Monday, December 14, 2015

Ingin jadi jurnalis

Ingin Jadi Jurnalis
Layaknya anak kecil yang lain aku juga punya cita-cita. Wah pokoknya paling suka kalau ditanyain soal itu. Temen-temen kalau ditanya soal cita-cita mereka menjawab beragam, ada yang ingin jadi polisi, TNI, pilot, dokter, guru, dan masih banyak lagi. Macam-macam yang aku sebutin tadi terlalu banyak yang memakai, bahkan sampai saat ini pun banyak banget bocah kalau ditanya cita-cita gak ninggalin yang namanya jadi polisi, pilot, dokter, dan guru. Entah apa karena hanya seru-seruan atau mungkin mereka tahu kalau gajinya gede, makanya mereka punya cita-cita seperti itu, atau karena pekerjaan bergengsi, memangnya anak kecil mengerti? Ah, yang jelas siapapun punya hak atas cita-cita yang ada dalam diri masing-masing, soal tercapai atau tidak itu urusan belakang yang jelas sudah bagus tuh kalau punya harapan apa lagi cita-cita seperti itu tadi, kita kan tidak ada yang tahu ke depanya jalan hidup kita, semiskin apapun kita saat ini tidak boleh putus asa. Memiliki harapan besar itu harus apa lagi sampai sungguh-sungguh kita meraihnya, itu baru TOP banget.
 Cita-citaku beda banget sama mereka, dari kecil aku pengen banget jadi orang yang bawain berita kaya yang sering aku lihat di televisi. Ketika duduk di bangku SLTP semakin kuat keinginanku menjadi seorang jurnalis di salah satu stasiun televisi yang  lumayan terkenal. Kan keren ya, itu seperti crew-crew TV yang kece-kece badai. Pokoknya aku dulu pengen banget jadi jurnalis, menurutku seru aja gitu  kita bisa ngepoin orang. Hmmm... bukan gitu juga kali ya, seru saja kerja jurnalis itu pengorbanannya luar biasa, dari dihina orang sampai dicari orang. Di samping  itu bisa juga kan nampang di TV bawain berita, wiihh... keren! Aku mau banget soalnya ada saudara gitu dulu dari Jawa yang tugas bawain berita di TVRI, terus dari situ makin kuat deh keinginan itu, tapi itulah cita-citaku  yang tidak bisa kuraih.
Kecewa sekali ketika impian kita dari kecil tidak bisa kita raih dan bahkan lewat begitu saja. Namun apapun itu sudah menjadi kehendak-Nya, tidak mungkin kita memaksa Allah sesuka hati kita. Minta boleh dengan penuh kesabaran yang disertai usaha dan niat yang kuat. Memang sih pada saat itu keadaan ekonomi keluargaku benar-benar diambang tidak aman dan memang begitulah keadaan keuangan orang tuaku, tidak stabil sehingga tidak ada sedikit jalan pun yang terbuka demi mewujudkan cita-citaku, tapi sekali lagi kita harus bisa mensyukuri apapun yang Allah sudah  kasih sama  kita. Yang kaya biar saja berjaya itu hak mereka dan kita jangan sampai kalah dengan mereka dari segi mendekatkan diri sama Allah. Memang mau, semua serba kalah di bawah mereka? Kalau bisa ketakwaan kita tetap sama dengan mereka kalau bisa lebih baik. Hanya itu kunci kita sebagai orang yang tidak mampu, jangan sampai menjauhi Allah supaya kita tetap kaya. Dijamin rugi kalau kita diuji sedikit saja marah dan  menjauhi Allah, lantas kita mau minta sama siapa? Pemerintah? Bakal lama nunggunya. Mereka saja Allah yang kasih.
Kalau kita baik sama Allah yakin deh Allah juga pasti baik sama kita. Allah gak bakal tega kalau lihat kita selalu bersimpuh, bersujud mohon ampun atas segala kesalahan, dosa yang  telah kita lakukan dan gak bosan-bosannya minta ampun setiap kita habis melakukan kesalahan. Ya wajar namanya manusia tidak lepas dari yang namanya dosa, tapi setidaknya ada upaya untuk memohon ampun serta berusaha sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Allah kan Maha Kaya, dunia ini milik Allah. Sekali pun dijauhi orang kaya kita masih punya Allah yang maha kaya.  “Jangan takut dengan  masalah besar karena kita punya Tuhan yang lebih besar”.

No comments:

Post a Comment