Tuesday, December 15, 2015

Pentingnya menuntut Ilmu

Pentingnya Menuntut Ilmu
Aku gak bisa sekolah di Jawa seperti keinginanku selama ini. Aku harus bisa menerimanya meskipun sedih sekali rasanya. Aku harus bisa menerima  keadaan orang tuaku. Aku disekolahkan di SMK pertanian, sekolah yang masih berstatus persiapan dan memiliki murid yang bisa dihitung dengan jari. Kenapa sih aku nulis semua ini? Ya supaya kalian semua itu tahu bahwa kalian itu gak sendiri, masih banyak orang-orang yang kurang beruntung seperti aku yang berusaha bertahan di dalam kesulitan hidup untuk mengenyam pendidikan, karena menurutku  pendidikan itu perlu sekali. Menuntut ilmu itu penting seperti yang diriwayatkan Abu Darda’ r.a: “Barang siapa melakukan perjalanan untuk keperluan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakan sayapnya bagi pencari ilmu karena senang dengan apa yang diperbuatnya dan sesungguhnya orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan ada di bumi, termasuk ikan di air. Dan keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan  seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka hanya mewariskan ilmu maka barang siapa yang memeganginya, ia akan memperoleh bagian yang sempurna.” (H.R. Tirmizi).
Banyak pendapat bahwa agama Islam itu menentang ilmu dan menghambat lajunya teknologi, sebenarnya tidak seperti itu. Justru sebaliknya, Islam mendorong lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan sebagai produk akal senantiasa dapat diikuti oleh kita semua termasuk agama Islam, karena Islam memberikan tempat yang luas bagi pengembangan pemikiran manusia. Akal diperintahkan untuk bekerja dengan giat memikirkan dengan serius dan mendalam terhadap segala hal dan segala peristiwa di alam raya ini, seperti firman Allah. “Katakan olehmu (Muhammad): Perhatikanlah olehmu apa yang ada di langit dan di bumi” (QS.Yunus:101).
Penempatan akal pada posisi yang sentral mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam terutama pada abad ke-8 dan ke-13 Masehi, yang melahirkan para cendikiawan dan ilmuan muslim. Sejarah membuktikan  pada waktu itu didirikan universitas-universitas Islam di Cordoba (Spanyol), Universitas Al-Ahzar di Mesir, dan Universitas Al-Nizamiyah (Baghdad). Sehingga berkembanglah ilmu pengetahuan di dunia Islam jauh-jauh hari sebelum orang-orang Eropa mengembangkannya. Jadi tidak benar jika Islam itu menghambat lajunya perkembangan ilmu dan teknologi.
Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat menghayati  kekuasaan Allah yang tidak terbatas, sehingga manusia dapat merasakan keterbatasan dan kelemahan dirinya di hadapan Allah. Karena itu sudah sepantasnya manusia itu menghambakan diri kepada Allah yang Maha Kuasa (sebagian tulisan itu aku kutip dari materi kuliahku untuk referensi bahwa menuntut ilmu itu memang penting).
Buat kalian-kalian yang tinggal di tempat tertinggal seperti aku jangan berkecil hati dan patah semangat untuk menuntut ilmu. Allah Maha Tahu dan keadaan yang seperti ini juga datangnya dari Allah, jadi bisa-bisanya kita saja memanfaatkan kesempatan yang ada. Sedikit apapun yang kita peroleh kalau  kita mensyukurinya insyaa Allah berkah dan jangan pelit untuk berbagi. Semakin dibagi ilmu yang kalian peroleh akan semakin bertambah, apalagi kita berada dalam situasi yang serba kekurangan.  Kita yang tinggal di pedesaan  jauhlah dari kata sejahtera bahkan banyak yang tidak tahu nama desa yang kutempati ini, betapa tidak dikenalnya tempat ini.  Terkadang aku malu, tapi bagaimana aku harus malu, karena memang tempat ini  tempat tinggalku. Tapi setidaknya jika menyebutkan dengan embel-embel sejuta hektar peninggalan Bapak Presiden Soeharto insyaa Allah masih sedikit ada yang tahu. Tidak masalah teman kita tinggal di desa terpencil tapi setidaknya kita tidak  ketinggalan  jauh dari mereka. Biar saja kita dikatakan ndeso tapi gunakan pikiran kita sama dengan orang kota. Berpikir secara bijak dan bisa memaknai betapa pentingnya perjuangan untuk mengejar suatu harapan dan impian yang sudah tertulis di benak kita sejak kecil. Kata Mas Mahendra kapten pilot Lion Air, “Wujudkan  itu dengan usaha dan niat yang kuat dari dalam diri kita sendiri bukan dari orang lain, orang tua, dan  teman. Semua itu keluar dari dalam diri kita. Tidak mungkin cita-cita dari orang lain kan, pastilah lahir dari dalam diri sendiri, kalau saya saja bisa, kenapa kamu gak?”
Aku tahu cita-citaku jadi jurnalis tidak terwujud, ya... karena itu tadi aku kurang memiliki tekad yang kuat. Jadi kamu-kamu yang masih dalam tahap untuk mewujudkan mimpi itu, ayo semangat! Masih panjang jalanmu. Bagi yang tidak mampu jangan berkecil hati, kalau punya cita-cita jadi seorang pilot lihat saja Mas Mahendra bagaimana usaha beliau untuk mewujudkan impianya. Memang tidak mudah tapi terus kejar impianmu itu dengan usaha dan jangan pernah menyerah. 
Waktu itu memang malas-malasan sekali aku masuk ke sekolah. Ya aku mengimpikan sekolah yang bisa memliki banyak teman. Bayangkan saja, baru berapa angkatan di sekolahku ini, baru ada dua angkatan pertama dan keduanya angkatanku yang jumlah siswanya cukup memprihatinkan sekali. Sedikit yang berminat, entah apa alasanya, atau mungkin alasan yang sama sepertiku yang jelas pada awal-awal masuk kerap sekali aku dan teman-temanku bolos, padahal ada gurunya, hehe. Jangan diikuti yang begini. Bukan niatan bandel si awalnya karena kalau tidak ada rasa suka gimana sih? Sulit sekali untuk memaksa suka dan menerimanya begitu saja. Jujur ketika itu aku hanya melakukan semua itu demi orang tua. Aku tetap memaksakan untuk tetap bertahan di tengah suara tetangga-tetanggaku yang menghina sekolahku. Mereka bilang begini, “Apaan sekolah pertanian, nyangkul mah tidak perlu sekolah semua juga bisa?” Makin sedih aku mendengar kalimat itu. Ada rasa marah, kecewa, terluka, dan hampir keluar ini air mata, tapi aku berusaha sekuat tenaga untuk menahanya. Aku balas saja lah pernyataan itu dengan kalimat sok bijak, “Lah sekolah pertanian bukan mesti  nyangkul, dan lagi kita bisa jadi petani berdasi, kita bisa me-manage keperluan kita dalam berusaha tani. Tidak akan rugi kok!” Meskipun sedikit emosi setidaknya aku membela nama baik sekolahku. Kini statusnya telah berubah menjadi negeri dan memiliki kantor sendiri meskipun ruang belajarnya masih nebeng tuh di SLTP. Gak hanya sekolahnya yang nebeng, kepala sekolahnya pun nebeng sama kepala sekolah SLTP. Pokoknya nguat-nguatin deh waktu itu. Apalagi teman dekatku berhenti karena dia dipaksa untuk menikah. Jujur aku sedih banget, masalahnya apa-apa aku selalu sama dia. Tapi tetap saja aku harus bertahan dan berusaha menikmati itu semua meskipun perlahan teman-teman semakin habis, bahkan hanya tersisa perempuanya saja yang berjumlah lima orang. Mendingkan kalau lelaki bisa jadi pandawa lima. Tapi tetap seru, sudah seperti keluarga sendiri sama mereka, soalnya pada asyik gitu sih anaknya jadi tambah nyambung makin hari.
Kali ini sekolahku sudah memiliki tiga angkatan, lumayan rada seru lah dan perlahan aku sedikit menikmati. Aku berusaha bertahan di sini untuk menghadapi berbagai problematika yang ada. Aku bukanlah orang yang cantik juga menarik, kayak yang lain. Ciee, kok jadi curhat? Begini dari awal pun aku masuk ke sekolah itu tidak ada niatan atau bertujuan untuk mencari pacar. Pacar? Tahu kan itu loh timun yang dicincang-cincang dikasih cuka buat teman makan daging? Itu acar ya, hee... Secara, banyak ceweknya juga gimana coba mau pacar-pacaran, kan kasihan mereka yang ngarep begitu, tapi yang namanya cerita kehidupan tetap bisa buat mereka. Ada yang  macarin adik kelas, bla..bla... Kalau aku sih cukup tahu diri sajalah, lagian kalau dari awal tidak berniat untuk itu ya mana bisa, niat itu kan dari dalam hati,  mencintai itu kan dari hati. Tapi kalau sekedar kagum-kagum doang sih ya adalah ya, because i’m normal, hehe.... Dari awal aku selalu bilang maksa dan berusaha bertahan untuk berada di sekolah itu tapi semakin hari semakin kurasakan kedamaian dan kenyamanannya untuk sekolah di tempat itu. Apapun itu yang terutama adalah nyaman, jika sudah merasa nyaman pasti akan tenang dan bahagia dengan sendirinya secara perlahan. Seperti itulah yang aku rasakan pada saat itu, faktor pendukung kenyamanan pasti ada, karena teman-temanya pada asyik dari adik kelas sampai kakak kelasnya, demikian juga dengan guru-gurunya. Mereka bisa menggunakan metode belajar yang bisa membuat siswa merasa dekat dengan gurunya, terlebih menerapkan sikap saling memiliki, ya lebih kekeluargaan seperti itu. Meskipun di akhir aku bersekolah kurang begitu menyenangkan, tapi tetap akan selalu mengingat apa pun kenangan terindah yang pernah kurasakan selama aku berada di sana untuk menimba berbagai ilmu yang sudah mereka beri dengan susah payah. Alumni dari sekolahku sangat luar biasa sekali prestasinya. Aku bangga pernah bersekolah di sana.

No comments:

Post a Comment