Tuesday, December 1, 2015

Mimpi yang tertunda


 Disaat yang lain sibuk memilih, menentukan jurusan apa yang akan mereka ambil untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas-universitas. Aku Cuma bisa nyengir kuda, emang kuda doang yang bisa nyengir terus kambing, kerbau, sapi? itu beberapa binatang mamalia. Intinya siapa saja bisa nyengir apa lagi Aku nyengir banget, melihat semua memiliki planing yang mantap untuk kelangsungan hidup mereka. Boro-boro buat planing panjang, untuk kegiatan esok hari  saja Aku gak kepikiran mau ngapain. Saking pasrahnya, gak berani nuntut. Lagian apa yang bisa di tuntut dari orang tua yang selayaknya mendapat bantuan dari anak-anaknya. Jadi keinginan untuk kuliah di pinggirin dulu, gak di buang, jangan di buang entar susah mungutinya kalau sudah berbaur dengan mikro organisme, eh keren lagi bisa di uraiakan hehe.... tentuya keinginan untuk kuliah itu sangat luar biasa. Siapa yang gak ingin punya gelar sarjana, banyak teman, ketemu orang-orang hebat wihhh impian banget pokoknya.
 Waktu berlalu, belum berlalu banget sih seminggu habis ujian Aku ambil kursus komputer atas dasar saran orang-orang terdekatku. Siapa yang gak bahagia? jingkrak-jingkrak setelah dengar kabar ini. Tapi sedihnya Aku jadi merepotkan masku, kakakku yang satu itu bakal ngambek kalau gak mau nurutin apa maunya dia, iya sih keinginan itu baik. Supaya adiknya gak ketinggalan jauh dari teman-teman seusianya. Alhasil Aku pun berangkat dengan beberapa bekal yang ku bawa, mewek karena harus pisah sama mereka semua ya meskipun hanya sebulan tapi kerasa banget rindunya.
 Aku tinggal bersama sepupuku yang kuliah di Akademi keperawatan, banyak sekali temanya. Aku sering di ajakin hangout bareng sama teman-temanya mbak Anna minum ronde, pedas-pedas manis. Dengan culunya Aku hanya bisa senyum-senyum tunduk, duhh nuansa pedesaan kian terasa jika Aku hadir diantara banyaknya orang. Melihat mahasiswa-mahasiswi AKPER, keinginan kuliah semakin menggebu serindu tanah yang mengering merindukan hujan. Aku juga ingin seperti orang-orang itu, orang-orang yang bisa menikmati segala apa yang mereka impiakan, cita-citakan.
 “Heyyy.... kamu kuliah di AKPER aja coba, kamu kan tinggi” celoteh mbak Anna sembari nyetrika seragam putihnya.
 “Hehe...duhhh serem ah Mbak, aku paling ngeri lihat luka. Entar yang ada
  Aku malah pingsan, bukan menolong pasien” kalimat itu yang mampu ku keluarkan, siapa coba yang gak ingin, tapi duitnya dari mana?
 “Iya sih...musti kebal kalau masuk di kesehatan, aku sudah biasa lihat yang
   begituan....sudah gak ngefek lagi, sekalipun jorok sih luka-luka itu.” Kali ini Mbak Anna sudah siap dengan pakaian dan kerudungnya yang baru selesai Ia kenakan, terlihat ayu dan good looking deh.
 “Hehehee....” lagi-lagi Aku nyengir, kurang kreatif sih tapi hanya itu yang bisa kulakukan sementara ini.
 Tujuanku ke kota Air memang kursus, masih sebatas kursus dan Aku harus menekuninya, supaya gak sia-sia pengorbanan mereka untukku. Aku memang sedih gak bisa kuliah seperti apa yang aku impikan selama ini, namun di sisi lain aku juga cukup bahagia bisa kursus di kota air.
 Ngambang dan sempat gak ada tujuan mau kemana dan harus kemana, sebulan setelah kursus. Alternatifnya adalah membuat surat lamaran kerja ke perusahaan-perusahaan terdekat. Nah di sela-sela menunggu panggilan tiba-tiba ada kabar baik dari temanku. Ada penerimaan tenaga kontrak langsung dari pusat dan harus membuat surat lamaran yang di tujukan langsung ke pusat jakarta sana, dalam bidang pertanian. Jeda waktunya memang sangat mepet sekali, tiga hari sebelum lebaran, aku berusaha semaksimal mungkin dan semampunya. Dan alhamdulilah itu membuahkan hasil dengan proses yang panjang aku di terima, alhamdulilah.
 Tapi gak sampai disitu, aku musti ngalamin yang namanya kejutan hebat. Kejutan yang sampai sedikit ganggu apa lagi kalau tidak surat keputusan yang menyatakan bahwa aku harus bertugas di tempat yang sangat jauh dari tempat tinggalku. Keadaan di sana masih primitif maksudnya masih jarang yang bisa memakai bahasa indonesia, jadi aku musti maksa belajar bahasa dayak ngaju, itu gak mudah bahkan aku sering kehabisan modal hanya cengar-cengir tuh...nyengir lagi. Setahun aku jalani hidup di tempat yang menurutku sangat luar biasa itu sebelum aku mengurus mutasi. Harapanku setelah mutasi aku bisa kuliah begitu juga menurut teman-temanku mereka sangat menyarankan itu mumpung telatnya baru setahun ujarnya. Mendengar pernyataan teman-teman aku semakin menggebu tanpa kusadari kondisi ekonomi keluargaku. Dengan berat hati aku musti menarik ulur niatku tersebut dan berusaha menguburnya dalam-dalam meskipun tidak semudah itu. Aku musti kredit kendaraan untuk menunjang pekerjaanku sebagai pekerja di lapangan, mana ada angkot/angkutan umum di ujung desa. Selama tiga tahun kendaraan itu baru lunas/selesai masa pengkreditan. Selama itu aku musti gigit jari dan tidak ada harapan untuk kuliah sedangkan usia semakin bertambah, semakin tua.
 Kredit kendaraanku nyaris selesai saat itu juga Adikku menikah perihnya bertambah. Menangis tanpa air mata, sakitnya tepat di ulu hati. Sesakit-sakitnya, sesedih-sedihnya, mau gak mau aku harus terima semua kenyataan pahit itu. Saat itu usiaku sudah 22 tahun hampir 23 tahun. Mungkin air mata gak bisa mewikili semua rasa sedih itu sampai-sampai air mata itu mengering dengan sekejap namun batinku terus di hujani air mata yang mengendap di relung hati. Berontak dan teriak yang tidak dapat kulakukan.
 Sesulit itu untuk mewujudkan mimpi, di tahun berikutnya pun belum ada aroma aku bisa kuliah bahkan juga menikah. Berasa ingin menghilang dari peredaran tapi kan, tidak mungkin. Setelah imipian itu nyaris hilang dan lenyap termakan kesedihan yang teramat dalam. Aku berusaha kembali membangun puing-puing harapan akan mimpi indah itu. Aku berusaha bangkit perlahan merangkak menyusun kekuatan yang sudah tercerai berai, hingga puingan itu hampir membentuk sebagai kekuatan yang pasti, tapi.... musti ada tapinya lagi. Aku musti nyekolahin BPKB Kendaraanku untuk mengembalikan uang Ibuku yang kupakai membeli sebuah notebook. Setahun lagi aku harus membayar angsuran BPKB, huft.... lelah rasanya tapi berusaha aku jalani dengan nyengir kuda iya karena hanya nyengir yang membantuku menutupi segala amukan/amarah yang bergejolak di dalam hatiku.
 Dengan sabar aku menunggu waktu itu berakhir, sempat berfikir jika jodohnya yang datang lebih dulu pun tidak masalah. Mengingat usia sudah 23tahun cukup bahkan sangat cukup untuk membina rumah tangga, meskipun masih memiliki beberapa sifat kekanakan tapi sebenarnya siap. Alhasil sekalipun dengan penuh kesiapan jodoh pun belum kunjung tercium baunya. Berusaha sabar dan tersenyum semanis-manisnya untuk menutupi manyun yang berkepanjangan. Yang jelas niat baik itu masih tertata apik di dalam daftar mimpuku setelah aku bangkit kembali dari keterpurukan yang sempat membuyarkan mimpiku.
 Selesai sudah penantian panjang untuk melunasi BPKB yang di gadaikan saatnya mengumpulkan sedikit-demi sedikit uang untuk modal mendaftar kuliah, semangat yang tak kunjung padam. Namun lagi-lagi impian itu harus tertunda, berhubung nenek sakit keras aku dan keluarga menjenguknya. Mana mungkin aku bisa mendaftar. tapi keyakinan itu masih kuat bahwa aku masih punya mimpi itu.
 Aku mulai menyusun strategi lagi, sebuah impian yang tertunda musti di wujudkan. Entah itu kapan meskipun mulai tidak ada harapan, hati sudah mulai kosong, campur aduk dengan hal lain yang mematahkan semangat hidup antara di tanyain kapan nikah sama ledekan yang beraroma pernikahan. Sedihnya kebangetan, di samping pengen kuliah yang ada aja halanganya eh soal  jodoh juga nambah masalah.  Semakin hari semakin perih aja rasanya, tapi kalu di masukin ke hati bisa boncel-boncel juga hatinya. Jadi berusaha tarik nafas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang kian menguasai hati.
 Setelah halangan yang datang bertubi-tubi akhirnya aku berhasil menabung untuk biaya pendaftaran yang tidak sedikit untuk ukuran aku seperti aku yang sering krisis rupiah. Aku sudah punya gambaran dimanakah aku akan masuk, aku masuk di sebuah universitas islam kalimantan selatan. Sembunyi-sembunyi supaya orang-orang di sekitarku gak ngeledek, gitu juga dari teman-temanku yang biasanya banyak koment. Tapi sayang rahasia itu tercium juga dari awal-awal aku masuk.  Yasudah di telen bulet-bulet aja apapun perkataan mereka, tentunya beragam ada yang mendukung, yang ngeremehin dengan alasan-alasan abstrak juga ada yang Cuma nyengir nah loh nyengir lagi hehe. Namun intinya Aku bahagia bisa kuliah sekalipun usiaku sudah 25 tahun . Aku merasakan suasana baru, teman-teman baru yang luar biasa menyenangkan, sekalipun terhambat toh aku bisa kuliah juga. Jadi kalau kamu punya keinginan sekecil apapun simpan di dasar hati supaya kamu gak bakal lupa. Kamu niatkan, kamu yakin sama keinginanmu sendiri. Kamu percaya bahwa Allah melihat usahamu karena Allah gak pernah tidur.

No comments:

Post a Comment