Tuesday, December 27, 2016

Senpai


Siang ini panasnya kebangetan. Aku sama Yuki sahabat Aku pergi  kekantin dengan maksud  ingin nyeruput es cendolnya Pakde Giman. Tapi baru sampai separo perjalanan langkah kita terhenti gitu saja. Mata  Yuki menatap lekat dimana Aqli sedang  bermain basket dengan gaya yang cool dan cuek  itu. Rupanya Yuki terbius sama ketampanan Aqli anak Fakultas Teknik Informatika yang sekarang sudah semester lima, meskipun dia tahu sainganya bejibun sudah ngalahin antrian BBM Di pertamina.
“Yuki....ayo” Kugeret lengan Yuki untuk segera melanjutkan perjalanan kita yang sedikit tertunda tadi.
“Aqli makin keren Sya...asli ini mah” Ucap Yuki  dengan logat sunda yang di warisi Papanya, sembari tertatih karena ku geret dengan paksa. Tak berapa lama Aku mendengar suara sebuah benda mendarat di Kepala Yuki dan itu adalah bola basket Aqli yang tidak sengaja menghantam Yuki. Alhasil Yuki langsung puyeng dan ambruk.
“Sorry.... Aku nggak sengaja aduh gimana ini ”Aqli langsung berlari dan mendatangi Kita berdua. Aqli  terlihat sekali sangat panik. Jelaslah Aqli bingung dia biang dari pingsanya Yuki
“Aku minta maaf, bawa ke klinik Universitas cepat......”  Aqli menelpon bagian Klinik untuk membawa Yuki  di penuhi rasa khawatir yang menyeliputi dirinya. Andai saja Yuki sadar sudah pasti dia joget caesar deh eh...sudah  nggak jaman ya. Bisa jadi Yuki goyang dumang deh muter-muter ala shahrukh khan. loh?
Sudah kurang lebih 30 menit Aku menunggu Yuki di ruang klinik Universitas dan akhirnya Yuki sadar juga.
“Syahla....” Yuki memanggilku lirih dengan suara yang sedikit parau. Aku mendekatinya dan membantunya untuk bangun.
“Kepalaku pusing banget rasanya” Ucap Yuki sembari menyipitkan matanya yang sebenarnya sudah sipit. Semakin terlihat hanya segaris saja.
“Minta pertanggungjawaban noh sama Kak Aqli ini semua gara-gara dia tadi”
“Hah....Kak Aqli?”
“Iya Aqlimu itu Bebebmu...hahaa”
“Ikh Syahla gitu banget sih” Yuki nyengir kuda.
“Emang Iya dia tadi yang bikin Kamu pingsan, gara-gara bola basketnya”
“Iya aku kerasa tadi kena bola basket tapi nggak tahu kalau itu dia” Terang Yuki dengan wajah melankolis.
“Bahkan dia tadi yang menelpon petugas Klinik untuk membawamu  kesini, dia ikut juga   loh,” Syahla mendekati Yuki sembari terus meledeknya.
“What....?”
“What...what...nggak usah sok kaget gitu”
“Lah emang kaget ....” Yuki senyum-senyum sendiri. Jadi gagal deh nyeruput es Pakde Giman. Tetap kemarau  rasanya tenggorokan  ini, namun tak berapa lama Aqli kembali dengan membawa berbagai cemilan dan yang paling Aku ingin segera menyantapnya adalah ES Cendol huaaa tak sabar Aku untuk meneguknya.
“Kak Aqli....” Sontak Yuki bangkit dan hampir terjatuh dari ranjang untung saja Aku segera menolongnya dengan jurus seribu bayangan yang di kasih sama Naruto. Ini Anak benar-benar ceroboh, cinta sih cinta  jangan sampai bikin malu begitu.
“Sudah baikan?” Tanya Aqli sembari menatap mata Yuki yang sedikit bersinar seperti mata kucing di malam hari.
“Heheehe....” Yuki hanya senyum-senyum malu, wajahnya merona. Mana bisa jawab kalau sudah salah tingkah.
Yuki sudah sedikit membaik Kita bertiga meninggalkan Klinik dan bersiap untuk pulang. Gara-gara insiden tadi Aku dan Yuki tidak bisa mengikuti mata kuliah di jam terakhir.
“Hati-hati ya....” Aqli  melambaikan tangan sembari berlalu meninggalkan Aku dan Yuki. Masih saja Yuki senyum-senyum sendiri.
“Dih yang lagi bahagiaaaa......”
“Iya dong ini yang namanya sakit membawa berkah...Kalau nggak kepalaku kena timpuk
Mana mungkin dia seperti itu tadi, kamu kan tahu dia cuek maksimal. Apalagi Fans-fansnya yang genit itu nggak pernah jauh dari dia huh” Wajah Yuki memerah seperti kepiting rebus.
“Ada yang jealous nihh...” Aku tertawa meledek Yuki. Dia tersenyum matanya menyipit
  Jelas terlihat bahagianya Yuki setelah itu, dia sudah  nyaris berhasil mencuri  hati Aqli senior yang katanya cuek, dingin, jago basket, banyak fans juara hadroh kalau bukan sebagai mahasiswa bisa jadi sudah menumbuhkan jenggot karena Aqli terkenal sangat agamis. Yuki yang terlahir dari seorang ibu yang mualaf  keturunan jepang sangat mendambakan Aqli yang agamis
seperti Papanya yang santun dan bijaksana.
Yuki melepas jarum pentul di jilbabnya, wajahnya ngadep kecermin. Ia melirik sang Papa yang sedang asik dengan  pekerjaanya menatap layar monitor untuk menyelesaikan pekerjaan untuk rapat besok. Ayah Yuki bekerja sebagai Pemimpin Redaksi di salah satu  media cetak di  kota  Banjarmasin. Beda dengan Ayahku yang  berprofesi sebagai Guru di salah satu Madrasah Ibtidaiyah, latar belakang dan gaya hidup kami memang berbeda namun aku cukup bahagia dengan persahabatan ini.
Papadan Mama Yuki bertemu di tokyo university, Papanya menghabiskan waktu studinya di negeri sakura beberapa tahun silam. Ia jatuh cinta pada juniornya yang kerap Ia puji dengan julukan Ayako. Papanya sangat menyangi Mamanya, perjuangan  untuk mendapatkan cinta Hanako tidak berlangsung manis. Cinta terpendam  hingga tiga tahun, tidak berani mengungkapkan  takut di tolak, karena tak setampan  Hideaki takizawa. Ia kerap melihat gadis pujaan  menghabiskan waktu bersama kekasihnya, harapan itu ludes. Mana mungkin seorang lelaki sunda bisa mempersunting gadis jepang  nan cantik jelita, ungkapnya dalam kerisauan hati. Meski gak jelek-jelek banget tentu kalah jika di bandingkan dengan pria yang saat itu menjadi kekasih Hanako.
Papa Yuki berencana dengan teman-teman untuk pergi ke Shibuya, Tokyo. Ia sudah duduk kurang lebih satu jam  namun teman-temanya belum  menampakan diri. Ia duduk di taman yoyogi yang saat  itu sang sakura sedang bermekaran. Sesekali kelopak  itu menjatuhi kepalanya, seketika Ia membayangkan sang pujaan Hanako berlalu dengan senyum manisnya..syahdu! Ia tersenyum sembari menatap kelopak yang terjatuh di atas buku yang dari tadi menemaninya. Sebagai Mahasiswa berprestasi sudah selayaknya Ia mempertahankan prestasinya supaya beasiswanya tidak di cabut sekalipun sudah semester akhir. Meski begitu untuk jatuh cinta tidak bisa Ia pungkiri, Setelah dua jam  berlalu Ia beranjak dari taman yoyogi dengan pelan Ia menyusuri taman itu. Kadang tersenyum, kadang Ia menekuk wajahnya dengan pasti. Hidup di negeri orang memang tidak sebebas di negara sendiri, untuk ketiga kalinya teman-temanya tidak menempati janjinya. Membuat dirinya benar-benar seperti orang hilang, sendirian.
Isak tangis itu semakin jelas di balik pohon  sakura yang amat indah dan besar. Ia beringsut mendekati, semakin jelas hingga Ia melihat dua orang yang sedang beradu argument. Ia ingin meninggalkanya namun batinya tidak tega melihat sang pujaan meneteskan air mata. Ia ragu, apa yang harus Ia perbuat demi sang pujaan  senyum kembali, namun tidak juga mendapat solusi Ia masih asik mengintip di balik pohon itu cemas, lagi-lagi  menggaruk kepalamya yang di penuhi kelopak sakura.
Tidak tahan lagi akhirnya Papa Yuki menampakan tubuhnya, membuat Hanako sang Mama dengan sigap merangkul. Seketika membuat tubuh Papa Yuki mematung, kejadian seperti ini baru pertama kali, dia tahu betul bahwa seperti ini sangat di larang di agamanya. Spontan Ia melepas pelukan juniornya itu buru-buru, jemari tanganya gemetaran dan sedikit shok. Mendadak jadi gagap dan tidak bisa berkata sepatah katapun.
“Arigatou... arigatou,” berulang kali Hanako mengucapkan kalimat itu, membuat Kamil kebingungan. Tiba-tiba suara tepuk tangan para sahabat bermunculan satu persatu, mereka semua tertawa. Sudah persis yang ada di drama-drama. Para sahabat Kamil ternyata berusaha untuk menyatukan cinta sang senior yang terpendam. Hingga pertolongan-pertolongan yang di lakukan secara diam  oleh kamil kini di ketahui oleh Hanako.  Berkat para sahabat Kamil, Hanako merasa bahagia karena di cintai oleh seorang lelaki yang sangat luar biasa. Setelah menyelesaikan study Kamil kembali ke tanah air tanpa Hanako, karena Hanako masih menyelesaikan kuliahnya yang masih kurang satu tahun. Mereka tidak menjalin hubungan apapun  namun memiliki komitmen jika sudah sampai waktunya akan menjalin hubungan yang serius. Satu tahun terpisah namun kamil kembali ke jepang untuk memastikan apakah wanita pujaanya masih ingin bersamanya. Tentu tidak mudah berbagai tentangan dari kedua keluarga harus di hadapi. Beda kultur, bahasa, apalagi agama. Tentu  itu adalah sebuah tantangan yang terberat, meski terpaksa akhirnya orang tua Hanako merestui hubungan  mereka dengan banyak syarat yang akhirnya bisa di penuhi oleh Kamil. Keduanya kini memiliki Putri yang cantik bernama Yuki Kamil.
“Papa..... luar biasa,” Yuki memeluk Papanya haru, kemudian Papa Yuki memanggilku. Kami dalam  pelukan yang sama. Cerita Papa Yuki memang luar biasa untuk memperjuangkan seseorang yang dia cintai, bolak-balik Surabaya-Jepang tidak mudah. Meski kini Ia harus menghidupi Yuki seorang diri. Perjuanganya untuk mempertahankan Tante Hanako dari ganasnya penyakit  leokimia  tidak berhasil. Setahun sudah Yuki dan Papanya hidup tanpa sang Mama. Bahkan akupun sangat kehilangan ketika beliau pergi, keluargaku dan keluarga Yuki sangat dekat. Kami hidup dalam satu komleks perumahan yang sama.
***
Aqli berlalu dengan gagahnya di hadapan kami berdua, menebar senyum ke seluruh junior yang dia lalui. Yuki langsung terpana, Ia teringat kejadian yang di alami Papa dan Mamanya, kisah cinta sang junior dengan seniornya di kampus. Ia menggandengku lalu menggeretnya dengan keras.
“Ayo.... kita buntutin senpeiku,”
“Apa? serius?” Jelas dong aku terkejut, senekat itu? pikirku sembari terus tertatih mengikutinya. Tak berapa lama kami berhenti saat melihat dan mendengar perbincangan Aqli dengan metha teman Aliyahnya dulu. Untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
“Metha....?” Yuki menatapku, air matanya mengalir sangat deras.
“Iya teman kita...” Aku mengangguk, lalu membawanya pergi dari tempat itu sebelum Aqli mengetahui kami berdua telah  menyimak perbincangan mereka. Cinta itu memang lucu kadang dia bikin sedih, kadang juga bikin senyum. Tapi yang unik dari cinta Ialah saat kita melakukan perubahan-perubahan positif yang mungkin awalnya kita enggan untuk melakukan itu. Seperti cintaku pada Ashbi sahabat Aqli, yang terpendam hingga kini. Awalnya aku melakukan semua mungkin karena dia, supaya dia melihatku tapi itu tidak terjadi. Dia bahkan  tidak peduli sama aku,  juga dengan apa yang aku  lakukan, tapi aku  menikmati semua ini. Mungkin tak lama lagi aku mengalami nasib yang sama dengan Yuki. Tapi meskipun demikian biarlah itu terjadi mungkin saat ini takdir itu masih bersamaku.


No comments:

Post a Comment