Tuesday, December 27, 2016

Senpai


Siang ini panasnya kebangetan. Aku sama Yuki sahabat Aku pergi  kekantin dengan maksud  ingin nyeruput es cendolnya Pakde Giman. Tapi baru sampai separo perjalanan langkah kita terhenti gitu saja. Mata  Yuki menatap lekat dimana Aqli sedang  bermain basket dengan gaya yang cool dan cuek  itu. Rupanya Yuki terbius sama ketampanan Aqli anak Fakultas Teknik Informatika yang sekarang sudah semester lima, meskipun dia tahu sainganya bejibun sudah ngalahin antrian BBM Di pertamina.
“Yuki....ayo” Kugeret lengan Yuki untuk segera melanjutkan perjalanan kita yang sedikit tertunda tadi.
“Aqli makin keren Sya...asli ini mah” Ucap Yuki  dengan logat sunda yang di warisi Papanya, sembari tertatih karena ku geret dengan paksa. Tak berapa lama Aku mendengar suara sebuah benda mendarat di Kepala Yuki dan itu adalah bola basket Aqli yang tidak sengaja menghantam Yuki. Alhasil Yuki langsung puyeng dan ambruk.
“Sorry.... Aku nggak sengaja aduh gimana ini ”Aqli langsung berlari dan mendatangi Kita berdua. Aqli  terlihat sekali sangat panik. Jelaslah Aqli bingung dia biang dari pingsanya Yuki
“Aku minta maaf, bawa ke klinik Universitas cepat......”  Aqli menelpon bagian Klinik untuk membawa Yuki  di penuhi rasa khawatir yang menyeliputi dirinya. Andai saja Yuki sadar sudah pasti dia joget caesar deh eh...sudah  nggak jaman ya. Bisa jadi Yuki goyang dumang deh muter-muter ala shahrukh khan. loh?
Sudah kurang lebih 30 menit Aku menunggu Yuki di ruang klinik Universitas dan akhirnya Yuki sadar juga.
“Syahla....” Yuki memanggilku lirih dengan suara yang sedikit parau. Aku mendekatinya dan membantunya untuk bangun.
“Kepalaku pusing banget rasanya” Ucap Yuki sembari menyipitkan matanya yang sebenarnya sudah sipit. Semakin terlihat hanya segaris saja.
“Minta pertanggungjawaban noh sama Kak Aqli ini semua gara-gara dia tadi”
“Hah....Kak Aqli?”
“Iya Aqlimu itu Bebebmu...hahaa”
“Ikh Syahla gitu banget sih” Yuki nyengir kuda.
“Emang Iya dia tadi yang bikin Kamu pingsan, gara-gara bola basketnya”
“Iya aku kerasa tadi kena bola basket tapi nggak tahu kalau itu dia” Terang Yuki dengan wajah melankolis.
“Bahkan dia tadi yang menelpon petugas Klinik untuk membawamu  kesini, dia ikut juga   loh,” Syahla mendekati Yuki sembari terus meledeknya.
“What....?”
“What...what...nggak usah sok kaget gitu”
“Lah emang kaget ....” Yuki senyum-senyum sendiri. Jadi gagal deh nyeruput es Pakde Giman. Tetap kemarau  rasanya tenggorokan  ini, namun tak berapa lama Aqli kembali dengan membawa berbagai cemilan dan yang paling Aku ingin segera menyantapnya adalah ES Cendol huaaa tak sabar Aku untuk meneguknya.
“Kak Aqli....” Sontak Yuki bangkit dan hampir terjatuh dari ranjang untung saja Aku segera menolongnya dengan jurus seribu bayangan yang di kasih sama Naruto. Ini Anak benar-benar ceroboh, cinta sih cinta  jangan sampai bikin malu begitu.
“Sudah baikan?” Tanya Aqli sembari menatap mata Yuki yang sedikit bersinar seperti mata kucing di malam hari.
“Heheehe....” Yuki hanya senyum-senyum malu, wajahnya merona. Mana bisa jawab kalau sudah salah tingkah.
Yuki sudah sedikit membaik Kita bertiga meninggalkan Klinik dan bersiap untuk pulang. Gara-gara insiden tadi Aku dan Yuki tidak bisa mengikuti mata kuliah di jam terakhir.
“Hati-hati ya....” Aqli  melambaikan tangan sembari berlalu meninggalkan Aku dan Yuki. Masih saja Yuki senyum-senyum sendiri.
“Dih yang lagi bahagiaaaa......”
“Iya dong ini yang namanya sakit membawa berkah...Kalau nggak kepalaku kena timpuk
Mana mungkin dia seperti itu tadi, kamu kan tahu dia cuek maksimal. Apalagi Fans-fansnya yang genit itu nggak pernah jauh dari dia huh” Wajah Yuki memerah seperti kepiting rebus.
“Ada yang jealous nihh...” Aku tertawa meledek Yuki. Dia tersenyum matanya menyipit
  Jelas terlihat bahagianya Yuki setelah itu, dia sudah  nyaris berhasil mencuri  hati Aqli senior yang katanya cuek, dingin, jago basket, banyak fans juara hadroh kalau bukan sebagai mahasiswa bisa jadi sudah menumbuhkan jenggot karena Aqli terkenal sangat agamis. Yuki yang terlahir dari seorang ibu yang mualaf  keturunan jepang sangat mendambakan Aqli yang agamis
seperti Papanya yang santun dan bijaksana.
Yuki melepas jarum pentul di jilbabnya, wajahnya ngadep kecermin. Ia melirik sang Papa yang sedang asik dengan  pekerjaanya menatap layar monitor untuk menyelesaikan pekerjaan untuk rapat besok. Ayah Yuki bekerja sebagai Pemimpin Redaksi di salah satu  media cetak di  kota  Banjarmasin. Beda dengan Ayahku yang  berprofesi sebagai Guru di salah satu Madrasah Ibtidaiyah, latar belakang dan gaya hidup kami memang berbeda namun aku cukup bahagia dengan persahabatan ini.
Papadan Mama Yuki bertemu di tokyo university, Papanya menghabiskan waktu studinya di negeri sakura beberapa tahun silam. Ia jatuh cinta pada juniornya yang kerap Ia puji dengan julukan Ayako. Papanya sangat menyangi Mamanya, perjuangan  untuk mendapatkan cinta Hanako tidak berlangsung manis. Cinta terpendam  hingga tiga tahun, tidak berani mengungkapkan  takut di tolak, karena tak setampan  Hideaki takizawa. Ia kerap melihat gadis pujaan  menghabiskan waktu bersama kekasihnya, harapan itu ludes. Mana mungkin seorang lelaki sunda bisa mempersunting gadis jepang  nan cantik jelita, ungkapnya dalam kerisauan hati. Meski gak jelek-jelek banget tentu kalah jika di bandingkan dengan pria yang saat itu menjadi kekasih Hanako.
Papa Yuki berencana dengan teman-teman untuk pergi ke Shibuya, Tokyo. Ia sudah duduk kurang lebih satu jam  namun teman-temanya belum  menampakan diri. Ia duduk di taman yoyogi yang saat  itu sang sakura sedang bermekaran. Sesekali kelopak  itu menjatuhi kepalanya, seketika Ia membayangkan sang pujaan Hanako berlalu dengan senyum manisnya..syahdu! Ia tersenyum sembari menatap kelopak yang terjatuh di atas buku yang dari tadi menemaninya. Sebagai Mahasiswa berprestasi sudah selayaknya Ia mempertahankan prestasinya supaya beasiswanya tidak di cabut sekalipun sudah semester akhir. Meski begitu untuk jatuh cinta tidak bisa Ia pungkiri, Setelah dua jam  berlalu Ia beranjak dari taman yoyogi dengan pelan Ia menyusuri taman itu. Kadang tersenyum, kadang Ia menekuk wajahnya dengan pasti. Hidup di negeri orang memang tidak sebebas di negara sendiri, untuk ketiga kalinya teman-temanya tidak menempati janjinya. Membuat dirinya benar-benar seperti orang hilang, sendirian.
Isak tangis itu semakin jelas di balik pohon  sakura yang amat indah dan besar. Ia beringsut mendekati, semakin jelas hingga Ia melihat dua orang yang sedang beradu argument. Ia ingin meninggalkanya namun batinya tidak tega melihat sang pujaan meneteskan air mata. Ia ragu, apa yang harus Ia perbuat demi sang pujaan  senyum kembali, namun tidak juga mendapat solusi Ia masih asik mengintip di balik pohon itu cemas, lagi-lagi  menggaruk kepalamya yang di penuhi kelopak sakura.
Tidak tahan lagi akhirnya Papa Yuki menampakan tubuhnya, membuat Hanako sang Mama dengan sigap merangkul. Seketika membuat tubuh Papa Yuki mematung, kejadian seperti ini baru pertama kali, dia tahu betul bahwa seperti ini sangat di larang di agamanya. Spontan Ia melepas pelukan juniornya itu buru-buru, jemari tanganya gemetaran dan sedikit shok. Mendadak jadi gagap dan tidak bisa berkata sepatah katapun.
“Arigatou... arigatou,” berulang kali Hanako mengucapkan kalimat itu, membuat Kamil kebingungan. Tiba-tiba suara tepuk tangan para sahabat bermunculan satu persatu, mereka semua tertawa. Sudah persis yang ada di drama-drama. Para sahabat Kamil ternyata berusaha untuk menyatukan cinta sang senior yang terpendam. Hingga pertolongan-pertolongan yang di lakukan secara diam  oleh kamil kini di ketahui oleh Hanako.  Berkat para sahabat Kamil, Hanako merasa bahagia karena di cintai oleh seorang lelaki yang sangat luar biasa. Setelah menyelesaikan study Kamil kembali ke tanah air tanpa Hanako, karena Hanako masih menyelesaikan kuliahnya yang masih kurang satu tahun. Mereka tidak menjalin hubungan apapun  namun memiliki komitmen jika sudah sampai waktunya akan menjalin hubungan yang serius. Satu tahun terpisah namun kamil kembali ke jepang untuk memastikan apakah wanita pujaanya masih ingin bersamanya. Tentu tidak mudah berbagai tentangan dari kedua keluarga harus di hadapi. Beda kultur, bahasa, apalagi agama. Tentu  itu adalah sebuah tantangan yang terberat, meski terpaksa akhirnya orang tua Hanako merestui hubungan  mereka dengan banyak syarat yang akhirnya bisa di penuhi oleh Kamil. Keduanya kini memiliki Putri yang cantik bernama Yuki Kamil.
“Papa..... luar biasa,” Yuki memeluk Papanya haru, kemudian Papa Yuki memanggilku. Kami dalam  pelukan yang sama. Cerita Papa Yuki memang luar biasa untuk memperjuangkan seseorang yang dia cintai, bolak-balik Surabaya-Jepang tidak mudah. Meski kini Ia harus menghidupi Yuki seorang diri. Perjuanganya untuk mempertahankan Tante Hanako dari ganasnya penyakit  leokimia  tidak berhasil. Setahun sudah Yuki dan Papanya hidup tanpa sang Mama. Bahkan akupun sangat kehilangan ketika beliau pergi, keluargaku dan keluarga Yuki sangat dekat. Kami hidup dalam satu komleks perumahan yang sama.
***
Aqli berlalu dengan gagahnya di hadapan kami berdua, menebar senyum ke seluruh junior yang dia lalui. Yuki langsung terpana, Ia teringat kejadian yang di alami Papa dan Mamanya, kisah cinta sang junior dengan seniornya di kampus. Ia menggandengku lalu menggeretnya dengan keras.
“Ayo.... kita buntutin senpeiku,”
“Apa? serius?” Jelas dong aku terkejut, senekat itu? pikirku sembari terus tertatih mengikutinya. Tak berapa lama kami berhenti saat melihat dan mendengar perbincangan Aqli dengan metha teman Aliyahnya dulu. Untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
“Metha....?” Yuki menatapku, air matanya mengalir sangat deras.
“Iya teman kita...” Aku mengangguk, lalu membawanya pergi dari tempat itu sebelum Aqli mengetahui kami berdua telah  menyimak perbincangan mereka. Cinta itu memang lucu kadang dia bikin sedih, kadang juga bikin senyum. Tapi yang unik dari cinta Ialah saat kita melakukan perubahan-perubahan positif yang mungkin awalnya kita enggan untuk melakukan itu. Seperti cintaku pada Ashbi sahabat Aqli, yang terpendam hingga kini. Awalnya aku melakukan semua mungkin karena dia, supaya dia melihatku tapi itu tidak terjadi. Dia bahkan  tidak peduli sama aku,  juga dengan apa yang aku  lakukan, tapi aku  menikmati semua ini. Mungkin tak lama lagi aku mengalami nasib yang sama dengan Yuki. Tapi meskipun demikian biarlah itu terjadi mungkin saat ini takdir itu masih bersamaku.


Wednesday, December 21, 2016

Devinisi kafir menurut islam

Mengapa Muslim melecehkan non-Muslim dengan memanggil mereka kafir?
Jawaban:
1. Kafir berarti orang yang menolak.
'Kafir' berasal dari kata 'kufur', yang berarti menyembunyikan atau menolak. Dalamistilah Islam, 'Kafir' berarti orang yang menyembunyikan atau menolak kebenaran Islam dan orang yang menolak Islam. Dalam bahasa Indonesianya, orang-orang yang menolak Islam disebut 'non-Muslim.' Jadi ketika seorang Muslim menyebut mereka dengan istilah ‘kafir’, ini bukan bermaksud melecehkan, melainkan sebutan ‘kafir’ ini sama dengan menyebut mereka ‘non-Muslim.’
2. Jika ada non-Muslim yang merasa dilecehkan karena disebut kafir, maka mereka harus menerima Islam.
Jika ada non-Muslim yang menganggap kata 'kafir' (non-Muslim) sebagai pelecehan, ia dapat memilih untuk masuk Islam, maka umat Muslim akan berhenti menyebut dirinya sebagai kafir atau non-Muslim.
Kenapa Harus Marah Disebut Kafir?
Misalnya kulit kamu putih mulus bersih berseri. Lalu ada orang yang mengejek, “Hei, hitam pekat! Kamu ini orang atau arang!”
Apakah kamu marah? Pasti tidak. Karena kamu tidak merasa hitam seperti arang.
Lantas sebaliknya, kulit kamu memang hitam pekat seperti arang. Lalu ada orang yang mengejek, “Hei, arang. Boleh dong gue pake kamu untuk bakar sate?”
Apakah kamu marah?
Pasti ada rasa marah, tersingung atau sakit hati, walau dalam skala yang paling kecil sekalipun.
Kenapa? Karena kamu merasa diejek, kekurangan atau aib kamu diungkit dan dijadikan bahan ledekan.
* * *
Mari gunakan logika yang sama untuk istilah KAFIR.
Banyak sekali teman nonmuslim yang marah atau protes ketika disebut kafir. Padahal istilah “kafir” itu hanya soal status. Sama seperti ucapan “SBY orang Jawa” atau “Ahok Orang China” atau “Obama Orang Amerika”. Itu hanya status. Tak lebih dan tak kurang.
Kafir adalah mereka yang tidak menyembah Allah SWT dan tidak percaya Muhammad sebagai Rasulullah. Hanya sesederhana itu. Just that simple.
(Karena hanya soal status, maka TAK PERLU dikaitkan dengan masalah moral). Misalnya “Lebih baik kafir tapi bersih daripada muslim tapi korupsi.” Siapapun bisa jadi koruptor, tidak peduli apapun statusnya, apapun agamanya.
Status kafir TAK ADA KAITAN LANGSUNG dengan moral. Saya punya teman yang nonmuslim atau kafir, tapi pribadi mereka sungguh terpuji. Jadi tak perlu mengaitkan status kafir dengan moral. Sebab bisa jadi sangat rancu.
Saat menyebut seseorang sebagai kafir, itu BUKAN tuduhan yang berbau vonis bahwa anda tidak bermoral, anda bejat, dan seterusnya. Sekali lagi, ini hanya soal status.
Setiap status tentu berkaitan dengan hak dan kewajiban tertentu. Misalnya saat kita bertemu teman sesama Muslim, ada perintah untuk mengucapkan “Assalamualaikum….”. Tapi untuk teman nonmuslim, perintah seperti itu tentu tak ada.
Dalam konteks yang lebih besar seperti negara, tentu hak dan kewajibannya lebih besar pula. Misalnya jika di sebuah negara diterapkan hukum Islam, maka yang muslim wajib menyetor zakat kepada negara, sedangkan yang kafir tak perlu. Karena zakat hanya untuk kaum muslim.
Jika KAFIR hanya soal status, kenapa banyak orang yang marah disebut kafir?
Jika dikaitkan dengan logika dan contoh cerita pada bagian awal tulisan ini, maka sebenarnya secara PSIKOLOGIS ini bisa dipahami dengan sangat mudah:
Seseorang marah atau tersinggung disebut kafir, karena di lubuk hatinya yang terdalam terdapat PENGAKUAN TULUS bahwa menjadi kafir itu tidak baik. Yang baik adalah menjadi Muslim.
Jika Anda yakin akan kebenaran agama Anda, jika Anda yakin agama Anda baik, tentu tak perlu marah atau tersinggung disebut kafir, bukan?
Coba lihat bagaimana sikap kami umat Islam terhadap ajaran agama lain:
Pada ajaran Kristen, semua yang tidak menerima Yesus sebagai tuhan disebut “domba yang tersesat”.
Umat Islam tentu tidak mengakui Yesus sebagai tuhan. Karena itu, pasti kita yang Muslim termasuk golongan “domba yang tersesat” (versi mereka) tersebut.
Namun apakah kita umat Islam selama ini pernah marah atau tersinggung disebut “domba yang tersesat”?
TAK PERNAH SEKALIPUN. Karena kita yakin akan kebenaran Islam.
Karena yakin benar, maka sebodoh amat dengan semua julukan dari agama lain untuk kita. Emang gue pikirin. Terserah mereka menyebut kita apa saja. Itu tak akan berpengaruh apapun terhadap keyakinan kita.
Betul?
Jadi jika Anda tak suka disebut kafir, cara mengatasinya gampang saja. Silahkan masuk Islam. Just that simple

Copas by:  Lukmanul hakim (facebook )

Tuesday, December 20, 2016

Balada stalking

Hobby stalker, capture chat :D udah kaya ABG aja, udah gitu di smpen takutnya ntar di apus obrolanya. Cuma buat liat2tan aja sih sebenarnya, spesial bgt tapi gak pernah nyadar apakah yang di maksud tahu atau mengerti.... asik aja sendiri, kl lg dateng jealousnya mewek. Coba kaya gini di bikin sendiri kan? Gak ada yang suruh tapi tetap gak mau nyerah rutinitas untuk mencari info kabar terbaru tentang si doi udah macem wartawan yang takut ketinggalan berita. Di pikir doi gak ngerti2 amat, padahal sih sebenernya tahu cuma pura-pura gak tahu, lah iya.... karena doi gak pernah respect. Pedihhhh :D

Friday, December 9, 2016

Saat nanti aku tiada


Aku manusia penuh mimpi,, dari kecilpun banyak sekali impianku. Sekalipun terkadang sadar aku ini siapa bahkan mimpi-mimpiku tidak senada dengan keadaanku. Aku memang miskin tapi ibuku selalu bilang. Kita memang miskin tapi jangan sampai kita miskin iman... aku selalu ingat  kalimat itu kemanapun aku pergi. Tetap saja keadaan tidak membuat imajinasiku berhenti

bermain dengan mimpi2 itu. Banyak sekali mimpiku namun lewat begitu saja, tapi Allah Kasih sebagian dari mimpiku dari jalan yang berbeda. Saat kecil ingin jadi jurnalis tapi aku bekerja di bidang penyuluh pertanian yang kerjanya itu gak lepas dari SDM yah gak jauh lah tetap aku bersyukur. Lain lagi ketika aku sudah bertambah dewasa aku punya harapan dimna jika nanti aku menikah dan punya anak ingin sekali memberikan nama Muhammad Al fatih jika lelaki... inilah sebagian dari mimpiku, namun Allah masih blm berkenan, aku belum tahu siapa jodohku,, jikapun malaikat maut meminangku lebih dulu... aku pernah menuliskan sebagian dari mimpiku disini agar kalian tahu jika akupun ingin seperti kalian menggenapkan sebagian iman, lalu apa daya aku  tidak kuasa untuk itu... : ) aku hanya seorang hamba...

Thursday, December 8, 2016

Ingin melupakan

Ya Robbi jika dia memang tidak Engkau takdirkan bersamaku. Aku tidak pernah memaksanya harus bersamaku
Jika kiranya dia memang tidak pernah menjadi takdirku buatlah aku lupa dengan perasaan ini padanya karena walau bagaimanapun dia memang tidak akan pernah bersamaku......  Aku ingin lupa, aku tidak ingin mencintainya jika dia mencintai yang lain.
Ya Robbi knp melupakanya begitu banyak proses tidak sesimpel saat aku mencintainya.. bantu diriku untuk lupa dengannya, beri jalan padaku tentang misteri ini. Aku tidak ingin dihina lagi karena mencintai, jangan Kau buat aku mencintai yang bukan jodohku. Jatuh  cintakan aku hanya kepada jodohku saja.. buatlah aku ikhlas untuk benar-benar melepaskanya hidup bersama yang lain.Buatlah aku Ridha dengan takdir-Mu, buatlah aku lebih bersabar dari sebelumnya karena segala sesuatu yang terjadi tidak akan bisa terjadi tanpa seizin-Mu..... termasuk semua ini, dengan takdirku mencintai dalam diam tanpa Ia tahu.
Do'aku selalu bersamamu اسبي

Tuesday, December 6, 2016

Bagian Tidak Terberitakan dari aksi super damai 212

Bagian Tidak Terberitakan dari #Aksisuperdamai212

TERLEPAS dari ada di mana posisi Anda, 2 Desember 2016 mungkin akan jadi hari yang akan diingat bagi semua pihak di Indonesia (kalau tidak dunia, mungkin juga akhirat?)

Jum’at tanggal 2 kemarin, saya mengantarkan Bapak dan Ibuk saya menuju #AksiSuperDamai212 dari Bandung. Sebelumnya, saya pergi ke aksi tersebut hanya dengan niat mengantarkan Bapak Ibuk, serta rasa penasaran ‘ah masa sih ada hatespeech beneran di aksi damai begitu?’ Kami berangkat dari Bandung sekitar pukul 03.30 pagi, mengendarai mobil pribadi. Berhenti sejenak di sebuah rest area untuk shalat shubuh, dan menemukan banyak Jama’ah yang juga hendak menuju ke Monas. Subuhannya penuh, serasa mudik, hhe.

Singkat cerita, tadinya kami mau menuju Monas melalui jalur Sudirman, tetapi berhubung tol dalam kota sangat macet akibat bus dan kendaraan Jama’ah maka kami mengarah ke Salemba. Sepanjang perjalanan, ternyata kami bersamaan dengan iring iringan FPI, FBR, dan ormas lain. Posisinya ada di kiri jalan, serta terlihat wajah senyum abang FPI seperti di foto di bawah. Berikut sedikit fotonya.

Di perjalanan, kami melewati fly over yang menuju salemba (gue gak tau namanya fly over apa wkwk), dan terlihat kondisi jalan yang amat macet.

Lajur menuju Salemba, padat oleh bis, mobil, motoris dan pejalan kaki.

Selama perjalanan tersebut, saya tidak sekalipun mendengar kalimat ‘Tangkap Ahok’, ‘Adili Ahok’, atau bahkan yang lebih parah. Memang Jama’ah ada yang membawa poster bertuliskan hal senada, tetapi itu dibawa masing-masing. Poster yang dibagikan adalah poster ‘Aksi Bela Islam III’. Hmm.

Sesampainya di Salemba, kemudian kami memarkirkan kendaraan di Pasar Kenari dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Sepanjang perjalanan kaki, kami melihat semangat umat yang bergegas ingin menuju Monas untuk mengamankan tempat shalat, bukan, bukan nafsu amarah.

Terlihat Jama’ah yang dengan ramah salim dengan petugas TNI area tersebut sembari menyapa, ‘Assalamu’alaikum pak.’ dan dijawab, ‘Wa’alaikumsalam, semangat ya Pak, Bu.’ Setiap beberapa meter terlihat orang yang membagikan makanan dan minuman gratis, dan sebagian besarnya TIDAK berbaju putih ataupun berseragam ormas. Satpam gedung setempat, pekerja setempat (mungkin ada juga yang dari daerah lain?), ikut membagikan. Ramah dan hangat.

Terlihat pula di jalan, Ranger Oranje DKI yang bersiap menuju lokasi tugas tetapi terjebak macet. Tidak apa-apa, bisa sambil merekam aksi yang tidak setahun sekali ini. Selain itu juga terlihat Jama’ah yang bersepeda menuju Monas.

Semakin dekat dengan area Tugu Tani, tersadar kami ternyata serombongan dengan ormas yang katanya beringas, barbar, savage. FPI, HTI, you name it. Ada juga rombongan FBR, FORKABI, Indonesia Tahajjud di antara kami. Biasanya, netizen sering mengatakan jika ada dua ormas pertama tadi siap siap saja mendengar seruan “Ganti NKRI Dengan Khilafah!” atau “Hukum Ahok Kafir Cina.” Nyatanya, TIDAK SATUPUN kalimat itu ataupun senada terdengar. Tidak pula ada catcalling. Hanya takbir dan shalawat yang terus terucap, diselingi ucapan “Silakan sarapan! Roti gratis, kopi gratis, minum dan buah juga!” Bendera hitam putih berkibar beriringan dengan Merah Putih. Bangga dan haru.

Dalam perjalanan saya tetap melihat Jama’ah yang dengan ikhlas membagikan, bahkan mengajak ngopi, haha. Berikut fotonya.

Sesampainya di area Tugu Tani, tidak bisa lagi rupanya kami maju ke arah Monas. Ya sudah, jadilah kami menggelar sajadah di area tersebut. Melihat jumlah massa yang sangat banyak (gue nggak mau berdebat soal berapa jumlah pastinya, ya), tentu bagi sebagian orang menjadi saat yang tepat untuk mendokumentasikan momen ini. Sebagian besar Jama’ah berwudhu di sisi taman tugu tani, sebab tidak ada satupun mobil wudhu atau toilet di sekitar sana. Jama’ah wanita berada di sekitar Jama’ah pria.

Shalat Jum’at dilaksanakan dengan relay langsung dari Monas, sejak Adzan pertama hingga khotbah, begitupun mulai takbiratul ihram hingga qunut yang Subhanallah. Teknisnya saya tidak tahu, jauh dari lokasi speaker, haha. Sepanjang Jum’atan, sejak langit terang hingga hujan angin, tidak ada satu Jama’ah pun yang pindah ataupun mengeluh. Semua disenyumi saja. “Hujan gini mah Rahmat Allah lagi turun dek, ga ape ape dah sini aja. Bedoa,” ujar seorang bapak di sebelah saya.

Bagi saya, tidak ada hal termanis selain bisa melihat Ibuk Bapak saya bersukacita, so excited, sebab melihat ummat yang begitu banyak, dan tidak ada satupun yang berucap benci. Bershalawat, berdo’a, bertakbir. Belum tentu saya bisa membuat mereka bahagia begini (seingat saya, ketika saya wisuda pun tidak sedemikian bahagianya). Air mata saya pun tertumpah bersama hujan. Do’a kami tertiup bersama angin, semoga sampai di hadirat-Mu.

Selesai shalat dan berdo’a, hujan berhenti. Jama’ah pun berangsur balik kanan lalu cari makan (lapar, hhe). Warung dan kaki lima sekitar kwitang ramai dipadati Jama’ah. Alhamdulillah sebuah berkah tersendiri bagi warga. Pun terlihat satgas emergency dari Klaten membagikan roti dan minum.

Sepulangnya, kami melewati area kwitang dalam, kemudian terlihat hal yang … hebat. Tepat di perumahan kumuh sisi sungai Ciliwung, warga berkumpul–mungkin penasaran–seakan menyambut Jama’ah. Di antara warga ada yang rumahnya kurang layak, hanya sebesar los warung, tetapi menuliskan di sobekan kardus “KOPI GRATIS”. Saya tidak yakin beliau dapat dana dari donatur elite global ketika rumahnya lebih memprihatinkan tetapi ikhlas menyediakan kopi gratis. Air panas itu pakai gas, kopinya beli. Tidakkah duitnya lebih baik buat kebutuhan sehari hari saja? Tidak hari ini, Bung.

Mungkin isu bahwa aksi ini merupakan ‘aksi politis berkedok agama’ itu benar. Mungkin juga salah. Mungkin ada agenda besar dibalik ini semua dan kami hanya pion-pion. Mungkin juga tidak. Anda bebas memercayai yang Anda mau.

Akhir kata, saya memilih memercayai apa yang saya lihat langsung. Bahwa bangsa ini masih punya harapan, bangsa ini masih bisa maju. Syaratnya satu, Respect dan berpikiran terbuka. Saya pun memercayai bahwa sifat baik akan menular, maka respek dan keterbukaan pikiran harus dimulai dari setiap kita (yang katanya lebih punya common sense). []

3/12/2016, Bandung.

Sumber: https://relativeinfinity.wordpress.com/2016/12/03/bagian-tidak-terberitakan-dari-aksisuperdamai212/

COPYRIGHT DISCLAIMER REDAKSI IKLAN
Copyright © 2011 - 2016 Islampos.com.