatan  Mantangai yang  berjarak kurang  lebih 85 Km dari kabupaten kapuas, kalimantan tengah.
          Kupejamkan mataku perlahan, inilah perjalanku pertama keluar pulau. Apa lagi  pulau kalimantan yang lumayan jauh  sekali jaraknya dari Bogor tanah kelahiranku. Sudah ku usahakan untuk terpejam  masih saja mata ini enggan untuk terpejam, gusar sekali perasaanku, bagaimana tidak Aku harus berhadapan dengan orang-orang baru yang berbeda  suku dan  bahasa tentu  sangat menyulitkan sekali bagiku. Kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan lengan kananku  masih menunjukan pukul 07:21Pm pantesan Aku nggak bisa tidur biasanya juga tidurku sampai tengah malam yaa... karena game online.
          Aku beranjak dari tempat tidur dan sedikit merapikan rambutku di depan cermin, lalu langkah demi langkah Aku meninggalkan kamar hotelku sejenak. Guna menghirup udara malam di kota Air Kuala kapuas  masih terasa embun yang menyegarkan, meskipun tak sedingin di bogor soalnya di daerah kalimantan  tengah apa lagi  kuala kapuas tidak ada pegununganya.
          Sekitar pukul  9:12 Pm Aku kembali ke kamar hotelku, Aku istirahat dan mempersiapkan mentalku berhadapan dengan orang-orang baru besok, entah apa kabar teman-temanku yang dikirim di kabupaten lain besok saja Aku menayakan kabar mereka.
          Pagi ini Aku pergi ke sebuah terminal yang ada di kota Air. Awalnya sih Aku bimbang antara melalui jalur sungai atau darat  namun pada akhirnya Aku memutusakan  melalui jalur darat menggunakan  mobil L300 Aku berusaha menikmati perjalanan ini meskipun terasa penat sekali Aku Cuma senyam-senyum  melihat para penumpang di dalam mobil ini di tambah akses jalan yang kurang memadai. Jalanya penuh terjal,  berlobang, dan  ada genangan air karena sebagian  besar jalan menuju kecamatan Mantangai masih belum di aspal.
          Setelah perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua jam akhirnya Aku sampai juga di daerah  kecaman mantangai. Aku langsung ke kantor Kecamatan untuk mencari  informasi di mana letak Desa Mantangai hulu, Aku diantar oleh salah satu  petugas kecamatan  kerumah Kepala Desa Mantangai hulu.
          “Assalamualaikum” Ku ucapkan salam  Ketika memasuki rumah Kepala Desa sembari Aku tersenyum semoga saja beliau muslim jadi Aku tidak salah mengucap salam barusan.
          “Waalaikum salam” Sahut Bapak kepala Desa dengan penuh keramahan dan mempersilahkan Aku untuk segera memasuki rumahnya.
          “Saya Farhan  Pak, dari bogor dapat tugas dari Salah satu  instansi untuk mendampingi kegiatan di Desa ini sekitar enam bulan” Kujelaskan maksud dan tujuanku datanng kesini.
          “Iya sangat bagus itu, pendampingan dalam bidang apa kira-kira?” Tanya Bapak Kades antusias.
          “Hortikultura Pak” Jawabku sembari tersenyum.
          “Oh...bagus-bagus” Sahut Bapak sembari manggut-manggut.
          “Maaf Pak boleh tanya...kira-kira disini ada penginapan yang disewakan atau tidak?” Sembari mataku melirik keluar, Aku melihat jalan  karena suara yang sangat gaduh dan ramai di penuhi oleh anak-anak yang sedang bermain, terasa sekali perkampunganya.
          “ Penginapan sepertinya tidak ada,  Nak Farhan bisa tinggal di rumah saya saja” Pak Kades tersenyum, ternyata tidak sesulit yang ku bayangkan alhamdulilah ucapku dalam hati.
          “Wah saya jadi merepotkan Bapak ini ceritanya” Ucapku basa-basi.
          “Ah tidak... biasa saja, sebelum Nak Farhan juga banyak tamu yang menginap disini ada
           juga yang dari jepang melakukan penelitian untuk menyelesaikan tesis S2nya” Pak Kades berusahan menjelaskan padaku.
          “Wah luar biasa” Aku tersenyum.
          “Silahkan  Nak Farhan   kalau  mau  istirahat, atau  jalan-jalan. Masukan  Kopernya kedalam
           Kamar.” Bapak Kepala Desa mempersilahkan Aku untuk memasuki kamar tamu yang memang sudah di sediakan, tak berfikir lama Aku pun menurutinya untuk menyimpuni barang bawaan yang  ku bawa lalu Aku di ajak  mengelilingi kampung ini dengan berjalan kaki.
          “Bagaiman  Far  masih terasa nuansa hutannya ya?” Tanya Pak Kades mengagetkan lamunanku, sedangkan Aku hanya tersenyum.

          “Disini bagaimana sumber mata pencaharianya Pak?” Tanyaku memulai perbincangan sore ini.
          “Sebagian Mereka ada yang mencari emas, berladang, berkebun tidak tentu” Jelas Pak Kades semberi terus berjalan.
          “Tidak menebang pohon hutan?” Tanyaku lagi, soalnya Aku sering mendengar pekerjaan yang menebang pohon hutan oleh masyarakat setempat.
          “Dulu seperti itu Far tapi setelah ada larangan mereka tidak berani lagi, sebenarnya
            sebagian besar usaha mereka yang menghasilkan memang menebang pohon”
          “Oh... Kira-kira mereka berminat tidak ya Pak untuk mengikuti progam ini “
          “Kemungkinan mau saja, nanti saya bantu mengumpulkan warga disini. Kebetulan disini
           sudah terbentuk kelompok-kelompok tani, karena disini juga ada penyuluhnya”
          “Alhamdulilah semoga berjalan lancar, bisa minta no handpone Penyuluhnya Pak”
          “Oh bisa-bisa, mari kita pulang kerumah” Aku dan Pak Dahlan kepala Desa Mantangai hulu bergegas untuk pulang disamping sudah sore sepertinya akan  turun hujan terlihat sekali awan yang menghitam diatas sana.
          Terasa berbeda nuansanya namun sebisa mungkin Aku harus bisa menempatkan diriku disini. Aku hanya bengong  ketika ada yang  mengajakku berbicara  bahasa dayak. Sama sekali Aku  tidak  mengerti kemudian Bapak yang mengajakku berbincang langsung tertawa. Mungkin beliau faham  kalau Aku tidak  maksud dengan apa yang dikatakan oleh beliau. Aku pun jadi tertawa untuk mengimbangi beliau. Banyak orang-orang baru yang ku kenal di tempat ini. Kami mengahabiskan waktu malam kami berbincang di Kediaman Bapak Kepala Desa ini.
          Suasana malamnya pun  sangat berbeda, setiap daerah  memiliki cirikhas tersendiri penduduk disini padat sekali karena jarak antara rumah kerumah  sangat dekat sekali, sehingga sekalipun malam masih terdengar suara-suara teriakan, obrolan dan lain sebagainya. Perkampungan  ini terletak di bibir sungai Kapuas yang berada di mantangai. Jadi setiap hari ada saja kelotok yang lewat, bahkan  tengah malam  seperti ini pun banyak sekali yang lewat. Sulit sekali mata ini untuk di pejamkan   mungkin Aku belum terbiasa saja dengan  tempat baru, namun Aku harus memaksa mata ini untuk terpejam meskipun hanya tersisa beberapa jam saja.
          Hingga fajar sudah terlihat di ufuk timur cahayanya menembus dinding kamar  terlihat kilauanya yang begitu bersinar keemasan, bias seperti lampu malam di jakarta. Tempat ini memang  masih alami belum ada tangan-tangan manusia yang merusak keindahanya hutanya luar biasa mengerikan ku pandang dari balik jendela kamar  ini. Mataku  terpaku  melihat arus sungai kapuas yang tenang serta hutan di seberang sana yang begitu sejuk, Aku nggak bisa bayangin makhluk seperti apa saja kah yang ada didalam hutan itu.
          “Farhan....” Ku dengar suara dari balik pintu memanggilku. Ku langkahkan kakiku perlahan mendekati pintu lalu membukanya.
          “Oh Bapak...” Aku tersenyum  sangat malu sekali sampai Aku yang di datangi oleh Orang Tua.
          “Mari kita sarapan, setelah itu kita ke ladang” Ucap Pak Dahlan sembari berlalu. Aku bengong sembari menggaruk kepalaku yang sedikit gatal. Aku masih terpaku di tempat yang sama kemudian Pak dahlan menghampiriku lagi.
          “Kalau mau mandi dulu di kamar mandi bisa, tuh di sungai juga bisa terserah Farhan”
          “Iya pak...”Aku mengangguk lalu mengambil handuk yang masih tersimpan didalam    koper, soalnya kemaren Sore Aku tidak mandi he.. Aku jadi merasa tidak enak sendiri seperti tinggal di hotel saja apa-apa ada pilihanya bahkan disini nggak kalah keren ada juga swimming poolnya luas banget ya itu dia sungai kapuas, kita bebas  nyebur kapanpun, berenang kapanpun semaunya kita deh... Aku mau nyoba pagi ini untuk mandi disungai bersama Artha anak kedua Pak Dahlan yang berusia kurang lebih tujuh tahun.
          Aku dan Artha berlari-lari kecil menuju dermaga yang berada di depan Rumah Pak Dahlan tanpa berfikir panjang Artha langsung nyebur bersama teman-temanya yang sudah lebih dulu berada didalam sungai.
          “Ayo Kak cepetan turun” Ujar Artha memanggilku dengan wajah polosnya. Tidak tahu Dia kalau sebenanrnya Aku ini takut.
          “Iya nanti Kakak susul deh, Artha duluan saja” Jawabku  sembari duduk di papan  pemandian  untuk persiapan mandi.
          “Kak Farhan  takut ya hehehe” Artha cekikikan  meledku diikuti oleh teman-temanya.  Malu sih sebenarnya sampai diledekin gitu tapi melihat dalam dan luasnya sungai ini, nyaliku justru semakin menciut.
          “Hehe dikit...eh kalau mandi langsung gini ya airnya langsung diambil ?“ Tanyaku pada Artha sembari ku ambil air sungai ini dengan gayung.
          “Iya lah Kak gimana lagi, makanya ayo nyebur aja” Rupanya Artha memaksaku.
          “Sekarang Kakak lagi malas nanti sore aja ya kita berenang bareng” Jawabku sembari tersenyum menghilangkan rasa takut dan malu pada anak-anak itu.
          “Janji ....” Artha berusaha memastikan.
          “Insya Allah...” Jawabku lagi.
          “Kok insya Allah ...pasti bohong”                                                                    
          “Lah...kan kita nggak boleh janji-janji hehe” Jelasku padanya, kemudian kami kembali kerumah, Artha pergi kesekolah sedangkan Aku dan Pak Dahlan sarapan sembari menunggu penyuluh yang katanya menuju kesini. Kita-kita mau  keladang sama-sama melihat calon tempat program hortikultura yang akan di kembangkan di Desa ini.
          Tak berapa lama setelah kami menyelesaikan sarapan pagi, ada seseorang yang datang mengucap salam.
          “Assalamualaikum” Ucapnya dari balik pintu sembari tersenyum.
          “Waalaikum salam” Serentak kami menjawab, seraya berdiri menghampirinya
          “Masuk sha.... sudah sarapan belum?” Pak Dahlan berucap seraya meliriku kemudian Aku menghampirinya dan kami saling berjabat tangan.
          “Sudah Pak ..terimaksih “ Jawabnya sembari tersenyum.
          “Kalau begitu ayo kita berangkat saja nanti airnya surut” Pak Dahlan bergegas menuju dermaga dan kami mengikutinya dari belakang.
          “Sudah lama bertugas disini?” Tanyaku  membuka sebuah percakapan sembari tersenyum melihatnya.
          “Alhamdulilah lumayan kurang lebih dua tahun saya di tugaskan disini”
          “Ehmmm lama juga ya...” Kembali Aku tersenyum, lumayan ngumpulin ibadah banyakin senyum, tersenyumkan ibadah.
          “Ayo far.... Ayo sha ...naik” Pak Dahlan  menyuruh Kami untuk segera menaiki klotok yang berukuran sangat kecil itu, seketika nyaliku menciut.
          “Kenapa ...takut” Dia mendekatiku sembari meledek.
          “Oh ...nggak-nggak, siapa yang takut” Aku berusaha bersikap biasa meskipun Aku tahu sebenarnya mereka tahu kalau Aku takut.
          “Tenang saja nggak apa-apa kok, awalnya Aku dulu juga takut tapi lama-lama  terbiasa” Sha berusaha menenangkanku, Aku berusaha memberanikan Diri cewek saja berani Aku harus lebih beranilah.
          Klotok kecil ini berpacu sangat cepat memotong sungai kapuas yang luas dan bergelombang  jantungku berdetak sangat kencang sekali. Ku lihat sha dari balik kerudungnya terlihat tenang menikmati perjalanan ini, mungkin karena Dia sudah terbiasa.
          Setelah menyusuri sungai dan berhadapan dengan ombak yang lumayan deras akhinya Kita sampai di sebuah hutan yang masih terasa kental nuansa hutanya. Suara binatang bersahutan seperti sedang mengadakan konser bahkan mengalahkan meriahnya konser Taylor swift waktu itu.
          Lumayan sulit untuk turun dari klotok kecil ini ya karena goyang terus, disaat Pak Dahlan mengikat klotok dan istrinya merapikan bekal kami tiba-tiba Sha memanggilku.
          “Ayo...cepetan” Ujarnya sembari menjulurkan  tanganya untuk membantuku turun dari sini. Pak Dahlan hanya melirik sembari tersenyum. Sedikit ragu Aku untuk meraih tanganya, tapi Aku tidak mau  menolak kebaikannya karena Aku memang tidak bisa turun karena klotoknya goyang terus Aku takut kecebur.
          “Dari tadi kita ngobrol tapi Aku belum tahu  nama Kamu siapa?” Kudekati Sha sembari ku lirik wajahnya.
          “Lah bukanya dari tadi manggilin Aku gitu” Jawabnya tertawa lebar.
          “Yeeee kan ikutan Pak Dahlan” Kemudian Kami saling berjabat tangan lagi, sudah kaya Presiden saja dari tadi jabat tangan melulu entah doyan atau apa Aku tidak tahu juga heee.
          “Farhan..” Ku perkenalkan namaku padanya
          “Shahnaz” Dia pun mengenalkan namanya, perjalanan yang penuh terjal. Kami harus berjalan 1km dari tempat parkir klotok tadi lumayan melelahkan  tapi seru sejuk banget suasanya apalagi di sambut nyanyian binatang tadi. Tak mungkin Aku melewatkan moment ini begitu saja. Di samping untuk dokumentasi pastinya untuk koleksi pribadi. Tanpa sungkan Aku meminta Sha untuk mengambil moment-moment ini dengan Handpone andalanku, tak lupa juga Aku mengajaknya selfi untung saja Ia tidak menolak, yah sama-sama jiwa muda usia Kami hanya terpaut satu tahun lebih muda Sha dari Aku.
          Tempat  ini masih belum terbentuk sama sekali banyak  bekas kayu besar yang berserakan banyak sekali pohon yang tumbang..pokonya Hutan banget deh.
          “Kamu pernah kesini Sha ...” Tanyaku pada Shahnas sedikit menahan lelah
          “Tidak sering. Hanya beberapa tapi lokasinya bukan disini “Jawabnya santai.
          Perjalanan  hari ini  memang cukup melelahkan sekali. Kami semua sudah kembali begitu juga dengan shahnas Ia pulang kerumahnya. Kegiatan yang Aku bawa  lumayan mendapat respon sih meskipun awalnya susah.. lah kurang apa..segalanya di biayain sekedar melaksanakan saja tapi yang namanya manuasia memang nggak ada matinya kalau di suruh minta ini, minta itu sudah tuh paling jago..tapi medanya memang berat sih ya, musti nyebrang dulu karena lokasi  ladang mereka memang disana. Semakin hari Aku semakin menikmati tinggal disini. Memang sih awalnya berat tapi kalau berusaha kita sukai jadi tidak ada beban. Seperti kata unclepiloto saat itu harus suka dulu sama pekerjaan jadi seberat apapun itu tidak ada beban... Kami sudah beberapa kali melakukan pertemuan di Balai Desa untuk memusyawarahkan masalah program hortilkultura semoga Aku bisa menyelesaikan sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan dan bisa pulang sama-sama dengan teman-teman yang bertugas di Kabupaten lain.
          Hari ini ada pasar mingguan di kecamatan. Aku iseng  untuk pergi kesitu bareng Artha memakai kendaraan  milik Pak Dahlan. Seru suasanaya sangat ramai sekali dan yang bikin Aku ketawa sendiri itu bahasanya Aku masih belum ngerti sampai sekarang tapi tetap bisalah menggunakan Bahasa Indonesia.
          Setelah Aku tiba dirumah Kami menikmati  jajanan yang Kami beli tadi,  kalau orang sini bilang namanya kue cincin. Enak sih manis banget, kemudian Aku pergi ke dermaga untuk menghabiskan waktu kosongku dan  untuk menikmati indahnya suasana di tepi sungai siang ini. Anginya lumayan kencang sampai-sampai mataku menyipit menahan derasnya angin yang berhembus dari arah selatan. Aku cukup terbius dengan kesegaran angin yang berhembus ini hingga kantuk menghampiriku.
          “Kak Farhan....” Aku terperanjat dan langsung berdiri mendengar seruan yang memanggilku.
          “Artha...bikin kaget Kakak saja deh” Aku cemberut pada Artha yang sudah membuyarkan kantukku yang hampir membawaku kealam mimpi.
          “Nanti kita berenang ya...” Pintanya sembari menarik lenganku.  Mencoba merayuku, Anak kecil tidak akan melupakan janji, ternyata Dia akan ingat terus sampai kita bisa mewujudkan apa keinginan mereka.
          “Iya deh iyaa...” Jawabku sedikit menyenangkannya.
          “Asyiikkk...” Girang sekali Dia, tanpa basa-basi langsung berlari pulang mengambil peralatan mandi, kebayangkan sekarang masih jam berapa.
          “Ayo Kak....” Dia membawakan perlengkapanku juga, niat banget nih anak bikin  Aku takut.
          “Kan masih siang Artha...bentar lagi ya” Aku memberi penawaran siapa tahu Dia mau mendengarkan.
          “Kan Artha mau mengaji Kak” Jawabnya sembari memanyunkan bibirnya yang lucu itu.
          “Oh iya Kakak lupa...oke deh...yuk  mari” Aku dan Artha menuruni tangga pemandian yang berada di samping dermaga ini.
          “Di pinggir saja ya berenangnya kan masih panas”
          “Iya...Artha juga nggak boleh kok sama Ayah kalau ketengah” Jawabnya polos.
          “Nah gitu dong” Lega....ucapku dalam hati kan kalau di pinggir ya masih berani.
          Aku dan Artha bermain air kami saling tembak. Soalnya lengkap sekali peralatan mandi Artha Dia membawa maianan pistol air yang sengaja Ia bawa untuk bermain denganku. Ada-ada saja tapi Aku cukup menikmati ini Aku merasa bahagia sekali dan kali ini terbalas sudah janjiku padanya.
          Banyak sekali pengalaman yang kudapat disini. Pengenalanku  terhadap alam dan lingkungan sangat bermanfaat tidak sekedar bekerja menjalankan tugas namun ini adalah perjalanan menyengkan bagiku. Aku semangat sekali karena besok jadwalnya kegiatan  untuk keladang bertemu shahnas lagi.  Kurebahkan  tubuhku  untuk beristirahat  hingga suara-suara malam tidak kudengar lagi  sampai pada akhirnya  suara adzan  shubuh menggema membangunkan  tidur malamku yang cukup lelap. Suara-suara manusia sudah mulai ku dengar hiruk-pikuk mulai akrab di telinga ini. Aku tersenyum pada indahnya pagi ini, angin yang berhembus cukup menusuk tulang  dan membuatku sedikit mengginggil karena merasakan dingin.
          Tempat ini  memang  masih tertinggal jauh namun kedamaian masih bisa sedikit dirasakan. Keindahan panorama hutan yang masih kental membuat kita tenang karena hutan sangat berperan penting pada Dunia.  Meskipun ada sebagian  hutan yang sudah dikuasai oleh perusahaan kelapa sawit namun setidaknya masih bisa kurasakan nuansa hutan yang masih asli. Yang di dalamnya pohon-pohon besar, rotan binatang buas dan masih banyak lagi. Mari kita sama-sama melindungi Hutan kita bersama dengan cara jangan  menebang pohon dan jangan membakar hutan agar tidak terjadi pemunahan hutan lindung disini. Aku berseru ketika kami semua berkumpul di ladang untuk melanjutkan kegiatan kami yang sudah  di tengah jalan.




















Kegiatan perum perhutani :
            Kegiatan ini tidak sekedar penanaman pohon, namun untuk mengakrabkan jalinan persaudaraan anggota Perhutani” Ucap ADM Agus Santoso.Banyuwangi, Giripost. Januari 2015 peran  ibu-ibu Perum Perhutani KPH Banyuwangi Selatan kompak mengadakan penanaman pohon/reboisasi di kawasan Hutan Jati Petak 73 C, RPH Pulau Merah BKPH Sukamade KPH Banyuwangi Selatan.. Seperti apa yang dituturkan oleh pimpinan perum Perhutani KPH Banyuwangi Selatan Bapak ADM Agus Santoso beserta ibu Istri Bapak ADM Yuli Rusmawati sebagai pemimpin peran ibu-ibu dalam penanaman pohon kesadaran penanaman pohon sama dengan menyelamatkan warga masyarakat sekitar hutan, untuk mencegak erosi, akan terjadinya tanah longsor, dan bahaya banjir. Juga ada keuntungan saat musim kemarau bisa menyerap Sumber Daya Air dan kebutuhan Oksigen, sehingga masyarakat tidak akan mengalami kegersangan dan kehabisan Mata Air. Kegiatan penanaman pohon dihadiri Muspika Pesanggaran oleh Bapak Camat Drs. Didik Joko Suhono. M.si besertaPolsek dan Koramil Pesanggaran. (www.perumperhutani.com)
BIODATA PENULIS
Nama                           : Siti Alam Syatul.M
TTL                             : Wono Agung, 19 juli 1989
Alamat                                    : Lamunti Permai NO. 332
       RT/RW                 : 016/003
       KEL/Desa                        : Lamunti permai
       Kecamatan           : Mantangai
       Kabupaten            : Kapuas, Kalteng
No HP                         : 081251839823
Email                           : mynamechity@gmail.com

No comments:

Post a Comment