Tuesday, December 8, 2015

Ujian Sakit



Ketika itu kami melakukan apel Senin, terdapat suatu keanehan ketika petugas bendera mengikatkan bendera, tiba-tiba bendera itu terbang dengan sangat kencang hingga terjatuh. Kami semua bingung terutama guru-guru yang ada dalam upacara saat itu. Setelah upacara selesai kepala sekolah menegur petugas supaya lebih hati-hati. Selang sehari dari kejadian itu kami mendengar kabar bahwa Bapak Soeharto lengser.  Mungkin kejadian itu sedikit pertanda, tapi aku juga tidak bisa memastikan karena hanya opini dari kami saja. Sekali lagi hanya opini loh ya... kita-kita yang di sini saat itu nebak-nebak gak jelas gitu dari kejadian tersebut.
Belum aku menyaksikan secara langsung, eh bapak presiden sudah lengser. Mungkin bukan nasib baik kami, baru saja jadi warga sini sudah tidak bisa merasakan enaknya seperti orang-orang yang lebih dulu. Tapi kan tidak mutlak, karena itu hidup kan terus berjalan jadi tetap jalani lah apa yang sudah ada. Kalau lagi ngomongin soal keinginan, inget sekali saat itu aku hobi banget nonton kartun kapur ajaib, itu yang tokoh utamanya Rudy Tabuti. Kebayang kan kalau hidup kita itu seperti hidupnya  Rudy. Mau apa saja tinggal digambar apa maunya kita pakai kapur ajaib. Keren kan kalau kita bisa gitu? Tapi apa iya kita mau jadi kartun? Ya... gak lah. Kita manusia ya manusia saja jangan sampai berpikir seperti Rudy ya, memang sih itu kapur dijual di toko-toko terdekat paling banter buat ngilangin kutu sama semut dan sejenisnya.
Kurang lebih empat tahun sudah aku tinggal di sini dengan berbagai kenangan yang tidak bisa dilupakan. Banyak deh pokonya dan aku sangat ingat sekali suka-dukaku  hidup di zamanku, sedih deh pokoknya kalau ingat, soalnya hidupnya anak sekarang itu sudah beda banget sama zamanku pada saat itu. Hemmm, sok yess nih ceritanya. Aku dan teman-temanku menghabiskan masa remaja muda kami lebih banyak di permainan tradisional yang sudah jarang kutemukan sekarang, bahkan dari jenis jajanan juga sudah  beda  lahh.  Hobi kami saat itu jika setelah mengaji kami menonton  televisi  ke tempat tetangga yang sedikit berada, seperti nonton di bioskop gitu, nontonnya rame-rame. Pada saat itu lagi booming-nya serial Jin & Jun, Jini Oh Jini, dan lain-lain. Kalau mandarin booming banget serialnya F4 yang sampai sekarang pun terkadang masih ditayangin tuh di salah satu stasiun televisi swasta. Sampai segala macam keperluan sekolah pun berbau  F4 deh  pokoknya, seru abis itu.
Kalau pulang kami saling mengejek dan saling kejar, seolah hidup tidak ada beban. Sehabis sekolah kami bermain di sungai untuk berenang tanpa pelampung sekali pun dengan berbagai gaya, gaya udang rebus, nila tergelincir, sampai gaya ikan mas koi kedip-kedip. Sama yang namanya kelelep itu sudah makanan hari-hari sampai kulit kita-kita hitam dan  bisa digambarin. Nah sekarang sudah kejawab kenapa aku hitam begini, ya karena suka berenang di sungai. Percaya gak percaya sih, tapi mungkin memang itulah penyebab dari tragedi kulit hitam yang melekat erat di dalam diriku.
Ujian akan segera tiba tapi aku justru terkena penyakit cacar air. Badanku  menguning dan dipenuhi cacar, menjijikkan sekali. Seketika aku menjerit saat terbangun dari tidur, seakan tidak percaya melihat tubuhku penuh oleh cacar. Aku menangis sejadi-jadinya, tidak peduli air mataku bakalan terkuras gara-gara nangisin cacar. Berbagai macam obat diberikan mereka untukku, hingga cacar itu total keluar, dari obat medis sampai nyolong jagung tetangga. Sedikit kriminal ya, tapi lucunya ketika ayah mau memetik jagung tetangga yang katanya disuruh nyolong itu, justru janjian lebih dulu. Siapa yang dibohongi  coba, sebenarnya bingung juga. Satu rumah hanya aku yang terkena. Alhamdulillah sih, jadi mereka bisa fokus ngurusin aku. Saat ujian  sekolah pun aku masih sakit. Dengan menahan rasa sakit, aku dibonceng ayah untuk pergi  ke sekolah dengan sepeda butut ayah yang sedikit berbunyi. Ketika tiba di sekolah ada beberapa teman yang  prihatin tapi tetap saja ada yang tega mengejek. Aku ingin menangis rasanya ketika mereka mengejekku. Aku tak berdaya di samping menahan  rasa sakit di tubuhku, aku juga mersakan sakit hati, masih saja tega mereka mengejek orang sakit. Tapi alhamdulillah ujian sekolah bisa kulalui meskipun, aku dalam keadaan sakit dan  alhamdulillah-nya lagi ketika Ujian Nasional aku sudah sehat dan sedikit fokus untuk mengerjakan soal. Detik-detik menunggu pengumuman kelulusan kami berfoto untuk ijazah ke kecamatan Mantangai bersama wali kelas menggunakan  kelotok. Di sini masih kurang  mendukung pada saat itu,  jadi jauh-jauh ke kecamatan hanya untuk berfoto. Itulah nikmatnya perjalanan hidup yang serba tidak ada, jadi kita merasa puas dengan apa yang kita lakukan dan lebih mensyukurinya. Hidup ini bukan tanpa perjuangan dan kesabaran, kedua hal tersebut saling mengisi untuk menjalani hidup yang akan terus berjalan.
Allah menciptakan kita bukan tanpa alasan dan juga tidak ada yang sia-sia, masing-masing kita sudah memiliki peranan untuk dijalani. Kita ingin hidup kita lebih baik? Pastinya kita berusaha sungguh-sungguh untuk mengubahnya. “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan  sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; Dan sekali-kali tidak ada pelindung manusia selain Dia.” (QS. A-Ra’ad: 11).
Allah maha tahu, Allah tahu usaha kita, Allah tahu niat baik kita, tidak ada yang luput dari pandangan-Nya. Sekali pun Allah menguji kita dengan keburukan pasti Allah akan menolong kita dengan kebaikan yang Allah miliki. Positive thinking sama Allah saja and keep smile. Lakukan segala sesuatu dengan lillaahita’ala, semua karena Allah supaya bernilai ibadah apapun itu, yang pasti ya bukan melakukan kejahatan ya. Hal sepele yang paling kecil pun jika kita niatkan karena Allah, insyaa Allah bernilai ibadah. Orang kerja gak salah, orang kuliah gak salah, dan masih banyak lagi, gak ada yang salah, insyaa Allah tidak ada yang sia-sia semua itu jika kita lakukan karena Allah, niatkan lillaahita’ala.
Have to choose, kita punya pilihan antara yang baik sama yang buruk, tinggal kita pilih yang mana. Kata bang Raditya Dika namanya juga hidup. Tuhan yang nentuin, kita yang jalanin, orang lain yang ngomentarin. Hehe... memang begitu, kan?

No comments:

Post a Comment