Friday, May 15, 2015

BUKIT BATAS



                                                            BUKIT BATAS
          Kisahmu harimu ku tahu semua tanpa kau berujar aku selami gerakmu guraumu kemasan raga tanpa kau sadari aku pahami cinta mungkin inilah cinta apapun lagumu aku jiwai cinta mungkin inilah cinta tanpa kumiliki rindu terasa bukan tak percaya diri tapi aku tahu diri biarkanku memelukmu tanpa memelukmu mengagumimu dari jauh aku menjagamu tanpa menjagamu menyayangimu dari jauh....
          Dari  tadi Molly asyik menyanyikan lagunya Tulus. Sembari sesekali melirik Farhan yang juga asyik dengan lagu di phonselnya. Molly itu demen banget sama Farhan, siapa coba yang nggak kepincut  secara Dia itu anaknya  smart, cool, dan masih banyak lagi. Untungnya Aku si nggak termasuk salah  satu fans Farhan...Ciee ella Fans. Saingan Molly itu banyak banget bejibun antrianya itu ngalahin antrian BBM di pertamina ketika harga BBM naik.
          “Ciieee dari hati banget nyanyinya niii” Ujarku sembari meliriknya.
          “Tapi Dia nggak bakal dengar juga secara  Dia saja asyik sendiri gitu” Molly manyun, Aku hanya tersenyum melihatnya.
          View sekitar perjalanan menuju bukit batas ini sangat indah sekali tempat ini terletak di daerah  Riam Kanan Banjarmasin. Mataku  tak hentinya bermain menyusuri setiap sudut tempat ini. Ada saat dimana ingin sekali Aku turun dan merenung sejenak untuk melukiskan keindahan yang saat  ini menyatu dengan imajinasiku. Aku ingin duduk di bebatuan itu untuk menuliskan segala harapan dan mimpiku.
          Semilir   Angin sore sekitar bukit  ini menerpa wajahku memasuki satu demi satu pori-pori tubuhku  untuk menyampaikan  kesejukanya dan  rasa dingin yang  mulai  kurasakann   hingga kita-kita sampai di tepi sungai untuk segera melanjutkan  perjalanan lagi menuju  pulau  pinus dan  bukit batas untuk menghabiskan  malam disana bersama semua teman-teman satu Fakultas  khususnya anak Faperta semester lima.
          “Farhan tunggu....” Aku berlari kecil mengejar Farhan yang sudah lebih dulu berjalan di depanku.
          “Iya kenapa sya...Kamu  takut ya naik kelotok?” Farhan menatap mataku. Aku berusaha mengalihkan pandanganku, Aku tidak mau kalau tiba-tiba saja Aku terjangkit penyakit Molly dan tiba-tiba jadi Fans Farhan...oh no.
          “Hehe iya...Molly juga takut, makanya kita berdua mau dekat sama Kamu. Katanya
           Farhan jago renang gitu”
          “Oh boleh-boleh....Follow  me” Farhan bergegas  perlahan melangkahkan kakinya menuju  kelotok yang akan kita naiki satu rombongan. Aku dan Molly mengikuti Farhan. Kita berdua saling pandang dan cekikikan pastilah Molly bahagia banget. Tidak sia-sia Dia menyanyikan lagunya Tulus mengagumimu dari jauh akhirnya Dia bisa dekat sama Farhan.
          “Ayoo...” Farhan mengulurkan tanganya untuk membantu kami menaiki kelotok tersebut di saat yang lain saling berebutan. Namun Aku menyuruh Molly lebih dulu tidak mungkin Aku mengecewakan sahabatku dengan  meraih tangan Farhan lebih dulu. Molly sudah duduk cantik didalam giliran Aku deh yang masuk tetaplah dengan bantuan Farhan.
          “Makasih ya Far.... Siapa lagi yang kita andalin kalau nggak Kamu” Aku memulai percakapan kali ini sembari  mataku terus menyusuri keindahan pemandangan bukit dan sungai yang menghijau.          
          “Sama-sama santai  saja”Sahut Farhan  tersenyum . Tetap dengan gaya cueknya, sebenarnya Dia itu super duper cuek tapi baik hati dan suka menolong asalkan orang itu bisa respect sama Orang lain dalam arti kata tidak sombong lah yaa.
          “Farhan suka sama musik nggak?” Tanya Molly sembari memainkan phonsel di tanganya. Kesempatan banget pokoknya Kali ini saingan Molly banyak  yang  tidak ikut serta jadi bisa dekat-dekat dengan Farhan leluasa.
          “Ohh suka kok” Lagi-lagi Farhan tersenyum.
          “Musik genre apa?”
          “Instrumental jazz, Brian culbertson favoritku kenapa Moll?”
          “Nggak sih pengen tahu aja Far....”
.         Disaat Molly dan Farhan  mulai asyik berdua Aku pun asyik memandangi gelombang sungai yang sangat jernih  itu tanpa menghiraukan teman-temanku yang lain. Ingin sekali Aku menyelami sungai ini, pulau-pulau kecil yang tertata dengan rapi, hijau, dan  menyejukan sekali. Menurut cerita tempat ini dulu perkampungan yang di tenggelamkan, legenda sih. Entah betul atau  tidak yang pasti tempat ini very awesome and beautifull.
          Tak berapa lama setelah kita tiba dipulau  pinus tiba-tiba hujan mengguyur begitu derasnya tanpa ampun dan tanpa kompromi sebelumnya. Salah juga tadi nggak tanya dulu sama pihak BMKG hehe.... Semua berhamburan  mencari tempat berteduh, inilah saat dimana Aku terpisah dengan Molly. Kulihat Molly dari kejauhan berteduh dengan Farhan.
          “Asya.....” Suara itu kudengar dari balik punggungku, perlahan Aku menoleh. Jantung ini kembali  tidak stabil dan hampir tidak  bisa ku kendalikan tiap Rafi berada di sampingku. Lelaki itu sudah dua tahun  mengganggu hidupku tanpa Ia sadari. Tapi serapi dan sebisa mungkin Aku mengemas perasaan ini hingga tidak ada yang mengetahuinya termasuk Rafi sendiri.
          “Rafi.... Gimana dong hujan?” Ku coba menutupi segala rasa yang berkecamuk ini dengan mengajaknya berbincang.
          “Iya nih...tapi tetapkan mau naik kebukit batas?” Tanya Rafi menatapku sembari tersenyum.
          “Iyaaa Lah...”
          “Molly mana?” Celetuk Rafi sontak membuat jiwaku sedikit bergetar.
          “Oh Molly...itu Dia sama Farhan” Jari telunjuku mengarah dimana Mereka sedang berteduh.
          “Ohh...” Jawabnya singkat setelah Ia melihat Molly bersama Farhan. Aku tidak bisa menterjemahkan wajah Rafi entah ada  sedikit rasa kecemburuan atau  kekesalan  terhadap Farhan. Bukan Rahasia lagi Rafi sama Farhan  memang terkenal berebut posisi sebagai Idola Kampus tapi itu bukan  maunya mereka itu maunya fans-fans cewek  mereka termasuk dari Fakultas lain. Entah mungkin ada faktorX yang keluar  dari diri mereka sehingga mampu membius anak-anak kampus lagian mereka berdua aktif di organisasi  jadi bukan  hal yang aneh lah ya...kalau  mereka lumayan famous gitu di kampus. Terutama Farhan yang pembawaanya itu cool.
          “Kamu kenapa bengong?” Dia mengagetkanku dengan sedikit menyentuh jemariku. Ada rasa kesal saat itu namun disisi lain  bahagia Aku bisa berdiam diri denganya dalam waktu yang cukup lama.
          “Lantas....?” Jawabku malas-malasan.
          “Ahh nggak lucu...” Rafi mengacak-acak kepalaku. Perlakuan Dia itu membuat semakin  menambah daftar pertanyaan dihatiku. Apa maksudnya, tidak tahukah Dia jika Aku merasakan sesuatu yang tidak mampu Aku ungkapkan. Ahh semakin perih rasa ini.
          Tanpa disengaja Kita berempat membuat regu mendaki. Entah kebetulan atau memang takdir, sedikit menggelitik sih melihat Rafi sama Farhan bisa jalan bareng seperti ini. Sebenarnya Mereka tidak bermusuhan tapi selama ini jarang sekali Mereka sama-sama hampir tidak pernah malah.  Kecuali terpaksa menyelesaikan Tugas dalam  satu kelompok, tetap itupun jarang. Kali ini Aku menyaksikan  sesuatu yang luar biasa itu di sini di tanjakan  bukit batas yang licin dan penuh terjal sehingga harus kerja keras untuk mendakinya serta rintik hujan yang terus menemani sepanjang perjalanan menuju puncak bukit batas.
          “Dingin...?” Farhan mendekatiku, disitu Aku mulai merasakan hal berbeda dari biasanya.
          “Banget Far....” Ku manyunkan bibirku untuk menahan rasa dingin ini.
          “Sini.....” Farhan memberi tanganya padaku. Aku terperangah dilema sekali ini kenapa harus Aku yang di perlakukan demikian olehnya.
          “Ayo licin banget jalanya ....entar jatuh  lagi...” Ucap Farhan sembari meraih lenganku. Aku nggak tahu harus bilang apa. Disisi lain Aku dan Molly saling pandang sakitnya rasa  ini.  Apa yang sebenarnya terjadi. Perih saat Aku melihat Rafi menggenggam jemari Molly dan mungkin seperti itu yang Molly rasakan  saat melihatku  bersama Farhan. Kami hanya saling pandang dalam  kebekuan  suasana ini. Suasana yang dingin semakin membuat dingin keadaan. Bibirku seakan terkunci dalam kebisuan ingin rasanya Aku menjerit.
          Sesak rasanya dada ini, Aku tak sanggup berontak  air mata ini perlahan mengalir menyatu dengan  air hujan yang membasahi pipiku melihat Molly dengan Rafi yang terlihat sangat melengkapi itu.
          “Sya pegang yang erat....” Teriak Farhan, Aku terkejut spontan menggenggam jemarinya. Aku dan Farhan terperosok kebawah. Alhasil kita berdua blepotan Aku dan Farhan langsung tertawa meskipun   badanku  rasanya  pegelnya minta ampun.  Molly, Rafi, dan teman-teman yang lainya sudah sampai lebih dulu. Molly tersenyum kecut membalas senyumanku. Aku mendekatinya sedikit tertatih sikap Molly mulai berubah sama Aku. Dia lebih dingin dan cuek dengan apa yang terjadi denganku bahkan Dia tidak menanyakan darah yang ada di lenganku. Aku tahu ini semua karena Farhan... tapi Dia tidak tahu jika hatikupun  teriris saat melihat Dia bersama Rafi... Dia tidak tahu itu, Aku tidak sanggup membendung air mataku...Aku berlari menjauh dari mereka semua, menuju sebuah pohon  kecil di atas bukit batas yang  seolah  tahu apa yang sedang ku rasakan Dia menyapaku memercikan butir air hujan yang tersisa di dedaunan yang sedikit berwarna keemasan oleh pantulan sinar mentari senja. Air mata ini terus memaksa mengalir hingga Aku tidak menyadari berada dimanakah Aku saat  ini. Kutatap sinar mentari itu yang mulai sedikit redup  hampir tergantikan oleh gelapnya malam.
          “Kamu kenapa?” Tiba-tiba Farhan duduk disampingku.
          “Bagus banget pohon ini  makanya Aku pengen lama-lama duduk disini” Jawabku sembari menyapu air mataku yang tersisa.
          “Nangis...Kenapa? Siapa yang bikin Kamu nangis?” Farhan semakin membuat Aku ingin menangis lagi..
          “Nggak...sudah sore...mari kita menuju tendaaaa...” Aku bergegas pergi menuju tenda.
          “Tendanya siapa? bikin juga nggak malah bengong disisni...” Ucap Farhan dari kejauhan Aku berlari sembari menutupi kedua telingaku. Kudapati Molly yang sedang duduk bersama Rafi dan teman-teman lainya. Tuhan sakit sekali  rasanya  sampai kapan rasa ini terus berlabuh pada hati yang tidak bisa untuk memilikinya...
          “Molly...” Panggilku sembari kulambaikan tangan. Molly tak bergeming untuk mendatangiku Dia hanya tersenyum dari kejauhan.
          Aku harus bisa menerima ini...Menerima segala bentuk apapun sikap Molly padaku karena sesungguhnya Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi....Farhan tetap untuk Molly Aku tahu  itu. Tapi tidak dengan Molly...Dia tidak perna tahu jika Rafi adalah  seseorang yang Aku inginkan selama ini. Secara tidak langsung Dia juga tega melukai perasaanku... Cerita cinta jajar genjang di bukit batas yang penuh dilema. Let it flow..... Entah dihati siapa masing-masing cinta itu Akan berlabuh.
         
         
         





                                     BIODATA NARASI PENULIS
          SITI ALAM SYATUL. M, lahir di kalimantan tengah  tinggal di kabupaten kapuas  memiliki berbagai akun sosmed seperti facebook dengan nama : Chiity Syecher Maniia juga twitter @mynamechiity dan email : mynamechity@gmail.com

No comments:

Post a Comment